LAPORAN PRAKTIKUM
PREFERENSI Callosobruchus sp. TERHADAP BEBERAPA
JENIS KACANG-KACANGAN
Disusun
Oleh :
Kelompok A1-2
Ulfa Rafiqha
|
J3G112027
|
Sari Hartati
|
J3G112025
|
Dody Wibowo Putro
|
J3G112022
|
Wibowo Setiady
|
J3G112029
|
Roziqin Akbar
|
J3G112034
|
Dosen Pratikum
:
Dr.Ir.Rully
Anwar, Msi
PROGRAM
KEAHLIAN TEKNOLOGI INDUSTRI BENIH
PROGRAM
DIPLOMA
INSTITUT
PERTANIAN BOGOR
2014
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat-Nya lah kami dapat
menyelesaikan penulisan laporan ini sebagai salah satu tugas praktikum pada
mata kuliah Hama dan Penyakit Benih.
Adanya laporan ini diharapkan tidak
hanya untuk membantu memenuhi nilai mata kuliah Hama dan Penyakit Benih, namun
juga diharapkan dapat berguna bagi para pembaca.
Di dalam laporan ini akan di bahas
mulai dari penyimpanan benih dan tentang
preferensi dari hama Callosaruchus cinensis.
Terima kasih disampaikan kepada Bapak
Dr.Ir.Rully Anwar, Msi selaku dosen mata kuliah Hama dan
Penyakit Benih serta asisten dosen yang telah memberikan bimbingan dalam
penyusunan laporan ini. Kepada orang tua yang telah memberikan support dan doa.
Serta kepada teman-teman yang memberikan kritik dan sarannya.
Kami menyadari bahwa di dalam
laporan ini masih dijumpai kekurangan-kekurangan, oleh karenanya saran-saran
untuk perbaikan sangat diharapkan.
Bogor, 18 Januari 2014
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hama adalah hewan
atau organisme yang aktivitasnya dapat menurunkan dan merusak kualitas juga
kuantitas produk pertanian. Hama berdasarkan tempat penyerangannya dibagi
menjadi 2 jenis yaitu hama lapang dan hama gudang/hama pasca panen. Hama lapang
adalah hama yang menyerang produk pertanian pada saat masih di lapang. Hama
gudang adalah hama yang merusak produk pertanian saat berada di gudang
atau pada masa penyimpanan. Menurut Champ dan Highlei (1985), hama pasca
panen merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam
peningkatan produksi. Hasil panen yang disimpan khususnya biji-bijian setiap
saat dapat diserang oleh berbagai hama gudang yang dapat merugikan.
Menurut Winarno (2006), suatu bahan dianggap rusak bila
menunjukan adanya penyimpangan yang melewati batas yang dapat diterima secara
normal oleh panca indera atau parameter yang biasa digunakan manusia.
Berdasarkan keawetannya bahan pangan dapat digolongkan menjadi tiga golongan
yaitu: tahan lama, mudah rusak dan semi perishable. Setelah dipanen, biasanya
bahan pangan perlu disimpan, baik digudang atau di tempat penyimpanan lainnya.
Selam penyimpanan, bahan pangan tersebut dapat mengalami kerusakan yaitu
tergantung jenis produk yang disimpan dan cara penyimpanannya. Kerusakan ini bisa
disebabkan oleh salah satunya adalah hama gudang.
Menurut Karatasapoetra (1991), perlu dijelaskan bahwa
hama-hama yang terdapat dalam gudang tidak hanya menyerang produk yang baru
dipanen daja melainkan juga produk industri hasil pertanian tersebut. Produk
tanaman yang disimpan dalam gudang yang terserang hama tidak hanya terbatas
pada produk biji-bijian melulu melainkan pula produk betupa daun-daunan dan
kayu-kayuan/kulit kayu. Ini menjelaskan bahwa hama gudang juga perlu
diperhatikan dalam penanganannya. Hama gudang dapat dikategorikan ke dalam hama
utama (primary pest) yaitu hama yang mampu makan keseluruhan biji yang sehat
dan menyebabkan kerusakan.
Tujuan
Praktikum
ini bertujuan untuk mengetahui preferensi Callosobruchus
sp. terhadap beberapa jenis kacang-kacangan sebagai inangnya.
TINJAUAN PUSTAKA
Hama gudang
yang sering menyerang biji kacang-kacangan adalah
Callosobruchus chinensisL. Kerugian yang ditimbulkannya mencapai 96%. Hama ini
memakan kacang-kacangan khususnya kacang
hijau, kacang kedelai mulai dari merusak biji dan memakannya hingga tinggal
bubuknya saja. Tersebar diseluruh dunia terutama daerah tropis dan subtropis
(Kartasaputra,1991)
Hama yang banyak dijumpai dan merusak kacang dalam simpanan di
Indonesia adalah hama bubuk kacang Callosobruchus
chinensis (Slamet et al. 1985). C. chinensistergolong ke dalam famili
Bruchidae. Hama bubuk ini menyerang juga bahan
simpanan seperti kedelai, kacang panjang, kacang tunggak dan kacang jogo.
Callosobruchus spp. mengalami empat fase
perkembangan yaitu telur,
larva, pupa dan imago (Kalshoven 1981). Telur berbentuk
lonjong, berwarna abu-abu, transparan dan berukuran 0,57 mm. Siklus hidup 25-35 hari, keperidian 150 butir telur, imago betina hidup 1-2
minggu, dan imago tidak makan. Telur diletakkan di permukaan biji, satu telur
satu biji, sedangkan pupa dan larva hidup di dalam biji. Larva tidak
bertungkai, berwarna putih dan pada kepala agak kecoklatan. Pupa tipe bebas dan
warnanya putih. Setelah meletakkan telur imago mengeluarkan cairan pada
permukaan biji yang digunakan sebagai signal bahwa biji tersebut telah
diteluri. Imago lebih menyukai biji berpermukaan halus dibandingkan dengan biji
berpermukaan kasar.Kondisi optimum untuk hidup adalah temperatur 32ºC dan RH
90% (Harahap 1993). Borror et al.(1996) mengemukakan bahwa Callosobruchusspp. Merupakan kumbang berukuran kecil, bertubuh besar, dengan elitra yang memendek dan
tidak menutupi ujung abdomen. Tubuh seringkali agak menyempit pada bagian
anterior.
Imago berwarna coklat kemerahan dengan elitra
coklat terang bercak gelap. Ciri lain adalah femur tungkai belakang membesar
dan padaujung tampak dua duri. Imago jantan dapat dibedakan dengan yang betina
berdasarkan tipe antena. Pada jantan antena bertipe pektinat, sedang betina
tipe antena serrata.
Kacang hijau merupakan salah satu komoditas kacang-kacangan yang rentan
terhadap infestasi hama gudang. Hama gudang yang sering menyerang biji kacang hijau adalah Callosobruchus chinensis. Hama ini tersebar di seluruh dunia terutama daerah tropis dan subtropis (Kartasaputra 1987). Preferensi hama terhadap kacang hijau sebagai inang ditentukan oleh bentuk polong, bulu polong, kekerasan kulit biji, dan kandungan zat kimia (aroma) yang cocok untuk per-tumbuhannya
(Talekar dan Lin 1981). Induk C. chinensis mempunyai peranan penting dalam pemilihan inang untuk meletakkan telurnya (Avidov et al. 1965). Menurut Kartasaputra (1987), C. Chinensis mulai menyerang
biji sejak di lapang sampai tempat penyimpanan. Kehilangan hasil akibat infestasi C. Chinensis mencapai 70%. Kumbang betina dapat memproduksi telur hingga 150 butir.Telur ditempatkan
pada permukaan biji yang disimpan dan umumnya menetas setelah 3-4 hari pada suhu 24,4-30,7°C dengan kelembapan nisbi 67,5-82,6%. Masa larva ber-langsung sekitar 14 hari dan masa kepompong 4-6
hari (Kartasaputra
1987). Identifikasi ketahanan varietas kacang hijau terhadap infestasi hama gudang C. Chinensis bertujuan untuk mengetahui varietas kacang hijau yang tahan atau peka terhadap infestasi hama gudang.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Pelaksanaan pratikum ini
dilaksanakan pada hari rabu pada tanggal 27 November 2013, pukul 08:00
WIB-Selesai di Laboratorium CB-BIO1, Cilibende, Diploma, Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam
pratikum ini adalah Timbangan analitik, pipet respirator, dan bahan yang
digunakan cup plastik, benih kacang tunggak, benih kedelai, benih kacang merah,
benih kacang kapri.
Metode Kerja
·
Alat dan bahan disiapkan
·
Benih ditimbang sebanyak 20 gram benih kacang kedelai, kacang kapri,
kacang merah, kacang tunggak.
·
Cup plastik disiapkan sebanyak Empat buah.
·
Hama Callosobrucush spp disedot menggunakan pipet respirator
sebanyak 10 hama per cup plastik.
·
Setelah itu benih dimasukkan kedalam cup plastik yang berisi hama Callosorucush
spp.
·
Cup plastik ditutup kemudian di seal dan diberi label nama kelompok,
tanggal pratikum dan nama benih.
·
Cup plastik yang berisi benih disimpan di suhu ruang kamar
·
Pengamatan dilakukan setelah satu bulan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kel
|
Kacang Tunggak
|
Kacang Merah
|
Kacang Kapri
|
Kacang Kedelai
|
||||||||||||||||||||
% K
|
% T
|
Σ T/B
|
Σ L
|
Σ P
|
Σ I
|
% K
|
%T
|
Σ T
|
Σ L
|
Σ P
|
Σ I
|
% K
|
%T
|
Σ T/B
|
Σ L
|
Σ P
|
Σ I
|
% K
|
%T
|
Σ T/B
|
Σ L
|
Σ P
|
Σ
I
|
|
1
|
6.8
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0/10
|
4
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0/10
|
2.3
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0/10
|
4.3
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0/10
|
2
|
10.47
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0/12
|
0
|
2
|
1
|
0
|
0
|
0/11
|
0
|
19
|
1
|
0
|
0
|
0/10
|
3.47
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0/10
|
3
|
5.97
|
7
|
1
|
0
|
0
|
1/10
|
10.41
|
5
|
1
|
0
|
0
|
0/10
|
29
|
0
|
0
|
0
|
5
|
0/10
|
35.59
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0/10
|
4
|
20
|
23.3
|
1
|
0
|
0
|
0/12
|
6
|
16
|
0.14
|
0
|
0
|
0/17
|
0.83
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0/13
|
15
|
2.5
|
1
|
0
|
0
|
0/11
|
5
|
23
|
20.5
|
1
|
0
|
0
|
0/13
|
4
|
18
|
0.25
|
0
|
0
|
0/19
|
0.83
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0/13
|
17
|
3
|
2
|
0
|
0
|
0/12
|
6
|
3.15
|
5.9
|
1.3
|
1
|
1
|
0/13
|
0
|
8.28
|
1.4
|
0
|
3
|
0/15
|
2.35
|
7.6
|
0.9
|
0
|
1
|
0/15
|
5.6
|
7.55
|
1.2
|
0
|
2
|
0/1
|
x
|
11.57
|
9.45
|
0.72
|
0.17
|
0.17
|
11.83
|
4.07
|
8.21
|
0.63
|
0.00
|
0.50
|
13,67
|
5.89
|
4.43
|
0.32
|
0.00
|
1.00
|
11.83
|
13.49
|
2.18
|
0.70
|
0.00
|
0.33
|
10.83
|
Keterangan:
% K = % Kerusakan, %T= % Telur, Σ T/B=Jumlah Telur/Benih, Σ L= Jumlah
Larva, Σ P= Jumlah Pupa, Σ I = Jumlah Imago
Pembahasan
Dari data
tabel rata-rata kelas sebelumnya dapat kita lihat inang yang paling banyak
diinfestasi oleh Callosobruchus sp adalah benih kacang kedelai yang
dilihat dari rata-rata % Kerusakan data kelas 13,49% , benih menjadi bolong-bolong dan kulit kacang kedelai
terkelupas dan rusak, rata-rata persen telur dan jumlah larva terbanyak
terdapat di kacang tunggak 9,45% dan larva 0,17% , sedangkan jumlah rata-rata
pupa paling banyak terdapat di kacang kapri 1,00 %, jumlah rata-rata imago
terbanyak terdapat di kacang merah dengan jumlah rata-rata imago mati 13,67%.
Dari data kelompok diperoleh
bahwa kerusakan disebabkan oleh hama terdapat pada kacang tunggak benih banyak
yang bolong dan terdapat imago didalam benih setelah dilakukan pembelahan
kacang tunggak, sedangkan telur callosobruchus chinensis
paling banyak terdapat pada komoditas kacang kapri, dan
stadia imago terdapat di kacang tunggak, pada hasil
pengamatan kelompok ini tidak mendapatkan larva dari semua komoditi ,hal
ini menunjukkan bahwa kacang kedelai
merupakan komoditas yang disukai oleh callosobruchus chinensis. Paling
sedikit terdapat larva,imago,pupa dan telur terdapat pada komoditas kacang
merah yang menandakan komoditas tersebut tidak disukai oleh callosobruchus.
Menurut Winarno (2006), suatu bahan dianggap rusak bila menunjukan adanya
penyimpangan yang melewati batas yang dapat diterima secara normal oleh panca
indera atau parameter yang biasa digunakan manusia. Berdasarkan keawetannya
bahan pangan dapat digolongkan menjadi tiga golongan yaitu: tahan lama, mudah
rusak dan semi perishable. Setelah dipanen, biasanya bahan pangan perlu
disimpan, baik digudang atau di tempat penyimpanan lainnya. Selama
penyimpanan, bahan pangan tersebut dapat mengalami kerusakan yaitu tergantung
jenis produk yang disimpan dan cara penyimpanannya. Hama gudang dapat
dikategorikan ke dalam hama utama (primary pest) yaitu hama yang mampu makan
keseluruhan biji yang sehat dan menyebabkan kerusakan
Hama yang menyerang ini termasuk
golongan hama dari kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo
Coleoptera, Family Bruchidae, Genus Callosobruchus, dan Spesies Callosobruchus
chinensis. Serangga hama
ini disebut kumbang biji. Kumbang Biji (Callosobruchus chinensis)
mempunyai moncong yang pendek dan femur tungkai belakang yang membesar. Bentuk
tubuh kumbang dewasa kebanyakan bulat atau lonjong. bentuk tubuhnya bulat telur
dengan bagian kepalanya yang agak runcing. Pada sayap depannya terdapat
gambaran gelap yang menyerupai huruf U dan pronotumnya halus. Warna sayap
depannya coklat kekuning-kuningan. Pada kumbang jantan mempunyai ukuran tubuh
2,4 mm - 3 mm sedangkan kumbang betina mempunyai ukuran tubuh 2,76 mm – 3,49
mm. Imago betina dapat menghasilkan telur sampai 700 butir. Telur berbentuk
lonjong agak transparan atau kekuning-kuningan atau berwarna kelabu
keputih-putihan. Panjang telur 0,57 mm, berbentuk cembung pada bagian dorsal,
dan rata pada bagian yang melekat pada biji. Telur diletakkan pada permukaan
biji dan direkatkan dengan semacam perekat.
Gejala serangan dari hama Callosobruchus
chinensis yaitu dimana setelah imago betina bertelur, maka
telur diletakkan pada permukaan produk material yang akan diserang dalam
simpanan dan akan menetas setelah 3-5 hari. Larva biasanya tidak keluar dari
telur, tetapi hanya merobek bagian kulit telur yang melekat pada material.
Larva akan menggerek di sekitar tempat telur diletakkan. Lama stadia larva
adalah 10-13 hari. Produk yang diserang akan tampak berlubang, karena larva
terus menggerek biji dan berada di dalam biji sampai menjadi imago. Setelah
menjadi imago, maka lubang pada biji menjadi tempat keluar imago dari dalam
biji.
Karena Hama gudang yang sering menyerang
biji kacang-kacangan adalah Callosobruchus chinensisL yang
merupakan hama primer. Hama ini memakan kacang-kacangan
khususnya kacang hijau, kacang kedelai mulai dari merusak biji dan
memakannya hingga tinggal bubuknya saja. Tersebar diseluruh dunia terutama
daerah tropis dan subtropis (Kartasaputra,1991)
KESIMPULAN
Kesimpulan
Dari pratikum yang dilakukan hama Callosobruchus chinensis menyerang
kacang-kacangan benih yang disimpan menjadi rusak dan benih kacang-kacangan
yang diserang menjadi bolong-bolong serta kulit kacang terkelupas yang menyebabkan
mutu benih berkurang dan benih tidak dapat digunakan lagi untuk ditanam.
Saran
Praktikan harus lebih teliti dalam melakukan praktikumDAFTAR PUSTAKA
Champ, B.R. and Z. Highley.
1985. Pesticides and Humid Tropical – Grain Stroge System. Proceedings
of an International Seminar in Manila, Philipines, 27-30 Maros, 1985. Aciar
Proceedings No. 41.
Jurgen dan Werner. 1985. Desease Pests and Weeds in Tropical crops.
Kalshoven, L.G.E. 1981. Pets
Of Crops in Indonesia. Jakarta;
Ikhtiar baru Van hoeve.
Kartasaputra. A.G. 1991. Hama-hama Tanaman
dalam Gudang. Jakarta: Bumi Aksara Ikhtiar,
Surtikanti. 2004. Kumbang Bubuk Sitophilus
zeamais Motsch. (Coleoptera: Curculionidae) dan Strategi
pengendaliannya. Jurnal Litbang Pertanian 23(4).
Adinya. 2007. Pengujian Resistensi Tribolium
Castaneum Herbst. (Coleoptera: Tenebronidae), Rhyzopertha Dominica (F.)
(Coleoptera: Bostrichidae), Cryptolestes Sp. (Coleoptera: Laemopholidae)
Terhadap Fosfin Dan Keragaan Relatif Strain Resisten. Ilmu pertanian 5(1) : 34 – 41.
Hayata. 2010. Pengaruh Fosfin (Ph3)
Terhadap Mortalitas Beberapa Hama Gudang. Agronomi 9(2): 107-109.
Kelompok: A1-2
NO
|
Nama
|
Nilai
|
1
|
Ulfa Rafiqha
|
30
|
2
|
Sari Hartati
|
15
|
3
|
Dody Wibowo Putro
|
20
|
4
|
Wibowo Setiady
|
15
|
5
|
Roziqin Akbar
|
20
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar