PROPOSAL
PRAKTIK KERJA LAPANGAN
SERTIFIKASI BENIH WORTEL (Daucus carota L.) DI BALAI
PENGAWASAN DAN SERTIFIKASI BENIH TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA JAWA BARAT
ULFA
RAFIQHA
PROGRAM KEAHLIAN
TEKNOLOGI INDUSTRI BENIH
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN
BOGOR
2015
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Sertifikasi Benih
Wortel (Daucus carota L.) di Balai Pengawasan Dan Sertifikasi Benih Tanaman
Pangan Dan Hortikultura Jawa Barat
Nama : Ulfa Rafiqha
NIM : J3G112027
Program
Keahlian : Teknologi Industri Benih
Disetujui oleh
Dosen Pembimbing
Hidayati Fatchur rohmah, SP
NIK. 2010 06 00505
Mengetahui,
Koordinator Program Keahlian
Teknologi Industri Benih
Dr.Ir. Abdul Qadir,MSi
NIP. 19620927 198703 1 001
Tanggal disetujui :
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Tuhan YME berkat rahmat dan karunia-NYA yang telah diberikan kepada
penulis sehingga penulis memiliki kesempatan untuk dapat menyelesaikan proposal
Praktik Kerja Lapangan yang berjudul “Sertifikasi Benih Wortel (Daucus carota
L.) di Balai Pengawasan Dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan Dan Hortikultura
Jawa Barat”. kegiatan praktik kerja akan dilaksanakan di Balai Pengawasan dan
Sertifikasi Benih Provinsi Jawa Barat.
Proposal PKL ini dibuat untuk memenuhi
persyaratan PKL yang telah ditetapkan sebelumnya. Penyelesaian proposal ini
telah mendapat dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis turut
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.
Dr
Ir Bagus P. Purwanto, M Agr. selaku Direktur Program Diploma IPB.
2.
Dr
Ir Abdul Qadir, MSi. Selaku Koordinator Program Keahlian Teknologi Industri
Benih.
3.
Hidayati
Fatchur rohmah, SP. Selaku Dosen Pembimbing PKL.
4.
Seluruh
Tim Dosen Program Keahlian Teknologi Industri Benih.
5.
Idham
Malik dan Siti Zubaidah selaku Orang Tua penulis.
6.
Teman-teman
Teknologi Industri Benih angkatan 49 yang selalu memberikan dukungan dan
motivasinya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak
terdapat kekurangan dalam proposal ini. Penulis menerima saran dan kritik
pembaca yang membangun. Demikian harapan penulis, mudah-mudahan proposal ini
disetujui dan bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Bogor, Januari 2015
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR
TABEL
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia
dikenal sebagai negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata
pencaharian sebagai petani. Wilayah indonesia berbentuk kepulauan dengan
topografi yang bergunung-gunung, sehingga sangat cocok ditanami berbagai macam
tanaman (pangan, perkebunan, hortikutura dan lain-lain). Berdasarkan hasil kajian Badan Litbang Pertanian,Kementerian Pertanian
Maret 2013, tingkat konsumsi sayuran per kapita 40,35 kg/tahun meningkat dari
tahun-tahun sebelumnya (Abdurrahman 2013). Meskipun mengalami peningkatan, namun
tingkat konsumsi sayuran di Indonesia masih di bawah standar. Standar konsumsi
sayuran di Indonesia ialah 65.75 kg/kapita/tahun. Penduduk
Indonesia hanya mengkonsumsi sayuran sebanyak 37.94 kg/kapita/tahun (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian 2008).
Wortel (Daucus carota L.) merupakan
salah satu tanaman sayuran yang dapat tumbuh di Indonesia. Wortel berasal dari
Asia Selatan, yang sekarang dikenal dengan nama Afganistan, Iran dan Pakistan.
Kehadiran wortel di Indonesia diperkirakan terjadi sewaktu penjajahan Belanda.
Pada mulanya, budidaya tanaman wortel terkosentrasi di daerah Lembang dan
Cipanas, Jawa Barat. Selanjutnya wortel berkembang dan menyebar ke berbagai
daerah di pulau Jawa dan luar Jawa (Pitojo 2009).
Wortel termasuk kelompok tanaman sayuran
umbi. Kehadiran dan pengembangan wortel di Indonesia tertuju untuk memenuhi
kebutuhan pangan dan sayur karena tanaman wortel mengandung vitamin A yang
paling tinggi, karbohidrat, serat, nutrisi anti kanker, gula alami, vitamin B2
dan C. Wortel sangat berguna untuk kesehatan tubuh manusia, oleh karena itu
produktifitas wortel harus dikembangkan (Septiatin 2009).
Permintaan pasar dunia pada masa
mendatang diperkirakan meningkat sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk,
makin membaiknya pendapatan masyarakat dan makin tingginya kesadaran masyarakat
akan nilai gizi. Diperkirakan di
tahun 2015 pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia mencapai 15 juta orang dan di
tahun 2020 mencapai 14 juta orang.
Tahun
|
|||||
|
2009
|
2010
|
2011
|
2012
|
2013
|
Luas Area (ha)
|
24 095
|
27 149
|
33 228
|
29 331
|
32 070
|
Produksi (ton)
|
358 014
|
403 827
|
526 917
|
465 534
|
512 112
|
Produktivitas (ton/ha)
|
14.87
|
15.86
|
15.87
|
15.97
|
14.87
|
Sumber
: Badan Pusat Statistika 2014
Produksi wortel pada tahun 2009 mencapai
358 014 ton dengan luas area tanam 24 095 ha dan pada tahun 2010 mengalami
peningkatan produksi sebesar 403 827 ton dengan luas area tanam 27 149 ha.
Setiap tahun terjadi peningkatan luas lahan sehingga produksi wortel selalu
mengalami peningkatan. Hal ini di karenakan tuntutan permintaan pasar yang
semakin meningkat membuat
produktivitas wortel belum dapat
mencukupi kebutuhan dalam negeri (Badan pusat statistika 2014).
Salah satu cara yang dilakukan pemerintah
untuk meningkatkan produktivitas wortel dalam negeri adalah dengan pengadaan
benih bermutu, yaitu benih yang berlabel atau bersetifikat. Peran sertifikasi
dalam pengawasan mutu benih sangat dibutuhkan baik oleh konsumen seperti
petani, produsen dan masyarakat. Sertifikasi benih merupakan suatu kegiatan
yang termasuk dalam suatu program produksi benih unggul atau yang berkualitas
dalam suatu program produksi benih unggul atau yang berkualitas tinggi dari
varietas-varietas yang genetis unggul yang selalu harus terpelihara dan
dipertanggungjawabkan (Kartasapoetra 2003).
Sistem
pengawasan mutu dan sertifikasi benih
yang tangguh adalah upaya pengawasan mutu dan pelayanan sertifikassi benih yang
benar-benar dapat menjamin mutu benih, baik yang diproduksi oleh produsen
maupun yang digunakan oleh konsumen sesuai dengan standar mutu benih yang
berlaku. Dengan penggunaan benih yang bermutu diharapkan dapat menjamin
peningkatan produksi, produktivitas dan mutu hasil pertanian yang berdaya
saing, yang pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat/petani (Lita Sutopo 1993).International Seed Testing Association
(ISTA) Ruler merupakan acuan metode pengujian benih yang telah teruji
validitasnya dan diterima secara internasional di dunia perdagangan benih,
pengendalian mutu benih di indonesia dilakukan dibawah wewenang balai
Pengawasan dan Sertifikasi Benih Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH) yang
tersebar di setiap provinsi.
1.2 Tujuan
Tujuan kegiatan
Praktik Kerja Lapangan (PKL) di BPSBTPH ini antara lain :
1.
Memperluas
wawasan mahasiswa mengenai ilmu perbenihan.
2.
Mempelajari
fungsi kegiatan pengawasan mutu dan sertifikasi benih wortel.
3.
Mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam memahami dan kegiatan sertifikasi
benih wortel.
4.
Melatih
mahasiswa dalam penerapan teknologi dalam perbenihan.
2 METODE PELAKSANAAN
2.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
2.2 Metode Pelaksanaan
Kegiatan yang
akan dilakukan dalam Praktik Kerja Lapang di
UPTD BPSBTPH Jawa Barat adalah sebagai berikut:
1.
Kegiatan
Pengenalan Keadaan Umum Instansi
Kegiatan
pengenelan keadaan umum instansi dilaksanakan di Kantor BPSBTPH Jawa Barat.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui keadaan umum BPSBTPH Jawa
Barat, dari sejarah instansi, strukur organisasi, visi dan misi.
2.
Pengenalan
Kondisi Laboratorium
Pengenelan kondisi lanoratorium
pengujian benih meliputi pengenelan lokasi laboratorium, pengenelan alat-alat
pengujian rutin dan khusus yang akan digunakan beserta peraturan yang berlaku
pada saat pengujian benih.
- Kegiatan Praktek dan Pengamatan Kegiatan Pengujian Benih
Kegiatan
pengujian meliputi pengujian rutin atau standar seperti :
a .Penetepan
Kadar Air
Perhitungan
Kadar Air dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan: M1=
Berat cawan beserta tutup
M2= Berat cawan, benih beserta tutup
sebelum di oven
M3= Berat cawan, benih dan tutup setelah
di oven.
b.Pengujian
Kemurnian Fisik Benih
Rumus
perhitungan pengujian kemurnian benih :
Keterangan :
-BM = Benih
Murni
-BTL = Benih
Tanaman Lain
-KB =
Kotoran Benih
-CK =
Contoh Kerja
3.Pengujian Daya
Berkecambah
Keterangan
:
-KN
1 = Kecambah Normal 1
-KN 2 = Kecambah Normal 2
No.
Lab
|
Kelas
Benih
|
Ulangan
%
|
Kadar
Air Rata-rata
|
Standar
Kadar Air
|
|
I
|
II
|
||||
S6
|
BS
|
7.8
|
7.9
|
7.8
|
8%
|
S 18
|
BS
|
4.6
|
4.7
|
4.7
|
8%
|
Sumber : Pengujian BPSPTBH 2014
No.
Lab
|
%
Kecambah
|
DT
%
|
Sumber
Daya Tumbuh
|
|||
BN
|
AB
|
BSTT
|
BM
|
|||
S6
|
75
|
1
|
0
|
24
|
75
|
75%
|
S 18
|
76
|
2
|
0
|
24
|
76
|
75%
|
Sumber : Pengujian BPSPTBH 2014
dan pengujian daya berkecambah. Pengujian yang
dilakukan secara khusus dengan uji cepat viabilitas (uji TTZ) dan uji kesehatan
benih.
4.
Pengumpulan
Data
Pengumpulan data
meliputi:
Data
primer yaitu data yang dikumpulkan dengan cara melakukan pengawasam secara
langsung di lapangan, observasi dan wawancara kepada beberapa staf BPSBTPH
Bandung Jawa Barat. Data sekunder adalah data penunjang yang dikumpulkan dengan
cara melihat dan mencatat data-data atau dokumen yang ada di BPSBTPH Bandung
Jawa Barat.
Data
primer yang akan diamati meliputi :
a.
Kegiatan
Pemeriksaan Lapang Pendahuluan
Permohonan
sertifikasi benih harus sudah diajukan paling lambat 10 hari sebelum tebar.
Permohonan sertifikasi ditujukan kepada BPSBTPH, dapat melalui petugas pengawas
benih di daerah, mengisi formulir permohonan sertifikasi yang telah disediakan
oleh BPSBTPH. Satu formulir permohonan sertifikasi hanya berlakun
b.
Pemeriksaan
Lapangan
Pemeriksaan dilakukan oleh
petugas, penangkar benih harus mempunyai pemohonan selambat-lambatnya satu
minggu sebelum pelaksanaan pemeriksaan lapangan dengan tujuan kemurnian dari
varietas yang diproduksi terjamin sesuai dengan mutu yang diinginkan.
Pemeriksaan lapang terdiri dari pemeriksaan lapang pendahuluan, pemeriksaan
fase vegetatif atau fase pertumbuhan, pemeriksaan lapang fase generatif atau
fase berbunga, dan pemeriksaan lapang fase menjelang panen.
-Pemeriksaan
lapangan pendahuluan
Pada
pemeriksaan lapang ada beberapa hal yang dilakukan dan diamati , diantaranya:
kebenaran nama dan alamat penangkar, kebenaran letak dan situasi areal sertifikasi,
kebenaran sumber benih, sejarah lahan dan isolasi jarak/waktu, kebenaran
lapangan. Pemeriksaan dilakukan satu minggu sebelum tanam untuk menentukan
tanggal tanam dan tanggal sebar. Isolasi dilakukan agar pertanaman yang
disertifikasi jelas terpisah dengan pertanaman varietas yang lain. Isolasi
jarak pada sertifikasi wortel adalah 800 m untuk kelas benih sebar dan isolasi
waktu yang digunakan yaitu 60 hari untuk semua kelas benih, sesuai dengan
pedoman teknis sertifikasi benih tanaman hortkultura.
-Pemeriksaan
Lapangan I (Fase Vegetatif/Fase Pertumbuhan)
Kegiatan pemeriksaan lapang pada
saat penentuan umbi yang akan digunakan
Sebagai tanaman
penghasil benih. Pemeriksaan lapang vegetatif tidak boleh melewati batas waktu
yang ditentukan, karena bila dilakukan diatas batas waktu warna batang sudah
tidak terlihat jelas perbedaan antara varietas yang diusahakan dengan varietas
lain.
Pemeriksaan
lapang dilakukan pada satu unit sertifikasi yang terdiri 5 petak. Antar petak
berjarak maksimal 10 m dan perbedaan waktu tanam maksimal 7 hari. Pemeriksaan
vegetatif dilakukan secara global, pengambilan sampel dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
X: Y + 4
Keterangan:
X= Jumlah titik sampel pemeriksaan
Y= Luas areal penangkaran yang diperiksa
*sumber:Pedoman Teknis Sertifikasi
Tanaman Hortikultura
Jumlah tanaman
yang diperiksa pada setiap titik sampel adalah 100 tanaman, pada luasan lahan
1.0 ha maka pemeriksaan dilakukan pada 5 titik sampel sebanyak 500 tanaman.
Pemeriksaan umbi dilakukan pada lima tanaman setiap sampel.
Parameter yang
diperhatikan dalam pemeriksaan lapang adalah tipe pertumbuhan benih wortel
yaitu :
1.
Epigeal
karena kotiledon yang terangkat ke atas,
2.
Bentuk
daun tanaman wortel berbagi menyirip,
3.
Warna
daun, warna pangkal daun hijau.
Pemeriksaan
kedua dilakukan pada saat penentuan umbi yang akan digunakan sebagai tanaman
penghasil benih. Parameter yang diamati yaitu bentuk umbi yang warna dan pundak
umbi, kelembutan permukaan, warna dan lebar core, dan bentuk ujung umbi.
Pemeriksaan dilakukan hanya pada saat umbi telah ditanam pada lahan sertfikasi
(Santoso et al 2010).
-Kegiatan
Pemeriksaan Lapang Generatif
Kegiatan
Pemeriksaan dilakukan pada fase berbunga yakni pada waktu awal pembungaan.
Pemeriksaan generatif merupakan pemeriksaan ketiga dari pemeriksaan pertama dan
kedua yang telah dijelaskan pada kegiatan pemeriksaan vegetatif. Roguing atau
seleksi dilakukann terlebih dahulu sebelum pengajuan permohonan dan penangkar
harus menunjukkan bukti kelulusan pemeriksaan pemeriksaan lapang vegetatif, parameter
yang diamati yaitu kelopak rangkaian bunga, varietas lain dan tipe simpang.
- Evaluasi
Evaluasi
dilaksanakan setiap kegiatan terutama kegiatan lapang dan untuk mengukur
kemajuan yang menunjang penyusunan rencana dan memperbaiki atau menyempurnakan
kembali.
6.
Penyusunan
Laporan Akhir
Menyusun laporan
akhir serta penyempurnaan data-data yang sudah diperoleh sesuai dengan kegiatan
yang dilaksanakan di BPSBTPH Bandung dalam sembilan minggu praktek kerja
lapang.
2.3 Klasifikasi Tanaman Wortel
Devisio
: Spermatophyta
Sub
devisio :
Angiospermae
Kelas
: Dicotyledon
Ordo
: Umbelliferales
Family
: Umbelliferae
Genus
: Daucus
Species
: Daucus carota L. (Pohan 2008).
Susunan tubuh tanaman wortel terdiri atas
daun dan tangkainya, batang dan akar. Secara keseluruhan wortel merupakan
tanaman setahun, ang tumbuh tegak hingga 30-100 cm atau lebih (Keliat 2008).
2.4 Morfologi Tanaman Wortel
Wortel merupakan
tanaman sayuran yang diproduksi berupa umbi. Tanaman wortel termasuk famili Apiaceae. Daun membentuk roset, tanaman
wortel memiliki akar tunggang muncul dari biji yang tumbuh, tegak lurus kedalam
tanah Daun wortel bersifat majemuk menyirip ganda dua atau tiga, anak-anak daun
berbentuk lanset (garis-garis). Setiap tanaman memiliki 5-7 tangkai daun yang
berukuran agak panjang. Tangkai daun kaku dan tebal dengan permukaan yang
halus, sedangkan helaian daun lemas dan tipis. Dalam perkembangannya akar
tersebut berubah bentuk serta berfungsi sebagai cadangan makanan. Tanaman
wortel memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Dalam pertumbuhannya
akar tunggang akan mengalami perubahan bentuk dan fungsi menjadi tempat
penyimpanan cadangan makanan. Bentuk akar akan berubah menjadi besar dan bulat
memanjang, hingga mencapai diameter 6 cm dan panjang sampai 30 cm, tergantung
varietasnya. Akar tunggang yang telah berubah bentuk dan fungsi inilah yang
sering disebut atau dikenal sebagai “Umbi Wortel”.
Batang tanaman
wortel beruas-ruas hingga delapan ruas. batang bagian atas berongga batang
tanaman wortel sangat pendek sehingga hampir tidak nampak, batang bulat, tidak berkayu,
agak keras, dan berdiameter kecil (sekitar 1-1,5 cm). Pada umumnya batang
berwarna hijau tua. Batang tanaman tidak bercabang, namun ditumbuhi oleh
tangkai daun yang berukuran panjang, sehingga kelihatan seperti bercabang.
Kulit batang beralur membentuk bujur dan berbulu. Tanaman wortel tampak seperti
pohon bambu hias. Tinggi pohon wortel dapat mencapai satu meter.
Bunga tanaman wortel tumbuh pada
ujung tanaman,
bunga wortel berupa bunga majemuk, bunga berbentuk payung bersusun. Satu
tanaman wortel terdapat kurang lebih tiga puluh karangan bunga dan berwarna putih atau merah jambu
agak pucat. Bunga memiliki tangkai yang pendek dan tebal. Kuntum-kuntum bunga
terletak pada bidang yang sama. Bunga wortel yang telah mengalami penyerbukan
akan menghasilkan buah dan biji-biji yang berukuran kecil dan berbulu (Keliat
2008).
Setiap anak karangan bunga terdapat 20 kuntum bunga. Bunga wortel memiliki daun
penumpu, berwarna hijau seperti daun wortel. Panjang tangkai karangan mencapai
40 cm dan tangkai kuntum bunga ± 5 cm . kuntum bunga memiliki benang sari dan
kepala putik, daun mahkota berjumlah lima dengan ujung melengkung ke dalam, dan
berwarna putih, benang sari berjumlah lima, berwarna putih, dan terletak
berseling dengan daun mahkota. Bunga wortel setelah mekar secara keseluruhan
akan membentuk seperti payung (Pitojo 2006)
Wortel merupakan
tanaman subtropis yang memerlukan lingkungan tumbuh dengan temperatur udara
rendah atau bersuhu udara dingin. Temperatur yang baik untuk pertumbuhan benih
wortel yaitu 15.6-21.1 ºC. Suhu yang tinggi akan menyebabkan umbi berukuran
kecil, ketinggian budidaya dan penangkaran benih wortel yaitu berkisar 1 200- 1
500 m diatas permukaan laut, dengan kelembaban udara yang dipengaruhi oleh
ketinggian tempat. Semakin tinggi suatu tempat maka semakin banyak dan udara
semakin lembab. Fisiologi tanaman dipengaruhi oleh kelembaban udara. Pada
kondisi udara lembab stomata daun tidak membuka dan CO2 tidak masuk
ke dalam daun.
Wortel merupakan tanaman sayuran umbi semusim,
berbentuk semak yang dapat tumbuh sepanjang tahun, baik pada musim hujan maupun
kemarau. Batangnya pendek dan berakar tunggang yang fungsinya berubah menjadi
bulat dan memanjang. Warna umbi kuning kemerah-merahan, mempunyai karoten A
yang sangat tinggi, Umbi wortel juga mengandung vitamin B, Vitamin c dan
mineral (Pohan 2008). Varietas-varietas wortel terbagi menjadi tiga kelompok
yang didasarkan pada bentuk umbi, yaitu tipe Imperator, Chantenay, dan Nantes.
( Rini 2010)
DAFTAR PUSTAKA
Aswaldi A. Sudarsono, Ilyas 2005. Perbenihan sayuran
di Indonesia : kondisi terkini dan prospek bisnis benih sayuran. Bul. Agron.
23(1):38.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta. 2008.
Kerusakan Produk Sayuran di DKI Jakarta 2006.
http://jakarta.litbang.deptan.go.id. [28 November 2008]
[BPS] Badan pusat statistika.2013. Produksi
Tanaman Sayuran Di Indonesia Jakarta 2014. http://bpshq@bps.go.id. [20 Januari 2014]
Hariyanti
R.2002. Analisis Perbandingan Usahatani
Wortel Varietas C-7 Dn Varietas Pusaka (Studi Kasus di Dusun Sumber Brantas,
Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota
Batu). Malang
Kartasapoetra A. 2003. Teknologi Benih Pengolahan
Benih dan Tuntunan Praktikum. Jakarta (ID): PT As di Mahasatya.
Lita Sutopo. 1993. Teknologi Benih. Penerbit
C.V Rajawali. Jakarta.
OU. Shu Huang. Rice diseases. IRRI, 1985.
Pitojo S. 2006. Benih Wortel. Kanisius, Yogyakarta.
Septiatin . 2009. Apotek Hidup dari Sayuran dan
Tanaman Pangan. Bandung(ID) CV. Yrama Widya
Keliat, S. D. (2008). Analisis Sistem Pemasaran Wortel. (Skripsi).
Medan: Universitas Sumatera Utara.
Manalu, H. (2007). Analisis Finansial Usaha Tani Wortel. (Skripsi).
Medan: Universitas Sumatera Utara.
Pohan, R. A. (2008). Analisis Usaha Tani dan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Pendapatan Petani Wortel. (Skripsi). Medan: Universitas
Sumatera Utara.
Rini, D. K. (2010). Respon Penawaran Wortel (Daucus carota) Di Kabupaten
Boyolali. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
LAMPIRAN
No
|
Kegiatan
|
Februari
|
Maret
|
||||||
TANGGAL
|
|||||||||
1 sd 7
|
8 sd 15
|
16 sd 22
|
23 sd 28
|
1 sd 8
|
9 sd 18
|
17 sd 23
|
23 sd 28
|
||
1
|
Pengenalan dan kuliah
umum tentang balai
|
||||||||
2
|
Mengikuti kegiatan
sertifikasi benih wortel
|
||||||||
3
|
Wawancara dan Studi
pustaka
|
||||||||
5
|
Pengumpulan Data
|
||||||||
6
|
Evaluasi
|
||||||||
7
|
Penyelesaian Laporan
|
Keterangan :
Ö
: Pelaksanaan kegiatan