LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK PENGELOLAAN TANAH DAN AIR
Di susun oleh:
Kelompok 1-A1
1.
Ulfa Rafiqha (J3G112027)
2.
Sari Hartati Br Sagala (J3G112025)
3.
Sofia M Br Tarigan (J3G109050)
4. Nur M. Akbar Ilahi (J3G112001)
5.
Wibowo Setiady (J3G112029)
6.
Nida Aisyah (J3G112073)
7.
Bayu Segara (J3G111079)
Dosen:
Dr. Ir. Eko Sulistyono, MS
Restu Puji Mumpuni, SP.
Vitria Puspitasari Rahadi, SP, MSi
Asisten:
Desty Dwi Sulistyowati, SP
Mutiara Dewi Puspitawati,SP, MSi
Ismail Saleh, SP, MSi
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nyalah,
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan mata kuliah Teknik Pengelolaan Tanah
dan Air, berdasarkan praktikum yang kami lakukan setiap hari sabtu, di lahan Gunung Gede Institut Pertanian Bogor, dengan
menanam komoditas padi Gogo varietas Situpatenggang.
Dalam
penyusunan laporan ini, kami tidak terlepas dari bimbingan dan masukan dari
pihak lain. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada
:
·
Dosen beserta asisten dosen kuliah mata kuliah Teknik Pengelolaan Tanah dan Air,
Teknologi Industri Benih.
·
Semua pihak yang secara langsung atau tidak langsung
membantu kami dalam menyusun laporan ini, baik bantuan secara moral maupun
material.
Penyusunan
laporan ini telah kami usahakan secara maksimal, tetapi kami menyadari masih
banyak terdapat kesalahan dalam pembuatan laporan ini. Adanya saran dan kritik
dari semua pihak, guna perbaikan laporan.
Akhir
kata kami minta maaf apabila ada kesalahan dalam pembuatan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat.
Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Bogor, Januari 2014
Daftar isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan pertumbuhan penduduk di Indonesia yang sangat pesat, maka kebutuhan
masyarakat terhadap pangan semakin besar juga. Bahan pangan yang dikonsumsi
oleh para penduduk Indonesia yaitu padi,
jagung, ubi – ubian, dan lain – lain. Tetapi sebagian besar penduduk lebih
cenderung mengkonsumsi padi. Karena padi kaya akan sumber karbohidrat yang
sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia.
Padi gogo adalah budidaya padi di lahan kering. Lahan
kering yang digunakan untuk tanaman padi gogo rata-rata lahan
marjinal yang kurang sesuai untuk tanaman. Tanaman padi gogo membutuhkan curah hujan
lebih dari 200 mm per bulan selama tidak kurang dari tiga bulan (Purwono dan
Purnamawati, 2008). Persentase tumbuh padi gogo lebih kecil dibandingkan dengan
padi sawah, sehingga benih yang dibutuhkan lebih banyak. Benih padi gogo tidak
perlu disemai. Penanaman padi gogo dilakukan dengan jarak tanam 40 cm
x 20 cm. Masalah dalam pertanaman padi gogo diantaranya kerebahan. Selain itu
terdapat fase7fase kritis padi, yaitu pada fase awal pertumbuhan,primordia
bunga hingga munculnya bunga, dan pengisian biji. Jika terjadi kekeringan pada fase
tersebut akan menurunkan hasil dan meningkatkan persentase gabah hampa (Purwono
dan Purnamawati, 2008).
Padi gogo mempunyai kelebihan dan kelemahan dalam
usahataninya. Kelebihan padi gogo diantaranya (1) berfungsi sebagai tanaman
pioner pada pembukaan lahan kering untuk pertanian,pada bekas hutan sekunder
atau padang alang-alang, (2) mampu memanfaatkan hara yang tersedia dalam
tanah dengan efisien dan toleran terhadap pH rendah, (3) dapat ditanam sebagai
tanaman penyerta pada peremajaan tanaman kehutanan dan perkebunan. Kelemahan
padi gogo diantaranya: (1) mudah tertular penyakit, jikatidak terdapat gen-gen yang
tahan, (2) tanpa pengelolaan yang tepat, usahatani padi gogo akan mudah
mengakibatkan terjadinya erosi permukaan, (3) penanaman padi gogo tanparotasi
Tanaman yang tepat dan pemeliharaan kesuburan tanah akan menurunkan
produktivitas lahan secara cepat (Sumarno dan Hidayat, 2007). Produktivitas
padi gogo masih rendah, sekitar 273 ton/ha Gabah Kering Giling (GKG), sedangkan
potensinya dapat mencapai 475 ton/ha (Sumarno dan Hidayat, 2007). Hal ini
disebabkan karena adanya faktor pembatas dalam produksi seperti solum tanah
yang kurang dari 5 cm,tekstur sangat kasar, kadar hara tanah sangat rendah,
tingkat kelerengan lahan lebih dari 40 %, dan curah hujan yang sangat rendah.
Kondisi agroekologi yang ideal diperlukan untuk 4 mengurangi
faktor pembatas, diantaranya topografi datar sedikit bergelombang, solum tanah
dalam lebih dari 40 cm, tekstur halus medium, kandungan bahan organik
tanah tinggi7medium, curah hujan selama empat bulan merata dengan total 4007600
mm (Basyir et al., dalam Sumarno dan Hidayat, 2007).
Fungsi Air bagi
Tanaman Air merupakan komponen utama tanaman karena 90 % sel-sel tanaman mengandung air. Peran air bagi tanaman
diantaranya : (1) pelarut dan pembawa ion7ion hara dari rhizosfer ke akar
kemudian ke daun, (2) sarana transportasi dan pendistribusian nutrisi,
(3)komponenkunci dalam proses fotosintesis, asimilasi, sintesis, maupun
respirasi tanaman (Hanafiah, 2007) Absorbsi air pada tanaman dipengaruhi oleh (1) kecepatan kehilangan air,
(2) penyebaran dan efisiensi sistem perakaran, (3) potensial air tanah dan daya hantar tanah
(Islami dan Utomo, 1995).
Perkecambahan benih ditentukan oleh ketersediaan air di dalam media tanam.
Ketersediaan air paling baik adalah pada saat kapasitas lapang. Menurut Hardjowigeno
(1989) kapasitas lapang adalah keadaan tanah yang cukup lembab yang
menunjukkan jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya
gravitasi. Air tersedia pada kapasitas
lapang akan semakin berkurang karena diserap oleh tanaman dan menguap. Air akan
mendekati titik layu permanen mengakibatkan cekaman kekeringan pada
tanaman.Menurut Islami dan Utomo (1995) cekaman kekeringan pada tanaman terjadi karena ketersediaan air dalam
media tidak cukup dan transpirasi yang berlebihan atau kombinasi kedua faktor
tersebut. Tanaman yang menderita cekaman kekeringan secara umum mempunyai
ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh normal. Cekaman
kekeringan mempengaruhi proses fisiologi dan biokimia tanaman serta menyebabkan
terjadinya modifikasi anatomi dan morfologi tanaman.
Kandungan
prolin pada daun yang masih muda maupun yang sudah tua mengalami peningkatan
pada cekaman kekeringan. Kandungan prolin pada daun muda lebih banyak
dibandingkan dengan daun yang sudah tua (Mostajeran dan Rahimi7Eichi, 2009). 6 Cekaman air akan menyebabkan hasil tanaman menurun. Hal ini
disebabkan karena terganggunya metabolisme tanaman.Penutupan stomata
mengakibatkan turunnya absorbsi CO2, sehingga mengurangi aktivitas dan hasil fotosintesis. Peningkatan
efisiensi air untuk menghasilkan tanaman diperlukan pada tanaman yang mengalami
cekaman air (Islami danUtami, 1995).
Padi merupakan
tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman pertanian kuno berasal
dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Bukti sejarah
memperlihatkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina) sudah dimulai pada 3.000
tahun SM. Fosil butir padi dan gabah ditemukan di Hastinapur Uttar Pradesh India
sekitar 100-800 SM. Selain Cina dan India, beberapa wilayah asal padi adalah,
Bangladesh Utara, Burma, Thailand, Laos, Vietnam.
Jenis Tanaman
Klasifikasi
botani tanaman padi adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monotyledonae
Keluarga : Gramineae (Poaceae)
Genus : Oryza
Spesies : Oryza
spp.
Varietas : Situpatengang
Manfaat Tanaman
Beras merupakan makanan sumber karbohidrat yang utama di kebanyakan Negara
Asia. Negara-negara lain seperti di benua Eropa, Australia dan Amerika
mengkonsumsi beras dalam jumlah yang jauh lebih kecil daripada negara Asia.
Selain itu jerami padi dapat digunakan sebagai penutup tanah pada suatu usaha
tani.
Syarat Pertumbuhan
Pada dasarnya dalam budidaya tanaman, pertumbuhan dan perkembangan tanaman
sangat dipengaruhi oleh faktor genetis dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan
yang paling penting adalah tanah dan iklim serta interaksi kedua faktor
tersebut. Tanaman padi gogo dapat tumbuh pada berbagai agroekologi dan jenis
tanah. Sedangkan persyaratan utama untuk tanaman padi gogo adalah kondisi tanah
dan iklim yang sesuai. Faktor iklim terutama curah hujan merupakan faktor yang
sangat menentukan keberhasilan budidaya padi gogo. Hal ini disebabkan
kebutuhan air untuk padi gogo hanya mengandalkan curah hujan.
Iklim
Padi gogo
memerlukan air sepanjang pertumbuhannya dan kebutuhan air tersebut hanya
mengandalkan curah hujan. Tanaman dapat
tumbuh pada derah mulai dari daratan rendah sampai daratan tinggi. Tumbuh di
daerah tropis/subtropis pada 450 LU sampai 450 LS dengan
cuaca panas dan kelembaban tinggi dengan musim hujan 4 bulan. Rata-rata
curah hujan yang baik adalah 200 mm/bulan selama 3 bulan berturut-turut atau
1500-2000 mm/tahun. Padi dapat ditanam di musim kemarau atau hujan. Pada musim
kemarau produksi meningkat asalkan air irigasi selalu tersedia. Di musim hujan,
walaupun air melimpah prduksi dapat menurun karena penyerbukankurang intensif.
Di dataran rendah padi memerlukan ketinggian 0-650 m dpl dengan temperature
22-27 derajat C sedangkan di dataran tinggi 650-1.500 m dpl dengan temperature
19-230C.
Tanaman padi
memerlukan penyinaram matahari penuh tanpa naungan. Di Indonesia memiliki
panjang radiasi matahari ± 12 jam sehari dengan intensitas radiasi 350 cal/cm2/hari
pada musim penghujan. Intensitas radiasi ini tergolong rendah jika dibandinkan
dengan daerah sub tropis yang dapat mencapai 550 cal/cm2/hari. Angin
berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan tetapi jika terlalu kencang akan
merobohkan tanaman.
Tanah
Padi gogo
harus dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, sehingga jenis tanah tidak begitu
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil padi gogo. Sedangkan yang lebih
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil adalah sifat fisik, kimia dan
biologi tanah atau dengan kata lain kesuburannya. Untuk pertumbuhan tanaman
yang baik diperlukan keseimbangan perbandingan penyusun tanah yaitu 45% bagian
mineral, 5% bahan organik, 25% bagian air, dan 25% bagian udara, pada lapisan
tanah setebal 0 – 30 cm.
Struktur tanah yang cocok untuk
tanaman padi gogo ialah struktur tanah yang remah. Tanah yang cocok bervariasi
mulai dari yang berliat, berdebu halus, berlempung halus sampai tanah kasar dan
air yang tersedia diperlukan cukup banyak. Sebaiknya tanah tidak berbatu, jika
ada harus < 50%. Keasaman (pH) tanah bervariasi dari 5,5 sampai 8,0. Pada pH
tanah yang lebih rendah pada umumnya dijumpai gangguan kekahatan unsur P,
keracunan Fe dan Al. sedangkan bila pH lebih besar dari 8,0 dapat mengalami kekahatan
Zn.Mulsa juga sangat
diperlukan untuk pertanaman padi gogo. Manfaatnya adalah memperbaiki kondisi
tanah agar hara yang terdapat dalam tanah terkumpul dan dapat menjadi makanan
tanaman tersebut. Mulsa dibagi atas dua jenis, mulsa organik
dan mulsa anorganik.
Pengolahan
tanah untuk pertanaman padi gogo sangat penting agar struktur tanah berubah
menjadi gembur. Mengolah tanah ini berarti membalik lapisan tanah bawah agar
ada pertukaran aliran udara. Dari proses initanah akan berubah menjadi gembur.
Tanah yang gembur akan memudahkan akar tanaman masuk kedalam tanah dan menyerap
unsur hara.
Mulsa yang digunakan dalam penanaman padi gogo yaitu
mulsa organik. Mulsa organik
berasal dari bahan-bahan alami yang mudah terurai seperti sisa-sisa tanaman
seperti jerami dan alang-alang. Mulsa ini murah dan mudah didapat. Keuntungan
lainnya adalah mulsa ini dapat terurai sehingga menambah kandungan bahan
organik dalam tanah. Sebaiknya cacah terlebih dahulu jerami atau alang-alang
sebelum ditebarkan di atas tanah sebagai mulsa. Hanya saja pada beberapa waktu
kemudian perlu ditambahkan cacahan jerami atau alang-alang untuk mengganti yang
mulsa yang telah terurai. Selain jerami dan alang-alang dapat digunakan cacahan
batang dan daun jagung atau rumput-rumputan lainnya.
Mulsa
sisa tanaman akan melapuk dan membusuk. Karena itu perlu menambahkan mulsa
setiap tahun atau musim, tergantung kecepatan pembusukan.
Sisa tanaman dari
rumput-rumputan, seperti jerami padi, lebih lama melapuk dibandingkan bahan
organik dari tanaman leguminose seperti benguk,Arachis, dan sebagainya.
Mulsa
sisa tanaman dapat memperbaiki kesuburan, struktur, dan cadangan air tanah.
Mulsa juga menghalangi pertumbuhan gulma, dan menyangga (buffer) suhu tanah
agar tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Selain itu, sisa tanaman
dapatmenarik binatang tanah (seperti cacing), karena kelembaban tanah yang
tinggi dan tersedianya bahan organik sebagai makanan cacing. Adanya cacing dan
bahan organik akan membantu memperbaiki struktur tanah.
B. Tujuan
Penulisan
laporan ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan fase pertumbuhan dan hasil
produksi kedelai yang ditanam dengan menggunakan metode Olah Tanah Penuh dan Olah Tanah Minimum. Selain itu, untuk
mencari metode penanaman yang terbaik.
BAHAN DAN METODE
a. Waktu dan Tempat
Kegiatan ini
dimulai pada pukul 07.00 – 10.20 Wib di Lahan Gunung Gede
b. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam pratikum
ini adalah Benih Padi Gogo, Pupuk (Urea 33.7 g/ha, SP36 810
g/ha, KCl 540
g/ha), Furadan, Aluminium
foil, Label, Rumput
untuk mulsa ,
Padi gogo, Air.
Alat yang digunakan dalam pratikum ini adalah Cangkul, Kantong plastic,
Kored, Sabit, Meteran, Ajir, Tali Rafia, Traktor, Tugal, Timbangan Digital,
Alat tulis, Oven, Desikator, Gunting, Gelas ukur.
c.
Metode Pengamatan
·
Survey analisis kesesuaian
lahan
1.
Mengamati apa saja sumber air yang
berada di sekitar lahan (survey air)
2.
Mengambil contoh tanah di lahan
yang akan kita kerjakan (survey lahan)
3.
Mengamati keadaan pencahayaan yang
ada di lahan (survey lahan)
·
Metode penanaman
Ø Alat dan bahan
dipersiapkan terlebih dahulu
Ø Lahan di ukur pada
masing – masing kelompaok dan perlakuan sesuai dengan yang di tentukan kelompok satu A1, Mendapatkan (M5)
Ø Tanah diolah dengan
cara olah tanah minimum + mulsa di bawah dan di atas permukaan tanah, dengan
kedalaman tanah ± 20 cm
Ø
Jarak tanam
diukur pada antar baris dan antar lubang tanam dengan jarak 25 cm x 25 cm
Ø
Alur drynase dibuat di setiap bagian sisi samping lahan
Ø
Lubang tanam di
isi 3 butir benih padi per lubang tanam dan diberi furadan setelah itu ditutup
Ø
Pupuk Urea, SP18, KCl Ditimbang sesuai
dengan dosis.
Ø
Pupuk dicampur ke dalam kantong
plastik hingga tercampur.
Ø
Alur pupuk di
buat di samping alur tanaman dengan jarak ± 15 cm kemudian pupuk di tebar
secara merata dan langsung ditutup.
Ø Alat yang telah
digunakan dibersihkan dan langsung di simpan pada ruamg peralatan
·
Metode tiap
pengamatan dan pengambilan sampel
Ø Alat
di persiapkan terlebih dahulu
Ø Melakukan
pembersihan gulma pada lahan dan alur tanaman
Ø Menghitung
daya tumbuh
Ø Melakukan
pengamatan Destruktif pada 10 sampel tanaman yang telah ditentukan
Ø Pada
sampel tanaman yang diamati adalah tinggi tanaman dan jumlah anakan
Ø Untuk
pengamatan volume akar diambil 3 rumpun tanaman padi gogo, dengan cara mengukur
panjang akar , tajuk dan volume akar
pada gelas ukur yang berisi air
Ø Setelah
di ukur tajuk dan akar di timbang dan di masukkan ke dalam oven untuk
mengetahui bobot keringnya.
Ø Untuk penyemprotan larutan curacron 2 cc dilarutkan dalam 15 liter air setiap
seminggu sekali .
·
Metode
pengamatan fase berbunga
Ø Mendengarkan
pengarahan dari dosen
Ø Alat
dan bahan dipersiapkan
Ø Melakukan
pembersihan gulma pada sekitar tanaman dan alur tanaman
Ø Menghitung jumlah
tanaman yang sudah berbunga
Ø Jika belum 75 %
maka masih dilakukan pengamatan rutin destruktif
Ø Setelah dilakukan
pengamatan, alat yang digunakan dibersihkan dan di kembalikan pada ruang peralatan.
·
Perawatan
Mencabuti
gulma yang ada di sekitar tanaman sedangkan untuk yang disekitar lahan, gulma
dibersihkan dengan cangkul atau kored. Perawatan dilakukan dari awal penanaman
hingga panen. Gulma tidak dibuang melainkan untuk dijadikan sebagai mulsa
tanaman agar tanah tetap lembab dan bisa mengurangi evaporasi.
·
Pengamatan
1.
Pada minggu ke-1 MST menghitung daya tumbuh benih
dan penyulaman.
Menghitung jumlah
benih yang tidak tumbuh lalu mencatatnya ke dalam buku tulis. Kemudian
menghitung daya tumbuh benih.
Mengamati tanaman
pada petakan satu per satu. Jika ditemukan tanaman yang tidak tumbuh atau mati,
maka dilakukan penyulaman. Caranya dengan melubangi tanah pada tanaman yang
tidak tumbuh atau mati tapi jangan sampai terkena akar tanaman disebelahnya
agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman tersebut. Memasukkan benih padi dan furadan yang sama ke dalam lubang tersebut lalu tutup kembali dengan
tanah.
2.
Pada minggu ke-2 MST mengambil
contoh tanaman sebanyak 10 tanaman untuk masing-masing lahan.
Menandai contoh tanaman sebanyak 10 tanaman untuk
masing-masing lahan (jangan mengambil
tanaman pinggir) dengan bambu.
3.
Pada minggu ke-2 hingga minggu ke-10
MST mengukur tinggi dan jumlah anakan pada tanaman contoh.
Mengukur tinggi tanaman dari permukaan tanah hingga titik
tumbuh kuncup dengan menggunakan meteran. Menghitung jumlah anakan.
4.
Pada minggu ke-10
MST menghitung daya tumbuh malai pada tanaman contoh
Menghitung jumlah malai pada tanaman contoh lalu mencatatnya
kedalam buku tulis.
5.
Pada minggu ke-1 dan ke-3
MST mengukur kadar air tanah.
Mengambil contoh
tanah dengan cara mencangkul tanah sedalam ± 50 cm dengan ukuran setiap keliling permukaan tanha 10x10x10 cm pada masing-masing lahan lalu mencampur
tanah sampai rata. Membungkus tanah dengan alumunium foil lalu menimbang tanah
dengan timbangan digital (BB). Sebelum dimasukkan ke dalam oven
bungkusan tanah ditusuk dengan lidi agar terjadi penguapan air di dalam oven.
Masukkan contoh tanah kedalam oven selama 3 hari. Keluarkan contoh
tanah dari oven lalu masukkan kedalam desikator selama 3 hari sampai kadar air tanah sudah tidak berubah lagi. Menimbang contoh tanah dengan timbangan digital
(BK).
6.
Pada minggu ke-8 dan minggu ke-9 menghitung debit air.
Mengamati dan
menghitung setiap detik ke 15, 30, 60 volume air
yang didapat dan volume/detik nya dengan cara volume dibagi dengan waktu , dan
mencatat kebutuhan air per hari nya.
7.
Pada minggu
ke-4, ke-8 dan ke-12 MST pengamatan volume akar dan bobot kering tanaman.
Pengamatan volume akar dengan
cara mengambil tiga rumpun tanaman selain tanaman contoh dan membersihkan sisa
tanah tanaman untuk pengamatan volume akar dengan memasukan satu rumpun nya ke
gelas ukur. Menghitung tinggi akar dan tinggi tajuk. Menimbang bobot basah tajuk (dari ruas pertama
hingga ujung tanaman) dan akar dengan timbangan digital (BB). Memasukkan tajuk dan
akar kedalam oven dengan suhu 105°C selama ± 24 jam. Mengeluarkan tajuk dan
akar dari oven lalu masukkan kedalam desikator selama ± 30 menit. Menimbang
tajuk dan akar dengan timbangan digital (BK).
8.
Pada minggu ke-15
MST pemanenan padi pada tanaman contoh dan tanaman Ubin.
Mencabut tanaman contoh dan ubin sekitar 2,5 m x 2,5 m lalu
menghitung BB dan BK malai padi tanaman sampel pada oven selama 24 jam dan ubin di box
dryer selama 12 jam.
HASIL DAN PEMBAHASAN
|
MINGGU KE
|
||||||||
PERLAKUAN
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
M1
|
|
|
2,25
|
6,20
|
7,88
|
9,48
|
12,35
|
12,80
|
13,50
|
M2
|
|
|
2,48
|
5,33
|
6,73
|
9,50
|
11,48
|
12,93
|
14,25
|
M3
|
|
|
5,00
|
9,58
|
10,08
|
10,53
|
11,90
|
13,65
|
14,43
|
M4
|
|
|
2,60
|
4,18
|
7,93
|
10,75
|
12,18
|
15,73
|
17,15
|
M5
|
|
|
1,48
|
3,28
|
5,65
|
7,68
|
11,03
|
12,88
|
13,53
|
|
MINGGU KE
|
||||||||
PERLAKUAN
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
M1
|
|
|
24,87
|
34,69
|
59,20
|
71,09
|
83,99
|
89,54
|
95,98
|
M2
|
|
|
28,30
|
40,49
|
53,58
|
71,96
|
85,78
|
92,75
|
97,45
|
M3
|
|
|
31,62
|
39,78
|
62,98
|
66,89
|
73,02
|
90,03
|
93,72
|
M4
|
|
|
26,81
|
35,53
|
49,44
|
63,48
|
73,59
|
88,29
|
91,93
|
M5
|
|
|
24,10
|
31,27
|
41,73
|
49,70
|
72,35
|
83,01
|
86,21
|
|
Panjang Akar
|
Volume Akar
|
||||
MINGGU KE
|
4
|
8
|
12
|
4
|
8
|
12
|
M1
|
9.06
|
17.11
|
22.12
|
1.27
|
17.95
|
38.10
|
M2
|
9.50
|
16.88
|
18.66
|
0.99
|
15.29
|
34.38
|
M3
|
8.76
|
12.91
|
21.00
|
2.54
|
10.10
|
23.06
|
M4
|
6.79
|
9.95
|
14.69
|
4.30
|
10.71
|
22.72
|
M5
|
6.86
|
14.86
|
17.47
|
3.29
|
10.09
|
21.78
|
bobot kering tanaman
|
|||||||||||||||
minggu ke
|
4
|
8
|
12
|
||||||||||||
Tajuk
|
Akar
|
Tajuk
|
Akar
|
Tajuk
|
Akar
|
||||||||||
M1
|
0,46
|
0,44
|
8,82
|
2,97
|
|
|
|||||||||
M2
|
0,58
|
0,18
|
8,29
|
2,46
|
|
|
|||||||||
M3
|
0,41
|
0,29
|
8,33
|
1,92
|
|
|
|||||||||
M4
|
0,56
|
1,13
|
14,53
|
4,24
|
|
|
|||||||||
M5
|
0,90
|
0,30
|
9,04
|
2,30
|
|
|
|||||||||
|
|||||||||||||||
PERLAKUAN
|
jumlah malai
|
panjang malai (cm)
|
bobot gabah dalam 1 rumpun (gram)
|
bobot basah 1000 butir (gram)
|
bobot kering 1000 butir (gram)
|
KA (%)
|
bobot ubinan basah (Kg)
|
bobot ubinan kering (Kg)
|
|||||||
M1
|
10,15
|
24,54
|
40,08
|
25,87
|
23,16
|
17,78
|
2,98
|
2,05
|
|||||||
M4
|
9,37
|
22,60
|
32,83
|
30,33
|
23,95
|
18,61
|
3,30
|
2,55
|
|||||||
M3
|
9,23
|
22,60
|
31,73
|
27,77
|
25,48
|
18,62
|
2,31
|
1,63
|
|||||||
M5
|
8,78
|
22,52
|
28,59
|
26,77
|
22,68
|
16,78
|
2,64
|
1,72
|
|||||||
M2
|
9,30
|
24,00
|
28,10
|
25,53
|
23,44
|
14,16
|
3,18
|
2,65
|
|||||||
Pembahasan
Setelah
melakukan praktikum ini, telah didapatkan data-data tentang tanaman padi. Sebagai penjelasan kembali bahwa pada saat penanaman
diberikan dua perlakuan, yaitu OTM (Olah Tanah Minimum ) dan OTP (Olah Tanah
Penuh). Data-data yang dicantumkan berdasarkan hasil dari tanaman sampel yang
dipilih secara acak (selain tanaman pinggir),masing-masing 10 tanaman sampel
untuk wilayah OTM dan wilayah OTP.
Rata-rata tinggi tanaman padi wilayah OTM dengan gulma diatas dengan > rata-rata
tinggi tanaman padi wilayah OTP, hal ini dikarenakan lahan OTM diberi mulsa
(organik) sehingga kelembaban pada tanah
tinggi, cahaya matahari yang terik tidak langsung berdampak negatif pada
tanaman padi, dan bahan organik
lebih banyak tersedia di lahan OTM. Lahan OTP yang langsung terkena terik
matahari , terlihat permukaan tanahnya
kering dan pecah-pecah. Hal ini juga turut mempengaruhi tinggi tanaman pada
lahan OTP.
Nilai R2 pada OTM dan OTP diatas 20,00. Hal ini menunjukkan bahwa grafik pertumbuhan itu nyata
dan sesuai dengan pertumbuhan tanaman padi.
Pada pertumbuhan vegetatif (khususnya tinggi tanaman),
lahan OTM lebih baik daripada lahan OTP.
Tinggi tanaman tidak bertambah lagi setelah tanaman padi gogo varietas Situpatenggang ini berbunga, maka padi
yang ditanam pada praktikum ini termasuk tipe determinate.
Untuk
pertumbuhan jumlah anakan, lahan OTM untuk M4 dengan Mulsa dibawah masih unggul meskipun pada minggu ke empat jumlah anakan
di lahan OTP M1 lebih besar dari
pada OTM M4 yaitu dengan
rata-rata M1 6.02 sedangkan pada
lahan OTM M4 memiliki rata-rata 4,175. Dengan perbedaan jumlah anakan yang hampir sama ini kesimpulan yang didapat adalah
pengambilan sinar matahari pada kedua lahan ini mempunyai luas yang sama. Jadi
proses berlangsungnya fotosintesis tidak membuat kedua lahan ini berbeda dalam
pertumbuhannya. Meskipun sebagian lahan OTM ternaungi oleh pohon, hal ini tidak
berpengaruh terhadap jumlah daun. Selain intensitas cahaya matahari,
tercukupinya hara yang dikandung oleh tanaman juga mendukung terbentuknya daun.
Pemakaian
UREA sedikit berpengaruh terhadap aktivitas daun dan mencegah
keluruhan daun lebih awal, akan tetapi tidak meningkatkan laju fotosintesis. Pemberian UREA yang berlebihan akan mengakibatkan cepat
luruhnya daun sehingga menyebabkan presentasi jumlah daun berkurang. Oleh sebab
itu pemberian UREA hanya diberikan satu kali pada saat penanaman.
Beberapa
faktor dari aspek manajemen yang mempunyai korelasi positif meningkatkan produktivitas
padi, antara lain : varietas padi, jarak tanam, dan pengolahan tanah. Pada saat pengolahan tersebut, tanah bisa dipupuk dengan pupuk
organik, sebab bahan organik tersebut dapat menambah kesuburan tanah dan dapat mengikat air dengan
membantu tanah menahan air hujan sehingga
air pada musim kemarau dapat bertahan lebih lama (Suroto, 2006).
Gulma
merupakan penyebab utama kehilangan hasil tanaman budidaya lewat persaingan untuk cahaya, air, nutrisi, CO2,
ruang dan lain-lainnya. Kehilangan hasil tersebut dapat puladidekati dengan
membandingkan hasil dari lahan bergulma dan bebas gulma (Moenandir, 1993).Dari
hasil penelitian menunjukkan bahwa akibat pengendalian gulma yang terlambat satu bulan dapat menurunkan hasil sampai 17 %
(Lamid. Z, 1984)
Berdasarkan
hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa Pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman umur 6 MST dan jumlah anakan umur 8 MST. Hal ini di sebabkan pada perlakuan olah tanah penuh dan olah tanah penuh dengan mulsa diatas
pertumbuhan perakarannya
tanaman yang sudah dalam dan lebih
meluas permukaan akar tanamannya
untuk menembus tanah
sehingga mudah dalam penyerapan
unsur hara dan air dalam tanah untuk proses pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Yoshida (1975),
Forest dan Kalms (1984) yang menyatakan bahwa kedalaman akar pada lapisan tanah juga
mempengaruhi ketersediaan air bagi tanaman. Hal ini di karenakan air meningkat pada lapisan tanah yang
lebih dalam. Dengan demikian padi gogo yang memiliki sistem perakaran yang dalam lebih lama
dapat bertahan terhadap kekurangan curah hujan dibanding dengan varietas tanaman yang
perakarannya dangkal.
Berdasarkan
hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa pengolahan tanah
berpengaruh
nyata terhadap jumlah anakan umur 4 MST. Hal ini disebabkan karena tanaman
masihdalam awal pertumbuhan anakan, sehingga akar masih belum terlalu panjang
pertumbuhannya dan pada
perlakuan 0TM
(tanpa olah tanah) akar masih cepat menyarap air pada permukaan tanah yang lembab dan memiliki daya simpan air
yang cukup baik. Hal ini sesuai dengan literatur Soepardi (1983) yang menyatakan bahwa bentuk
perakaran, daya tahan terhadap kekeringan, tingkat dan stadia pertumbuhan merupakan faktor
tanaman. Suhu udara dan kelengasan merupakan faktor iklim yang mempengaruhi koefisienan
penggunaan air tanah dan jumlah yang dapat hilang melalui saluran bukan tanaman, seperti
evaporansi dari permukaan tanah. Sedangkan sifat tanah yang mempengaruhi air tanah tersedia
adalah hubungan hisapan dan kelengasan, kedalaman tanah, danlapisan tanah.
Berdasarkan
hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa perlakuan penyiangan berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman umur 6 MST, jumlah anakan umur 8 MST dan bobot kering jerami. Dalam penelitian ini
telah diperoleh penyiangan yang tepat dan baik untuk penyiangan pada padi jika dilakukan
tidak cepat akan membuat
tanaman menjadi lebih kerdil karena terjadinya perebutan unsur hara antara
tanaman padi dengan
gulma (kompetisi). Dengan penyiangan yang tepat pertumbuhan
yang dihasilkan lebih baik sehingga
bobot jerami dan akar nya pun lebih baik karena tidak terjadinya kompetisi
antara gulma dan
tanaman utama. Hal ini sesuai dengan literarur Norsalis (2011) yang menyatakan
bahwa tanaman memerlukan penyiangan yang
sempurna untuk mencegah pertumbuhan gulma. Penyiangan yang tepat dilakukan sebelum gulma
menghambat penyerapan zat-zat makanan dari tanah. Dalam pertumbuhan tanaman terdapat selang
waktu tertentu dimana tanaman sangat peka terhadap persaingan gulma. Keberadaan atau
munculya gulma pada periode waktu tertentu dengan kepadatan yang tinggi yaitu tingkat ambang
kritis akan menyebabkan penurunan hasil secara nyata. Periode waktu
dimana tanaman peka terhadap persaingan dengan gulma dikenal sebagai periode
kritis.
Dalam periode kritis, adanya gulma yang tumbuh disekitar
tanaman harus dikendalikan agar tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan
hasil akhir tanaman. Persaingan gulma terhadap
pertanaman terjadi dan nyata 25-33 % pertama pada siklus hidup nya 1/4 - 1/3
dari umur pertanaman.
Menunjukkan bobot KA 1000 butir pada perlakuan pengolahan tanah cenderung
lebih tinggi pada perlakuan M4 dan cenderung lebih rendah pada perlakuan M2. Pada perlakuan Mulsa diatas cenderung lebih tinggi pada perlakuan mulsa diatas dan mulsa dibawah cenderung lebih rendah pada perlakuan
olah minimum saja.
Hal ini bisa terjadi karena pemberian mulsa dibawah itu bisa menghambat
pertumbuhan akar dan tidak bisa berkembang serta kurang mendapatkan nurtrisi
dari tanah itu sendiri karena terhambat dari mulsa yang diberikan dibawah.
Pengamatan destruktif tanaman ini dilakukan pada minggu
ke-9. Pengamatan ini dilakukan dengan menghitung kadar air tanaman yang
terkandung pada tanaman itu mulai dari akar hingga tajuk. Dengan mengetahui
kadar air tanaman ini kita bisa mengetahui baik atau tidaknya pertumbuhan
tanaman itu. Karena di dalam tanaman pasti terjadi suatu proses transportasi
unsur hara yang berbentuk air. Sehingga jika tanaman tersebut mempunyai kadar
air yang tinggi berarti dalam tanaman tersebut transportasi tanamannya
berlangsung lancar dan tidak ada gangguan. Hasil pengamatan destruktif ini
dapat dilihat pada tabel 8 dan 9. Perbandingan kadar air yang didapat dari
pengamatan ini tidak terlalu jauh dan dari hasil ini dapat dikatakan unsur hara
yang terkandung dalam ke dua metode tanam ini tidak jauh berbeda. Simbiosis yang efektif dan efisien akan meningkatkan
bobot kering tajuk, jumlah dan bobot kering bintil akar (Abu Shakra, 1975). Pemberian
pupuk NPK berpengaruh nyata dengan komponen hasil yang meliputi jumlah polong
isi, jumlah biji, bobot kering polong, bobot kering biji tiap tanaman dan hasil
biji tiap hektar, kecuali bobot kering 100 biji. Sebelum pembentukan polong,
hara N,P, dan K di akumulasikan dalam daun dan batang, kemudian dalam proses
pembentukan dan pengembangannya, polong mengakumulasi hara N,P, dan K sangat
cepat.
Berdasarkan hasil analisis data secara statistik
menunjukkan bahwa Pengolahan tanah berpengaruh
nyata terhadap bobot kering akar dan bobot kering jerami. Hal ini disebabkan
pada perlakuan olah tanah penuh kondisi tanah menjadi gembur, agregat tanah menjadi lebih halus, dan aerase dan drainase tanah menjadi lebih baik
sehingga memudahkan akar dalam memperluas
bidang serapan unsur hara dan air, yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman
menjadi lebih baik. Hal ini sesuai
dengan literatur Widodo (2004) yang menyatakan bahwa pengolahan tanah pada penanaman padi gogo ialah bertujuan untuk
memperbaiki aerasi atau tata udara tanah, menghilangkan
gas atau senyawa racun dalam tanah, memperluas permukaan tanah yang dapat mudah dijangkau oleh akar,dan sekaligus memberantas gulma
yang masih hidup atau yang masih dalam
bentuk biji yang terdapat di permukaan maupun dalam tanah Hasil analasis secara statistik menunjukkan bahwa
interaksi antara pengolahan tanah dan frekuensi
penyiangan yang berbeda berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter. Hal
ini diduga karena salah satu faktor yang lebih dominan dari
faktor lainnya atau kedua faktor ini tidak saling mendukung untuk pertumbuhan dan produksi padi
gogo. Hal ini sesuai dengan literatur Sutedja
dan kartasapoetra (2002) yang menyatakan bahwa bila masing-masing faktor
perlakuan mempunyai sifat berbeda
pengaruh dan sifat kerjanya maka akan menghasilkan hubungan yang berbeda dalam mempengaruhi pertumbuhan dan produksi suatu
tanaman.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pengolahan
tanah 2 kali (T1) dan pengolahan tanah 3 kali (T2) meningkatkan pertumbuhan tanaman meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan, bobot kering akar, dan
bobot kering jerami.
Dari hasil
penelitian disarankan untuk tanaman padi gogo menggunakan kombinasi antara olah tanah penuh dengan penyiangan penuh dengan mulsa diatas karena dapat
menghasilkan produksi tanaman tertinggi.
Padi gogo merupakan jenis padi yang
dibudidayakan pada lahan marginal atau lahan kering dimana pemenuhan kebutuhan
air tanaman tergantung pada hujan yang turun (tadah hujan). Oleh karena itu
penaman yang baik dilakukan setelah terdapat 1 – 2 kali hujan, awal musim
penghujan (Oktober – Nopember) agar kebutuhan air teerpenuhi. Padi ini pada
umumnya lebih banyak diusahakan di daerah-daerah di luar Pulau Jawa, terutama
Sumatera, Kalimantan dan Nusa Tenggara karena sebagian besar wilayah ini berbukit-bukit
dan merupakan jenis lahan kering.
Saran
Dalam peningkatan ketahan pangan nasional,
peran padi gogo tidak kalah pentingnya. Meskipun memiliki umur yang lebih
panjang, namun dari segi kualitas hasil tidak kalah dengan jenis padi sawah.
Agar diperoleh hasil yang maksimal, maka budidaya secara intensif perlu
dilakukan sehingga kegiatan ladang secara berpindah dapat ditekan
perkembangannya terutama untuk di daerah di luar Jawa.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1996. Intensifikasi Padi Gogo. Departemen Pertanian Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian; Ungaran
Noor, M. 1996. Padi Lahan Marginal.
Penebar Swadaya; Bogor
Hantoro, F.R.P. 2007. Teknologi Budidaya Padi Gogo.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian
Teguh Rahayu. 2000. Budidaya
Tanaman Padi Dengan Teknologi Mig-6 plus. BPP Teknologi dan MiG-6
Plus
Noor, M. 1996. Padi
Lahan Marginal. Penebar Swadaya; Bogor
Hantoro, F.R.P. 2007. Teknologi Budidaya Padi Gogo.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian
Forest
and J.M. Kalms, 1984. Influence of rainfall regime o upland rice production:
water demand simulation o overview of upland rice research. IRRI
Los banos, Philippines.p.143-160.
Harahap,I.S. dan B.Tjahjono,
2003. Pengendalian hama dan penyakit padi. Penebar swadaya.Bogor.
Lamid,Z., 1984.
Critical period of competition between dry land rice weeds. Penelitian
pertanian. 4(3):113-115.
Moenandir,J. 1993.
Persaingan tanaman budidaya dengan gulma. Raja grafindo persada. Jakarta
Norsalis,E., 2011. Padi
Gogo dan Padi Sawah. Diakses dari http: //repository.usu.ac.id. pdf. Pada 5 Desember 2011
Soepardi,G. 1983. Sifat
dan ciri tanah. Institute pertanian bogor. Bogor. 591 p
Suroto,B. 2006, “Artikel” Faktor – Faktor yang Menentukan ProduktivitasPadi
Berdasarkan Perbedaan Strata di Kabupaten
Karawang dan Purwakarta, Jawa Barat. Majalah Pangan,Media Komunikasi dan
Informasi No. 47/XV/Juli 2006. p 44-51.
Sutedja dan G.
Kartasapoetra., 2002. Pupuk dan cara pemupukan. Rineka cipta. Jakarta
Troeh,F.R. 1980. Soil
and water conservation for productivity and evironmental protection. Prentice hall.inc. englewood clifts, new
york.
Yoshida,S., 1975.
Factors that limit the growth and yield of upland rice. Major research in upland rice IRRI. Los banos. Philippines.
269 p.
Widodo, 2004.
Pertumbuhan dan Hasil Padi Gogo cv. Cirata Terhadap 3 Jenis Media Tanam dan Ukuran Pupuk Urea.Jurusan Budidaya
Pertanian, Fakultas Pertanian, UNIB. Jurnal Akta Agraria
vol. 7 No. 1 Hal. 6-10. Jan-Jun 2004
LAMPIRAN
Tanaman Padi 3
MST Tanaman Padi 5
MST
Tanaman Padi 10 MST
Tanaman Padi 11 MST Gambar saat penyemprotan
Gambar Table
Data Kelas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar