LAPORAN MAGANG
PENGUJIAN MUTU
BENIH TANAMAN KAPAS(Gossypium sp),TEMBAKAU (Nicotiana tabacum), TEBU(Saccharum officinarum Linn),dan KENAF(Hibiscus cannabinus L)
OLEH :
Ellsa Wulandari J3G112040
Moch Wahyu Suprayitno J3G112104
Ririn Puji Lestari J3G112103
Romi Herdianto J3G112033
Ulfa Rafiqha J3G112027
PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI INDUSTRI BENIH
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
LEMBAR PENGESAHAN
(Laporan Hasil Magang)
Dengan ini menerangkan bahwa laporan magang Mahasiswa Teknologi Industri
Benih Program Diploma Institut Pertanian Bogor berjudul :
“Pengujian Mutu
Benih Tanaman Kapas (Gossypium sp), Tembakau (Nicotiana tabacum), Tebu (Saccharum officinarum Linn), dan Kenaf (Hibiscus cannabinus L)“
Yang disusun oleh :
Ellsa Wulandari J3G112040
Moch Wahyu Suprayitno J3G112104
Ririn Puji Lestari J3G112103
Romi Herdyanto J3G112033
Ulfa Rafiqha J3G 112027
Telah disahkan pada tanggal 18 Juli 2014
Malang 18 Juli
2014
Pembimbing Lapangan Koordinator
Program Keahlian
Dr Ir Abdul Qadir, MSi
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang
telah menolong kami menyelesaikan laporan ini dengan penuh
kemudahan. Tanpa pertolongan NYA mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikan dengan baik.
Laporan ini
disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang PENGUJIAN MUTU BENIH, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari
berbagai sumber. Laporan ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan.
Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun
dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya laporan ini
dapat terselesaikan.
Laporan
ini memuat tentang “Pengujian
Rutin Benih” yang berpengaruh terhadap pertumbuhan .Walaupun laporanini mungkin kurang sempurna tapi
juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.
Semoga laporan ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
kepada pembaca.Walaupun laporan ini
memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya.
Terima kasih.
16 juli 2014
Penyusun
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GRAFIK
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
Luas lahan kritis di Indonesia diperkirakan
mencapai 59 juta ha. Upaya reboisasi hingga tahun 2008 diperkirakan baru
mencapai 10% atau 3 – 5 juta ha (Harun 2008). Berbagai program penanaman harus
terus dilakukan, hal ini digunakan untuk mengembalikan fungsi lahan tersebut
dan sebagai upaya mitigasi untuk mengurangi bencana yang diakibatkan oleh
keberadaan lahan kritis. Upaya tersebut jelas memerlukan dukungan ketersediaan
benih bermutu. Benih itu sendiri adalah bagian tanaman yang digunakan untuk
perbanyakan atau perkembangbiakan, baik berupa biji ataupun bagian tanaman lainnya
(Mulawarman et all 2002)
Keberhasilan
peningkatan produksi dalam usaha tani sangat dipengaruhi oleh masukkan berbagai
faktor produksi yang salah satunya adalah penggunaan benih bermutu. Kesadaran
petani untuk menggunakan benih unggul dalam meningkatkan produksi usaha taninya
sudah cukup tinggi. Namun dalam pelaksanaannya perlu disertai dengan kesadaran
penggunaan benih unggul yang bermutu tinggi dan benar. Dengan menggunakan benih
yang bermutu diharapkan akan meningkatkan produktivitas per satuan luas, dapat
mengurangi serangan hama penyakit dll. Peningkatan produksi akan berdampak
terhadap peningkatan pendapatan petani apabila ada jaminan pasar dengan harga
yang memadai.
Kepastian mutu suatu kelompok benih yang diedarkan
dan digunakan untuk penanaman sangat diperlukan untuk menjamin baik pengguna,
pengedar, maupun pengada. Aspek legal dari mutu benih ini memerlukan perangkat
berupa metode pengujian yang standar. Metode ini diharapkan mampu memberikan
hasil yang seragam apabila pengujian terhadap suatu kelompok benih dilakukan
oleh institusi yang berbeda.
Bermutu berarti benih tersebut harus asli, yang mencerminkan
karakteristik varietas yang diwakilinya sesuai deskripsi, hidup dapat tumbuh
apabila ditanam, sehat, agar tidak menyebarkan penyakit terbawa benih
atau seed bourne deseases dan bersih terutama dari biji gulma,
benih tidak menjadi sumber investasi gulma. Oleh karena itu harus diingat
pentingnya pemilihan mutu benih yang akan digunakan, sehingga tidak menyebabkan
kerugian, baik waktu, tenaga dan biaya akibat penggunaan benih tidak bermutu.
Benih
merupakan benda hidup yang mempunyai sifat genetis dan fisiologis sehingga
perlu penanganan secara sungguh-sungguh agar tidak cepat mati atau tidak tumbuh
dan kemurniannya tetap terjaga, yang diperlihatkan oleh pertumbuhannya yang
seragam dan produktivitasnya sesuai dengan deskripsi. Kondisi benih yang
beredar di Indonesia sangat variatif tingkat mutunya, seperti mutu tidak sesuai
standar, kadaluarsa dll, sehingga sangat merugikan petani.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pengujian benih tanaman
perkebunan semusim adalah untuk mengetahui viabilitas benih tanaman perkebunan
semusim diataranya kapas, tembakau, tebu, serta kenaf melalui pengujia rutin
seperti pengujian daya berkecambah dan pengukuran kadar air.
Tempat pemagangan
dilakukan di BALITTAS (Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat). Beralamat
di Jl. Karangploso Km.4 Kotak Pos 199 Malang 65152, Indonesia Telp.(0341)491447
Fax.(0341)485121.
BALITTAS (Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat) Malang adalah Balai
yang melakukan beberapa kegiatan penelitian (genetika, morfologi,
fisiologi,ekologi, entomologi, dan pitofatologi), pembenihan dan menghasilkan
teknologi yang berkaitan dengan tanaman tembakau, serat dan minyak industri.
Selain kegiatan tersebut dilakukan pula penyiapan kerjasama, informasi dan
rekomendasi , serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil-hasil penelitian
tanaman tembakau , serat dan minyak industri. Memberikan saran kebijakan dalam
agribisnis tanaman tembakau , serat, dan minyak industri merupakan salah satu
kegiatan BALITTAS yang telah banyak dilakukan.
Cikal bakal semua Balai Penelitian Pertanian di
Indonesia termasuk Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat (Balittas)
adalah Algemeen Proefstation Voor de Landbouw (APL) yaitu Balai Penelitian yang
mempunyai mandat menangani tanaman pertanian rakyat meliputi tanaman
hortikultura, tanaman pangan, dan perkebunan rakyat, yang didirikan pada tahun
1918. Pada tahun 1950 APL berubah menjadi Balai Besar Penyelidikan Pertanian
(BBPP) yang berpusat di Bogor. Keberadaan Balittas saat inipun tidak dapat
dipisahkan dengan perkembangan dan keberadaan Balai–Balai Penelitian yang
menangani komoditas Balittas sebelumnya seperti: Balai Besar Penyelidikan
Pertanian (BBPP) di Bogor, BBPP Cabang Malang, BBPP Cabang Makasar, Balai
Penyelidikan Teknik Pertanian (BPTP) Perwakilan Jawa Timur dan Jawa Tengah,
Lembaga Penelitian Serat dan Jenis-Jenis Tanaman Industri Lainnya (LPTS),
Lembaga Penelitian Kelapa dan Jenis-jenis Tanaman Lemak Lainnya (LPKL), Lembaga
Penelitian Tanaman Industri (LPTI) Cabang Wilayah II di Malang, Balai Penelitian
Tanaman Industri (Balittri), Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat
(Balittas), dan Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat (Balittas).
Bagan alur organisasi Balai
Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat
Tahun
|
Uraian Nama Instansi
|
Organisasi Induk
|
1918
|
Didirikan Balai Penelitian yang menangani Tanaman Pertanian Rakyat
meliputi tanaman hortikultura, tanaman pangan, dan perkebunan rakyat di
Indonesia yang bernamaAlgemeen Proefstation Voor de Landbouw (APL).
|
Departemen Voor Economische Zaken
|
1942
|
Algemeen Proefstation Voor de Landbouw (APL) dinamakan
”Noozi Sikenzyoo” atau disebut Pusat Penyelidikan Pertanian Umum.
|
Pemerintah Jepang
|
1949
|
APL berubah menjadi Djawatan Penjelidikan Pertanian (Dj. PP).
|
Departemen Voor Economische Zaken
|
1950
|
Dj PP berubah menjadi Balai Besar Penyelidikan Pertanian (BBPP)
berpusat di Jl. Tjikeumeuh sekarang Jl. Merdeka 99 Bogor.
|
Departemen Voor Economische Zaken
|
1951
|
Dibentuk Unit Pelaksana Teknis/Administrasi di lingkup BBPP:
1. Balai Penyelidikan Teknik Pertanian(BPTP)
2. Balai Besar Cabang Makasar.
3. Laboratorium Perikanan Darat.
4. Kantor Pusat Balai Besar sebagai koordinator.
|
BBPP
|
1951
|
BPTP berdasarkan mandatnya dibagi menjadi 3 bagian 1. Bagian Teknik
Pertanian
2. Bagian Tanaman Dagang
3. Bagian Tanaman Makanan
|
BBPP/BPTP Pusat
|
1951
|
Bagian Tanaman Dagang memulai kegiatan penelitian: komoditas tembakau,
kapas, kapuk, serat batang, kelapa, jarak kepyar, wijen, tanaman insektisida,
tebu, dan lain lain.
|
BPTP Pusat
|
1954
|
R. Isman Sastrodarmo menjadi Pimpinan BPTP Perwakilan Jawa Tengah dan
Jawa Timur berkedudukan di KP Genteng, Banyuwangi
|
BPTP Pusat
|
1958
|
W.G.P.T. Tamboenan menjadi Kepala Cabang BBPP Malang berkantor di
Serayu 2, Malang
|
BPTP Pusat
|
1958
|
R. Isman Sastrodarmo menjadi Pimpinan BPTP Perwakilan Jawa Tengah dan
Jawa Timur berkedudukan di Jl. Kenanga 36 sekarang Jl. Industri Timur 36
Malang
|
BPTP Pusat
|
1961
|
Bagian Tanaman Dagang dipecah 2 bagian:
1. Lembaga Tanaman Serat dan Jenis-Jenis Tanaman
Industri Lainnya (LPTS)
2. Lembaga Penelitian Kelapa dan Jenis lemak Lainnya
(LPKL)
|
Direktorat Jenderal Perkebunan
|
1968
|
LPTS dan LPKL dilebur menjadi Perwakilan Lembaga Penelitian Tanaman
Industri (LPTI) Jawa Timur di Malang
|
Direktorat Jenderal Perkebunan
|
1972
|
LPTI Cabang Malang menjadi Lembaga Penelitian Tanaman Industri Cabang
Wilayah II Malang
|
LPTI Pusat Bogor
|
1981
|
Lembaga Penelitian Tanaman Industri Cabang Wilayah II Malang menjadi
Balai Penelitian Tanaman Industri (Balittri)
|
Puslitbang Tanaman Industri
|
1984
|
Balittri menjadi Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat
(Balittas)
|
Puslitbang Tanaman Perkebunan
|
2002
|
Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat (Balittas) menjadi Balai
Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat (Balittas)
|
Puslitbang Tanaman Perkebunan
|
2011
|
Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat (Balittas) menjadi Balai
Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas)
|
Puslitbang Tanaman Perkebunan
|
Berdasarkan
keputusan menteri Pertanian No.59/Kpts/OT. 210/1/2002
tugas BALITTAS adalah melakukan :
a.
Penelitian genetika, pembenihan dan pemanfaatan plasma nutfah tanaman
tembakau, serat, dan minyak industri.
b.
Penelitian morffologi, fisiologi, ekologi, entomologi, fitopatologi tanaman
tembakau, serat, dan minyak industri.
c.
Penelitian komponen teknologi sistem dan usaha agribisnis tanaman tembakau
, serat, dan minyak industri.
d.
Penyiapan kerjasama , informasi dan rekomendasi, serta penyebarluasan
dan pendayagunaan hasil-hasil penelitian
tanaman tembakau , serat, dan minyak industri.
e.
Urusan ketatausahaan dan rumah tangga.
1.
Visi
Terwujudnya IPTEK yang tepat guna, dinamis , berkelanjutan, dan ramah
lingkungan untuk komoditas tembakau , serat, dan minyak industri yang mampu
meningkatkan kesejahteraan petani, pekebun serta mampu mengantisipasi masalah-masalah
yang akan terjadi di masa mendatang.
2.
Misi
a.
Menghasilkan dan merakit teknologi yang mampu mengatasi permasalahan
tanaman tembakau, serat, dan minyak industri.
b.
Meningkatkan komunikasi dan desiminasi hasil penelitian .
c.
Mengembangkan kerjasama IPTEK.
d.
Memberikan saran kebijakan dalam agribisnis tanaman tembakau, serat, dan
minyak industri.
Pengujian benih itu sangat penting, terujinya benih berarti terhindarnya
para petani dari berbagai kerugian yang dapat timbul dalam pelaksanaan usaha
taninya. Selain itu benih yang baik atau unggul ditunjang dengan kultur teknik
yang mantap, akan dapat meningkatkan berbagai produk pertanian (Kartasapoetra,
2003). Pengujian benih ditujukan untuk mengetahui mutu dan kualitas benih.
Informasi tersebut tentunya akan sangat bermanfaat bagi produsen, penjual
maupun konsumen benih. Karena mereka bisa memperoleh keterangan yang dapat
dipercaya tentang mutu atau kualitas dari suatu benih (Sutopo, 2002).
Faktor kualitas benih ditentukan oleh persentase dari benih murni, benih
tanaman lain, biji herba, kotoran yang tercampur, gaya berkecambah atau daya
tumbuh benih, benih berkulit keras, terdapatnya biji-bijian herba yang
membahayakan benih, terbebasnya benih dari penyakit dan hama tanaman, kadar air
benih serta hasil pengujian berat benih per seribu biji benih yang dimaksud
(Kartasapoetra, 2003).
Viabilitas benih atau daya hidup benih yang dicerminkan oleh dua
informasi masing-masing daya kecambah dan kekuatan tumbuh dapat ditunjukkan melalui
gejala metabolisme benih dan/atau gejala pertumbuhan. Uji viabilitas benih
dapat dilakukan secara tak langsung, misalnya dengan mengukur gejala-gejala
metabolisme ataupun secara langsung dengan mengamati dan membandingkan
unsur-unsur tumbuh penting dari benih dalam suatu periode tumbuh tertentu.
Selain uji viabilitas benih terdapat pula uji kesehatan benih, yaitu
untuk mengetahui kondisi kesehatan dari suatu kelompok benih. Kesehatan benih juga merupakan salah satu faktor
yang menentukan nilai lapangannya. Di samping itu uji kesehatan benih juga
ditunjukkan untuk mengetahui penyebab dari abnormalitas kecambah dalam uji
perkecambahan di laboratorium (Sutopo, 2002). Pelaksanaan pengujian mutu benih
meliputi beberapa tahapan, yang pertama dilakukan adalah pengambilan contoh
benih, kemudian pengujian kemurnian benih dan kadar air. Setelah itu barulah
dilakukan uji daya kecambah, uji kekuatan tumbuh benih ataupun uji kesehatan
benih terhadap contoh tersebut (Kartasapoetra, 2003).
Kadar air merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi daya simpan benih. Prinsip dari metode pengukuran kadar air benih
adalah mengukur seluruh jenis air yang ada di dalam benih (Sucipto, 2009). Penentuan kadar air benih dari suatu kelompok benih sangat penting
untuk dilakukan. Karena laju kemunduran suatu benih dipengaruhi pula oleh kadar
airnya. Makin rendah kadar air benih makin lama daya hidup benih tersebut.
Kadar air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah antara
6%-8%.Kadar air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan benih berkecambah sebelum
ditanam.Sedang dalam penyimpanan menyebabkan naiknya aktifitas pernafasan yang
dapat berakibat terkuras habisnya bahan cadangan makanan dalam benih.Selain itu
merangsang perkembangan cendawan patogen di dalam tempat penyimpanan.(Anonimb dalam
Mugnisjah, 2010).
Kadar air benih selama penyimpanan merupakan faktor yang paling
mampengaruhi masa hidupnya. Oleh karena benih yang sudah masak dan cukup kering
penting untuk segera dipanen atau benihnya masih berkadar air
tinggi yang juga harus segera dipanen. Cara lain yang mempengaruhi umur
simpan benih adalah kerusakan akibat proses penggunaan alat-alat
mekanis. Meski sangat penting artinya untuk menurunkan kadar air benih hingga
ke tingkat yang aman untuk disimpan, namun bila kadar air terlalu kering juga
dapat membahayakan benih (Ananta WD, 2011).
Benih yang sangat kering yang sangat peka terhadap kerusakan mekanis
serta pelukaan sampingan lainya.kerusakan seperti ini dapat
menyebabkan bagian penting benih akan mengalami pecah serta beih dapat mengalami retak- retak pada bagian penting biji
hingga benih tersebut peka terhadap serangan
cendawan yang dapat menurunkan daya simpannya (Justice dan Bass dalam Ananta
WD, 2011).
Kadar air benih merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi
daya simpan benih. Jika kadar air benih terlalu tinggi dapat memacu respirasi
dan berbagai cendawan dapat tumbuh (Munisjah dalam Ananta WD, 2011).
Umumnya pada tanaman legume dan padi-padian, ovule atau tepatnya embryo
sac yang sedang mengalami pembuahan mempunyai
kadar air kira-kira 80 % dalam bebarapa hari
kemudian kadar air ini meningkat sampai kira-kira 85% lalu pelan-pelan menurun
secara teratur. Dekat kepada waktu masak kadar air ini menurun dengan cepat
sampei kire-kire 20% pada biji tanaman sereallia,setelah tercapai berat
kering maximum dari pada biji,kadar air tersebut agak konstan sekitar 20%
tetapi sedikit naik terun seimbang dengan keadaan lingkungan di lapangan.
Kadar air ini penting artinya untuk menetapkan waktu panen, karena
panenan itu harus di lakukan pada tingkat kadar air biji tertentu pada
masing-masing spesies atau varietas. Umumnya tanaman sereallia dan biji-bijian
legume dipanen pada kadar air 20%umumya kadar air biji 30% merupakan batas
tertinggi untuk dipanen. Panenan dengan kadar air biji 30 % tidak baik karena
sukar untuk pengirikan, disamping ini biji akan rapuh apabila dikeringkan
sampai dibawah kadar air 20% tetapi tergantung pada jenis biji,ada yang baik
dipanen pada kadar air 10-12%. Gandum dipanen pada kadar air biji 14-15%,kapas
12-14%,padi 18%,jagung 20-30%. Beberapa varietas padi di daerah ini panicle
atau gabahnya akan rontok atau jatuh ketanah apabila kadar biji di biarkan
sampai 12-14% (Jurnalis Kamil dalam Ananta WD, 2011).
Beberapa hal perlu diperhatikan dalam pengujian kadar air benih ini
adalah contoh yang digunakan merupakan
benih yang diambil dan ditempatkan dalam
wadah yang kedap udara. Karena untuk penetapan kadar air, jika contoh
kerja yang digunakan telah terkontaminasi udara luar maka kemungkinan besar
kadar air benih yang diuji bukan merupakan kadar air benih.
Karena telah mengalami perubahan akibat
adanya kontaminasi udara dari lingkungan. Yang kedua adalah
untuk pengujian kadar air ini harus dilakukan sesegera mungkin, selama
penetapan diusahakan agar contoh benih sesedikit mungkin berhubungan dengan
udara luar serta untuk jenis tanaman yang tidak memerlukan penghancuran, contoh
benih tidak boleh lebih dari 2 menit berada di luar wadah (Ananta WD, 2011).
Metode yang digunakan untuk
menguji kadar air ini juga harus diperhatikan. Ada dua metode dalam
pengujian kadar air benih, yaitu Konvensional ( Menggunakan Oven ) Skema
pengujian kadar air benih dengan metode konvensional (oven) dan Automatic
(Menggunakan Balance Moisture Tester, Ohaus MB 45, Higromer) Dalam metode ini
hasil pengujian kadar air benih dapat langsung diketahui (Ananta WD, 2011).
Pada uji daya kecambah,
benih dikatakan berkecambah bila dapat menghasilkan kecambah dengan
bagian-bagian yang normal atau mendekati normal. Beberapa jenis benih
menghasilkan benih keras yang dianggap hidup meski tidak berkecambah sewaktu
diuji berdasarkan prosedur yang dianut secara resmi. Kadang-kadang benih dorman
membutuhkan prosedur pengujian daya kecambah yang khusus. Ada suatu pengujian
viabilitas yang bertujuan untuk megetahui dengan cepat semua benih yang hidup,
baik dorman maupun tidak dorman. Pengirisan bagian embrio benih dan uji
tetrazolium digunakan untuk tujuan ini ( Louis N. Bass, 1994).
Ciri utama benih ialah
kalau benih itu dapat dibedakan dari biji karena mempunyai daya hidup yang
disebut viabilitas. Namun, semua insane benih, apapun fungsi yang disandangnya,
senantiasa mendambakan benih vigor, tidak sekedar benih yang hidup (viable).
Sekadar benih yang mempunyai potensi hidup normal pun tidak cukup. Mengenai
benih yang hidup, kalau dibatasi secara negatif menjadi gampang. Indikasi bahwa
benih itu mati. Kalaupun benih itu menunjukkan gejala hidup saja, misalnya yang
ditunjukkan oleh tingkat pernapasannya, bahkan oleh sel-sel embrio yang tidak
mati. Benih dapat dikategorikan mempunyai daya hidup sekalipun benih itu tidak
menunjukkan pertumbuhan. Kalau benih itu menumbuhkan akar embrionalnya, benih
itu hidup (Sjamsoe’oed Sadjad, 1999).
Tujuan pengujian benih
adalah untuk mengkaji dan menetapkan nilai setiap contoh benih, yang perlu
diuji selaras dengan faktor kualitas benih. Factor kualitas benih ditentukan
oleh presentase dari benih murni, benih tanaman lain, biji herba, kotoran yang tercampur,
daya kecambah atau daya tumbuh benih, benih berkulit keras, terdapatnya
biji-bijian herba yang membahayakan benih, terbebasnya benih dari penyakit dan
hama tanaman, kadar air benih serta hasil pengujian berat benih per seribu biji
benih yang dimaksud (Ance G. Kartasapoetra,2003).
Daya berkecambahnya benih dapat diartikan sebagai berkembangnya bagian-bagian penting dari embrio suatu benih yang menunjukkan kemampuannya untuk tumbuh secara normal pada lingkungan yang sesuai. Dengan demikian, pengujian daya tumbuh atau daya berkecambah benih ialah pengujian akan sejumlah benih, beberapa persentase dari jumlah benih tersebut yang dapat atau mampu berkecambah pada jangka waktu yang telah ditentukan (Eko Pramono,2009).
Klasifikasi tanaman Tebu
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Sub Kingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu /monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Graminae atau Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus : Saccharum
Spesies : Saccharum officinarum Linn
Sub Kingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu /monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Graminae atau Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus : Saccharum
Spesies : Saccharum officinarum Linn
Tanaman
tebu merupakan tanaman perkebunan semusin yang mempunyai sifat tersendiri sebab
didalam batangnya terdapat zat gula. Tebu berkembang biak di daerah beriklim
udara sedang sampai panas. Berbagai varietas tebu telah diluncurkan oleh
Kementrian Pertanian untuk meningkatkan produksi petani. Kualitas bibit tebu
merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan pengusahaan tanaman
tebu. Bibit tebu yang baik adalah bibit yang cukup 5 – 6 bulan, murni (tidak
tercampur varietas lain), bebas dari penyakit dan tidak mengalami kerusakan
fisik. Tanaman tebu mempunyai batang yang tinggi dan kurus, tidak bercabang dan
tumbuh tegak. Tebu yang tumbuh baik tinggi batangnya dapat mencapai 3-5 m atau
lebih. Batang tebu beruas-ruas dengan panjang ruas 10– 30 cm. Daun berpangkal
pada buku batang dengan kedudukan yang berseling.
Pemanenan
tebu dilakukan pada saat tingkat kemasakan optimum, yaitu pada saat tebu dalam
kondisi mengandung gula tertinggi. Umur panen tanaman tebu berbeda-beda
tergantung jenis tebu. Varietas genjah masak optimal pada umur lebih dari 12
bulan, varietas sedang masak optimal pada umur 12-14 bulan, dan varietas dalam
masak optimal pada umur lebih dari 14 bulan. Panen dilakukan pada bulan Agustus
saat rendemen maksimal dicapai. Tanaman tebu yang telah memasuki umur cukup
untuk panen kemudian dilakukan tebang angkut. Kegiatan tebang angkut harus
tepat karena penanganan yang tidak tepat dapat menimbulkan kerugian cukup
besar. Panen tebu dilakukan dengan menebang batang-batang tebu yang sehat,
mengumpulkan dan mengangkut ke pabrik gula untuk digiling. Penebangan dapat
dilakukan secara manual maupun secara mekanis atau tenaga mesin. Penebangan
tebu secara manual dilakukan dengan caramembongkar guludan tebu dan mencabut
batang-batang tebu secara utuh kemudian dibersihkan dari akar, pucuk, daun
kering, dan kotoran lainnya. Tebangan yang baik harus memenuhi standar
kebersihan tertentu yaitu kotoran tidak lebih dari 5%.
Mempelajari
tanaman tebu membutuhkan pengetahuan melalui morfologi yang ditampakkan.
Morfologi dari penampakan visual yaitu dari bagian daun tebu, batang tebu, dan
mata tunas tebu. Dari tiap varietas tebu memiliki ciri yang berbeda-beda.
Misalnya dari bentuk ruas tebu terdiri dari silindris, tong, kelos, konis,
konis terbalik, dan cembung. Perlu diperhatikan dalam mempelajari tanda
pengenal yang terdapat pada daun ialah pelepah daun dengan bagian-bagiannya
terutama bulu-bulu bidang punggung dan telinga dalam. Batang tanaman tebu
terdapat ruas-ruas, disertai buku-buku ruas yang terdapat mata tunas yang akan
mampu tumbuh menjadi tanaman baru. Hal yang perlu diperhatikan dalam
mempelajari tanda pengenal pada batang, ialah bentuk ruasnya, selain itu juga
sifat-sifat yang ada pada ruas itu sendiri.
Mata tunas yang terletak pada
buku-buku ruas batang berupa kuncup tebu. Kuncup tersebut dari pangkal ke ujung
batang tanaman berada di sebelah kanan dan kiri secara bergantian dan selalu
terlindungi oleh pangkal pelepah daun. Hal yang perlu diperhatikan dalam
mempelajari tanda-tanda pengenal yang terdapat pada mata tunas ialah tepi sayap
mata, rambut jambul, dan rambut tepi basal mata.
Klasifikasi Tanaman Tembakau.
Tembakau termasuk kelompok
tumbuhan beracun (night shade). Dalam susunantaksonominya tanaman
tembakau termasuk famili Solanaceae dan genus Nicotiana(Ochse et al.
1961). Menurut Goodspeed (1954) dan Smith (1979), genus ini mempunyaitiga
subgenus, yaitu:
1. Rustica, mempunyai 3 seksi
dengan 9 spesies
2. Tabacum mempunyai 2 seksi
dengan 6 spesies
3. Petunioides mempunyai 9 seksi
dengan 45 spesies.
Karena terjadi gradasi pada
spesies tertentu, Wells (1960) mengusulkan revisi jumlahspesies dari 60 menjadi
64.Secara alami spesies-spesies tersebut dijumpai tumbuh liar di Amerika,
Australia,dan Pasifik Selatan. Beberapa spesies liar tersebut mempunyai arti
penting dalam pemuliaantanaman.N. glutinosa L. digunakan sebagai sumber
ketahanan terhadap penyakitmosaik, N. longiflora Cav. dan N.
plumbaginifolia Viv.digunakan sebagai sumber ketahananterhadap Phytophthora
nicotianae (Wernsman dan Matzinger 1980), sedangkan N.debneyi Dom.
merupakan sumber ketahanan terhadap Peronopsora tabacina (Clayton1968). N.
sanderae dimasukkan dalam kelompok tanaman hortikultura karena
memilikinilai ornamental.
Dua spesies yang mempunyai nilai
ekonomi penting adalah N. tabacum (n=24) danN. rustica (n=24).
Menurut Purseglove (1968), N. rustica banyak diusahakan di Rusiadengan
nama Mahorka sebagai penghasil nikotin untuk bahan baku obat dan
insektisida.Spesies ini juga banyak ditanam di India Utara.Di antara kedua
spesies tersebut, N. tabacumberkembang lebih luas dan lebih cepat di
berbagai negara. Kegunaan utamanya adalahsebagai bahan baku rokok dan cerutu.
Susunan taksonomi N. tabacum L. sebagai berikut:
Famili : Solanaceae
Subfamili : Nicotianae
Genus : Nicotiana
Subgenus : Tabacum
Seksi : Genuinae
Spesies : tabacum
Klasifikasi Tanaman Kenaf
Kerajaan : Plantae
Ordo : Malvales
Famili :
Malvaceae
Genus :
Hibicus
Spesies :
H. cannabinus
Merupakan herba tegak,menahun,tinggi mencapai 2 m- 5 m.Batang pipih,silindris, pada
tanaman budidaya tidak bercabang dan gundul, pigmentasi seluruhnya hijau, hijau
dengan merah atau ungu ataupun seluruhnya merah, kadang dibawah hijau dan
diatas berpigmentasi.Daun berseling,stipula
filiform, panjang 5-8 mm, berambut, panjang tangkai daun 3-30 cm, pada bagian
adaksial berambut rata dan pada bagian abaksial berbulu tegak, berwarna hijau
hingga merah,helaian daun berukuran 1-19 cm x 0.1-20 cm, pangkal daun meruncing
sampai bentuk jantung, tepi beringgit atau bergigi, ujung daun meruncing,
permukaan atas gundul, permukaan bawah berambut sepanjang urat daun. Bunga axiler,
soliter atau kadang berkelompok dekat ujung, biseksual, diameter 7.5-10 cm. kelopak menggenta, berwarna hijau,
berbulu tegak, mahkota besar dan terlihat, biasanya berwarna krem hingga kuning
dengan merah pada pangkal dalamnya, terkadang biru atau ungu. Buah bulat telur,
tipe kapsul, 12-20 mm x 11-15 mm, berambut lebat, mengandung 20-25(-35) biji.
Biji bentuk ginjal hingga triangular dengan sudut runcing, 3-4 mm x 2-3 mm,
berwarna keabuan atau coklat-hitam dengan titik kuning menyala.Persebaran:Kenaf
merupakan tanaman asli Afrika,di negara-negara selatan Sahara, Hibiscus
cannabinus merupakan tanaman liar yang umum dan secara luas ditanam sebagai
tanaman sayuran dan serat. Angola kemungkinan menjadi pusat tanamn asli yang
pertama,tetapi keragama morfologi terbesar ditemukan di Afrika Utara. Negara
penghasil kenaf terbesar adalah Bengal Barat dan daerah pantai sepanjang
Visakhapatnam (Andhra Pradesh) dan Madras (Tamil Nadu).Kenaf diintroduksi ke
Indonesia dari India pada tahun 1904.Di Malesia juga ditanam tetapi tidak
pernah tumbuh liar.
Klasifikasi Tanaman Kapas
Menurut Mardjono
(2001a) tanaman kapas dapat diklasifikasikan sebagaiberikut:
Kerajaan : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Dycotyledonae
Ordo : Malvales
Sub Ordo : Tiliceae
Family : Malvaceae
Sub Family : Nibisceae
Genus : Gossypium
Spesies : Gossypium hirsutum L.
Morfologi Kapas
Tanaman kapas termasuk tumbuhan
berbentuk semak atau perdu yang dalamkeadaan baik dapat tumbuh sampai beberapa
meter, tergantung dari varietasnya,kesuburan tanah, dan iklimnya. Tanaman kapas
dalam keadaan normal tumbuh tegak.
Batangnya berwarna hijau tua,
merah atau hijau kemerahan. Batang utama terdiri daribeberapa ruas tempat
tumbuh daun dan cabang-cabang pada ketiaknya, yang kadangkadanglangsung tumbuh
menjadi cabang generatif. Terdapat dua jenis cabang yaitucabang vegetatif dan
generatif. Tipe percabangan kapas menyebar atau kompak,tergantung varietasnya,
tanaman kapas memiliki akar tunggang yang panjangnyadapat mencapai 15cm atau
lebih di dalam tanah. Pada waktu pertumbuhan tanamanmencapai tinggi 20-25 cm,
di tempat yang tanahnya dalam, panjang akar mencapai0.75-100 cm (AAK, 1986).
Tanaman kapas memiliki bentuk
daun yang berbeda-beda bentuknya,ukurannya, serta susunan jaringan dan keadaan
bulunya. Hal ini tergantung varietastanaman kapas tersebut. (AAK, 1986). Bentuk
daun pertama sampai kelima belumsempurna, kadang-kadang agak bulat atau
panjang. Setelah daun kelima, bentuk daun
semakin sempurna dan bentuknya
sesuai dengan varietas kapas. Terdapat 5 bentukdaun, yaitu bentuk entire, okra,
twisted, barbadense, dan normal. Warna daun kapasadalah hijau, hijau kemerahan,
dan merah. Pada tulang daun bagian bawah terdapatnektar dan ada pula yang tidak
mengandung nektar. Bulu pada daun kapas bervariasi tergantung varietasnya, ada yang lebat panjang, lebat
pendek, ada yang berbulujarang, bahkan ada yang halus atau tidak berbulu
(Mardjono, 2001a)Tanaman kapas mulai berbunga setelah umur 35-45 hari, dan
mulai mekarsekitar umur 50-70 hari tergantung jenis dan varietas kapas.
Bagian-bagian bungakapas terdiri dari tangkai bunga, daun kelopak tambahan,
mahkota bunga, bakal buah,tangkai kepala putik, kepala putik dan benang sari
(Mardjono, 2001b). Kuncup bungaberbentuk piramida kecil dan berwarna hijau.
Setelah bunga mengalami persarian danpembuahan, maka terbentuklah buah. Dari
bunga sampai menjadi buah masak,berlangsung lebih kurang 40-70 hari. Buah yang
masak akan retak dan terbuka.
BAB IV METODOLOGI
Magang mandiri ini mulai dilaksanakan pada tanggal 1-18
Juli 2014. Jam operasional pukul 08.00-15.00 WIB. Tempat
pelaksanaan magang mandiri di antaranya Laboratorium benih, Cold Storage, Ruang Transit, dan Screen House.
a.
Pengujian Daya Berkecambah
Alat yang digunakan di antaranya
pinset, baki, cawan petri, germinator, papan pelubang tanam, gembor, gelas
ukur, timbangan analitik, gelas plastik, alat penjepit kertas, sekop, lidi dan
sprayer.
Bahan
yang digunakan di antaranya kertas merang, media pasir, benih (tebu, kapas,
kenaf, tembakau), plastik, karet, air, fungisida Dithane, dan kertas label.
Alat yang digunakan di antaranya cawan, desikator, oven
suhu tinggi dan suhu rendah, sendok, dan timbangan analitik.
Bahan yang digunakan di antaranya benih (kapas, kenaf,
tembakau) dan kertas label.
a.
Pengujian Daya
Berkecambah
·
Benih Tebu
1.
UKDdp
1)
Terlebih dahulu
benih tebu diekstraksi menggunakan karpet dengan cara digesekkan hingga bulunya
terlepas dari benih.
2)
Kertas merang
disiapkan sejumlah yang dibutuhkan kemudian direndam dengan air hingga merata.
3)
Setelah
direndam, kertas merang dijepit menggunakan alat penjepit kertas hingga tidak
ada tetesan air namun tidak kering.
4)
Sebanyak 3
lembar kertas merang diletakkan di atas plastik, kemudian diberi label di
antara kertas merang dan plastik, setelah itu benih tebu ditanam sebanyak 50
benih setiap ulangannya.
5)
Kemudian untuk
menutupi bagian atasnya, digunakan sebanyak 2 lembar kertas merang.
6)
Setelah tertutupi, kertas merang dilipat setengah bagian
vertikalnya kemudian digulung dan diikat menggunakan karet.
7)
Pengamatan dilakukan pada hari ke 7 dan 14.
8)
Menghitung daya berkecambah pada setiap aksesi, dengan
rumus:
2.
UDK
1)
Sebanyak 3
lembar kertas merang yang telah digunting seukuran cawan petri dimasukkan ke
dalam cawan.
2)
Air dalam gelas
ukur dituang di setiap cawan petri yang telah dimasukki kertas merang, tunggu
hingga air meresap ke dalam kertas merang.
3)
Setelah air
meresap merata ke dalam kertas merang dalam cawan petri, sisa air dituang
kembali ke dalam gelas ukur, kemudian diberi label di atas kertas.
4)
Benih tebu
ditanam sebanyak 25 butir per ulangannya.
5)
Setelah ditanam,
cawan petri diletakkan di dalam germinator.
6)
Pengamatan dilakukan pada hari ke 7 dan 14.
7)
Menghitung daya berkecambah pada setiap aksesi, dengan
rumus:
3.
Media Pasir
1)
Sebanyak 6 baki
disiapkan untuk 2 metode penanaman yakni, sebar dan lubang tanam.
2)
Pasir yang
digunakan adalah pasir steril yang terlebih dahulu disangrai sebelum digunakan
sebagai media tanam.
3)
Pasir dimasukkan
ke dalam baki ¾ bagian.
4)
Setelah
dimasukkan, pasir disiram di dalam baki sambil diaduk menggunakan sekop agar
basah merata.
5)
Untuk metode
lubang tanam, setelah disiram, sebanyak 3 baki dimasukkan papan lubang tanam
yang berisi 100 lubang. Setelah dilubangi, benih ditanam 1 butir per lubang.
6)
Untuk metode
sebar, setelah disiram, benih ditanam dengan cara disebar kemudian ditutup
dengan pasir hingga benih tertutupi. Setelah tertutupi, disiram kembali hingga
merata setelah itu diberi label di bawah baki.
7)
Pengamatan dilakukan pada hari ke 7 dan 14.
8) Menghitung daya berkecambah pada setiap
aksesi, dengan rumus:
·
Benih Kapas
1)
Fungisida
Dithane disiapkan dengan dosis 2 g/l air biasa.
2)
Penanaman UKDdP
pada kapas ini dilakukan tanpa membasahi kertas merang terlebih dahulu, namun
cukup dibasahi dengan dethane dan diratakan pada kertas merang menggunakan
gelas plastik yang digunakan.
3)
Sebanyak 3
lembar kertas merang diletakkan di atas plastik, kemudian diberi label di
antara kertas merang dan plastik, setelah itu benih kapas ditanam sebanyak 25
benih setiap ulangannya.
4)
Kemudian untuk
menutupi bagian atasnya, digunakan sebanyak 2 lembar kertas merang. Dalam satu
aksesi degunakan 16 ulangan per-aksesi.
5) Kertas merang
digulung, dan diikat menggunakan karet.
6) Gulungan UKDdp
disimpan dalam ruang pengecambahandan dilakukan penyiraman dithane pada bak
pengecambahan dosisnya 2g / liter.
7) Kegiatan terakhir
dilakukan pengamatan pada hari ke 4 dan hari ke 8. menghitung daya berkecambah
pada setiap aksesi, dengan rumus:
.
|
·
Benih Tembakau
1) Benih tembakau
ditanam menggunakan teknik UDK.
2) Yang pertama
dilakukan adalah mempersiapkan Sebanyak 3 lembar kertas merang yang telah
digunting seukuran cawan petri dimasukkan ke dalam cawan.
3)
Menuangkan air
dalam cawan petri yang sudah berisi kertas merang hingga airnya meresap merata
dalam cawan.
4)
Setelah air
meresap merata ke dalam kertas merang dalam cawan petri, sisa air dibuang ,
kemudian diberi label di atas kertas.
5)
benih tembakau ditanam
pada kertas yang sudah disiapkan pada cawan. Digunakan 100 benih tembakau pada
setiap ulangan, banyaknya ulangan pada setiap aksesi yakni 4 ulangan pada
setiap aksesi.
6)
Setelah ditanam, cawan petri diletakkan di
dalam germinator.
7) Pengamatan
dilakukan pada hari ke 7 dan 14.
8) Menghitung daya
berkecambah pada setiap aksesi, dengan rumus:
Benih Kenaf
1)
transit benih
dari seed storage, dengan mengambil plasma nutfah yang sudah ada dengan kode
dan tempat pnyimpanan yang berbeda untuk diuji.
2)
Kertas merang
disiapkan sejumlah yang dibutuhkan kemudian direndam dengan air hingga basahnya
merata.
3)
Setelah direndam,
kertas merang dijepit menggunakan alat penjepit kertas hingga
tidak ada tetesan air namun tidak kering.
4)
Sebanyak 3
lembar kertas merang diletakkan di atas plastik, kemudian diberi label di
antara kertas merang dan plastik, setelah itu benih kenaf ditanam sebanyak 50
benih setiap ulangannya.
5)
Kemudian untuk
menutupi bagian atasnya, digunakan sebanyak 2 lembar kertas merang.
6) Setelah tertutupi,
kertas merang dilipat setengah bagian vertikalnya kemudian digulung dan diikat
menggunakan karet.
7) Gulungan yang sudah
siap disimpan dalam germinator, dan selanjutnya dilakukan pengamatan pada
kecambah yang sudah ditanam.
8) Pengamatan
dilakukan pada hari ke-4 dan ke -8, sesudah pengamatan dilakukan penghitungan
daya kecambah pada setiap aksesi,
9)
Rumus mencari DB
:
b.
Kadar Air
·
Benih Kapas
1)
Benih kapas yang
akan diuji diambil dari Cold Storage
kemudian dipindahkan ke ruang transit untuk diambil sample sebanyak ± 5g per
aksesi per ulangannya.
2) Cawan beserta tutup
ditimbang untuk mendapatkan M1.
3)
Untuk
mendapatkan M2 Cawan+tutup dimasukkan ± 5g benih.
4) Benih dioven
menggunakan oven suhu rendah yakni 103 ±20C selama 17 jam.
5) Setelah 17 jam
dioven benih dimasukkan ke dalam desikator selama 15 menit untuk menghilangkan
uap air.
6) M3 didapatkan dari
hasil cawan+tutup+benih yang telah dioven dan dimasukkan ke dalam desikator.
·
Benih Tembakau
1)
Benih tembakau
yang akan diuji diambil dari Cold Storage
kemudian dipindahkan ke ruang transit untuk diambil sample sebanyak ± 5g per
aksesi per ulangannya.
2) Cawan beserta tutup
ditimbang untuk mendapatkan M1.
3)
Untuk
mendapatkan M2 Cawan+tutup dimasukkan ± 5g benih.
4)
Benih dioven
menggunakan oven suhu tinggi yakni 130 ±20C selama 1 jam.
5)
Setelah 1 jam
dioven benih dimasukkan ke dalam desikator selama 15 menit untuk menghilangkan
uap air.
6)
M3 didapatkan
dari hasil cawan+tutup+benih yang telah dioven dan dimasukkan ke dalam
desikator.
·
Benih Kenaf
1)
Benih kenaf yang
akan diuji diambil dari Cold Storage
kemudian dipindahkan ke ruang transit untuk diambil sample sebanyak ± 5g per
aksesi per ulangannya.
2)
Cawan beserta tutup ditimbang untuk mendapatkan M1.
3)
Untuk
mendapatkan M2 Cawan+tutup dimasukkan ± 5g benih.
4)
Benih dioven menggunakan oven suhu rendah yakni 103 ±20C
selama 17 jam.
5) Setelah 17 jam
dioven benih dimasukkan ke dalam desikator selama 15 menit untuk menghilangkan
uap air.
6) M3 didapatkan dari
hasil cawan+tutup+benih yang telah dioven dan dimasukkan ke dalam desikator.
Keterangan : % KA : Persen Kadar Air
M1 : Bobot Cawan + Tutup
M2 : Bobot Cawan + Tutup + Benih
M3 : Bobot Cawan + Tutup + Benih
setelah dioven
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
a.
Kadar Air
AKSESI
|
RATA-RATA KA (%)
|
SSRH 1037 H KRP 2006
|
9,05
|
ACC O976 SSRH 036 H SBRJ 2005
|
10,51
|
ACC 978 SSRH 038 H SBJ 2012
|
4,97
|
ACC 976 SSRH 036 SBRJ 2004 B.196
|
6,37
|
ACC 976 SSRH 036 H KRP 2006
|
9,49
|
ACC 980 BL/011 H BJN 2003
|
9,91
|
ACC 976 SSRH/036 H KP:SBRJ/2011
|
10,61
|
ACC 0977 IJO/IDN/SSRH/037 H OKT 91
|
10,60
|
KAPAS
AKSESI
|
RATA - RATA KA (%)
|
KI 198 (2009)
|
8,31
|
KI 39 PANEN: 16-7-09
|
8,77
|
KI 40 PSR 2006
|
9,11
|
KI 39 (2006)
|
8,70
|
KI 35 (2007)
|
8,68
|
KI 36 (2007)
|
8,82
|
KI 39 (KRP 1991)
|
9,05
|
KI 37 (ASB 2002)
|
9,11
|
KI 37 (2009)
|
9,02
|
KI 40 (1991)
|
9,06
|
KI 39 (ASB 2002)
|
8,69
|
KI 36 (2008)
|
8,19
|
KI 38 (PSR 2006)
|
8,85
|
TEMBAKAU
AKSESI
|
TAHUN PANEN
|
RATA-RATA KA (%)
|
S.196
|
2005
|
9,64
|
S.196
|
BJN 2009
|
8,77
|
S.196
|
2007
|
8,71
|
S.196
|
2010
|
11,09
|
S.1968
|
2002
|
10,07
|
S.1968
|
2001
|
8,86
|
S.1967
|
2010
|
10,31
|
S.1967
|
2011
|
10,02
|
S.1969
|
1993
|
8,76
|
S.1968
|
2011
|
10,70
|
AKSESI
|
Asal/Tahun
Panen
|
Metode
|
% DB
|
% Ab
|
% Keras
|
% Mati
|
% Jamur
|
04-Apr-13
|
UKDdP
|
0
|
0
|
0
|
93
|
7
|
|
½ UKDdp
|
0
|
0
|
0
|
91,75
|
8,25
|
||
UDK
|
0
|
0
|
0
|
88,5
|
11,5
|
||
Media
pasir 1
|
0,33
|
0
|
0
|
99,67
|
0
|
||
Media
pasir 2
|
0
|
0
|
0
|
100
|
0
|
NO.
|
TANGGAL
|
AKSESI/
|
Asal/Tahun
|
Rata-rata
|
|||||
UJI
|
Panen
|
% KST
|
% DB
|
% Ab
|
% Keras
|
% Mati
|
% Jamur
|
||
1
|
07/03/2014
|
KI.35
|
2007
|
26,25
|
50
|
20
|
5,25
|
24,5
|
0,25
|
2
|
07/03/2014
|
KI.36
|
2007
|
27,25
|
37,75
|
12,5
|
0,5
|
48,25
|
1
|
3
|
07/03/2014
|
KI.36
|
2008
|
41,5
|
63,75
|
11
|
2,25
|
23
|
0
|
4
|
07/03/2014
|
KI.36
|
2009
|
52,5
|
90
|
4,5
|
1,75
|
3,75
|
0
|
5
|
07/03/2014
|
KI.37
|
ASB.2002
|
58,5
|
94,5
|
1,75
|
0
|
3,75
|
0
|
6
|
07/03/2014
|
KI 37
|
2009
|
63,25
|
78,25
|
12
|
2,25
|
7,25
|
0,25
|
7
|
07/03/2014
|
KI 38
|
PSR
2006
|
53,5
|
73,25
|
14,25
|
3,5
|
8,5
|
0
|
8
|
07/03/2014
|
KI 39
|
KRP
1991
|
46,25
|
99,25
|
0,25
|
0
|
0,5
|
0
|
9
|
07/03/2014
|
KI.39
|
ASG
2002
|
26,75
|
93
|
5,5
|
0
|
0,75
|
0,75
|
10
|
07/03/2014
|
KI 39
|
PSR
2006
|
44
|
89,25
|
6
|
0
|
4
|
0,75
|
11
|
07/03/2014
|
KI.39
|
2009
|
35,5
|
94,75
|
1,75
|
0
|
2,75
|
0,75
|
12
|
07/03/2014
|
KI.40
|
1991
|
28,75
|
98,25
|
1
|
0
|
0,75
|
0
|
13
|
07/03/2014
|
KI.40
|
PSR
2006
|
58
|
68,75
|
10,75
|
3,75
|
16,5
|
0,25
|
14
|
07/02/2014
|
KI.27
|
PSR
2006
|
0
|
89
|
4,5
|
0,5
|
3,75
|
0
|
15
|
07/02/2014
|
KI.28
|
PSR
2006
|
0
|
90,25
|
5,25
|
0
|
4,5
|
0
|
16
|
07/02/2014
|
KI.26
|
2008
|
0
|
84,5
|
9,75
|
0
|
5,75
|
0
|
17
|
07/02/2014
|
KI.29
|
PSR
2006
|
0
|
87,5
|
3,5
|
0
|
9
|
0
|
18
|
07/02/2014
|
KI.28
|
ASB
2002
|
0
|
83
|
6,5
|
0
|
3,75
|
0,5
|
19
|
07/02/2014
|
KI 30
|
KRP
1991
|
0
|
94
|
2,5
|
0
|
0
|
3,5
|
20
|
07/02/2014
|
KI.30
|
ASB
2002
|
0
|
95,75
|
2,5
|
0
|
1,5
|
0,25
|
21
|
07/02/2014
|
KI.30
|
PSR
2006
|
0
|
79
|
9,75
|
0,75
|
10,5
|
0
|
22
|
07/02/2014
|
KI.31
|
PSR
2006
|
0
|
80,5
|
6
|
0,5
|
13
|
0
|
23
|
07/02/2014
|
KI.31
|
2008
|
0
|
82,25
|
13
|
1
|
3,5
|
0,25
|
24
|
07/02/2014
|
KI.32
|
ASG
2002
|
0
|
88,75
|
9
|
0,25
|
2
|
0
|
25
|
07/02/2014
|
KI.32
|
2008
|
0
|
30,75
|
37
|
1,5
|
30,25
|
0,5
|
26
|
07/02/2014
|
KI 33
|
ASB
2002
|
0
|
95,25
|
3
|
0
|
1,75
|
0
|
27
|
07/02/2014
|
KI.33
|
2011
|
0
|
97,5
|
1,75
|
0
|
0,75
|
0
|
28
|
07/02/2014
|
KI.34
|
ASB
2002
|
0
|
93,75
|
5,25
|
0
|
1
|
0
|
29
|
07/02/2014
|
KI.34
|
PSR
2006
|
0
|
77,75
|
3
|
0
|
19,25
|
0
|
30
|
07/02/2014
|
KI.34
|
2007
|
0
|
75,5
|
13,5
|
0
|
10,75
|
0
|
NO.
|
TANGGAL
|
AKSESI/
|
Asal/Tahun
|
Rata-rata
|
|||||
UJI
|
% KST
|
% DB
|
% Ab
|
% Keras
|
% Mati
|
% Jamur
|
|||
1
|
07/04/2014
|
SSRH/036
|
SBRJ
2004
|
0
|
0
|
0
|
96,5
|
2,75
|
0,75
|
2
|
07/04/2014
|
SSRH/036
H
|
SBRJ
2005
|
6,75
|
12,25
|
4
|
36,25
|
28
|
14,5
|
3
|
07/04/2014
|
SSRH/036
H
|
KRP
2006
|
0
|
0,25
|
0
|
95
|
1,25
|
3,5
|
4
|
07/04/2014
|
SSRH/036
H
|
SBRJ
2011
|
0
|
1
|
0
|
96,75
|
0
|
2,25
|
5
|
07/04/2014
|
IJO/IDN/SSRH/037
H
|
OKT'
1991
|
0
|
0,5
|
0,25
|
97,25
|
1,25
|
0,75
|
6
|
07/04/2014
|
SSRH/037
H
|
KRP
2006
|
0
|
0,25
|
0
|
95
|
0,5
|
4,25
|
7
|
07/04/2014
|
SSRH/038
H
|
SUMBEREJO/2012
|
0
|
0
|
0
|
99,5
|
0,5
|
0
|
8
|
07/04/2014
|
BL/011
H
|
BJN
2003
|
99
|
99,5
|
0,25
|
0
|
0,25
|
0
|
NO.
|
TANGGAL
UJI
|
AKSESI/
|
Asal/Tahun PANEN
|
RATA – RATA
|
|||||
% KST
|
% DB
|
% Ab
|
% Keras
|
% Mati
|
% Jamur
|
||||
1
|
07/02/2014
|
S.19976
|
2005
|
65,75
|
78,25
|
1,75
|
0
|
19,5
|
0
|
2
|
07/02/2014
|
S.1967
|
2005
|
69,25
|
89,25
|
0,75
|
0
|
28,5
|
0
|
3
|
07/02/2014
|
S.1967
|
2010
|
55,75
|
66,75
|
9,25
|
1,8
|
31,5
|
0
|
4
|
07/02/2014
|
S. 1967
|
20011
|
91
|
92,75
|
2
|
0
|
5
|
0
|
5
|
07/02/2014
|
S.1968
|
2001
|
0
|
2,25
|
6
|
0
|
88,5
|
0
|
6
|
07/02/2014
|
S.1968
|
2002
|
28,5
|
55,75
|
6,25
|
0
|
38
|
0
|
7
|
07/02/2014
|
S.1968
|
2010
|
49
|
65
|
3,5
|
0
|
30,75
|
9
|
8
|
07/02/2014
|
S.1968
|
2011
|
80
|
82,75
|
1,75
|
0
|
13,75
|
1,75
|
9
|
07/02/2014
|
S.1969
|
1993
|
0
|
0
|
0
|
0
|
100
|
0
|
10
|
07/02/2014
|
S.1969
|
2007
|
80,25
|
86,5
|
5,25
|
0
|
8,25
|
0
|
11
|
07/02/2014
|
S.1969
|
BJN 2009
|
87,5
|
89
|
0,75
|
0
|
11,25
|
0
|
4.2 PEMBAHASAN
Dari
data pengujian benih tanaman kenaf pada tanggal 4 juli 2014, telah didapat data
yaitu untuk aksesi SSRH/036 dengan asal
tahun panen SBRJ 2004 dengan presentase keserempakan tumbuh sebesar 0 % ,
presentase daya berkecambah 0 %, persentase kecambah abnormal sebesar 0 %,
presentase benih keras sebesar 96,5 %, presentase benih yang mati sebesar 2,75
% serta presentase benih yang terserang jamur sebesar 0,75 %.selanjutya pada
aksesi SSRH/036 H dengan tahun panen SBRJ 2005 didapat presentase keserempakan tumbuh sebesar 6,75 %, presentase daya
berkecambah sebesar 12,25 %, presentase kecambah abnormal sebesar 4 %,
presentase benih keras sebesar 36,25 %, presentase benih mati sebesar 28 %,
serta presentase benih yang terserang cendawan sebesar 14,5 %. Pada aksesi
SSRH/036 H dengan asal tahun panen KRP2006 didapat presentase keserempakan
tumbuh sebesar 0 %, presentase daya berkecambah sebesar 0,25 %, presentase
kecambah abnormal sebesar 0%, presentase benih keras sebesar 95 %, presentase
benih mati sebesar 1,25 %, serta presentase benih yang terserang cendawan
sebesar 3,5 %. Pada aksesi SSRH/036 H dengan asal tahun panen SBRJ 2011 didapat
presentase keserempakan tumbuh sebesar 0 %, presentase daya berkecambah sebesar
1 %, presentase kecambah abnormal sebesar 0 %, presentase benih keras sebesar
96,75 %, presentase benih mati sebesar 0 %, serta presentase benih yang
terserang cendawan sebesar 2,25 %. Pada aksesi IJO/IDN/SSRH/037 H dengan asal
tahun panen oktober 1991 didapat presentase keserempakan tumbuh sebesar 0 %,
presentase daya berkecambah sebesar 0,5 %, presentase kecambah abnormal sebesar
0,25%, presentase benih keras sebesar 97,25 %, presentase benih mati sebesar
1,25 %, presentase benih yang terserang jamur sebesar 0,75 %. Pada aksesi
SSRH/037 dengan tahun panen KRP 2006 didapat presentase keserempakan tumbuh
sebesar 0%, presentase daya bercecambah sebesar 0,25, presentase kecambah
abnormal sebesar 0%, presentase benih keras sebesar 95%, presentase beih mati
sebesar 0,5 %, presentase benih yang terserang jamur sebesar 4,25 %. Pada
aksesi SSRH/038 H dengan asal tahun panen sumberejo/ 2012 didapat presentasi
keserempakan tumbuh sebesar 0 %, presentase daya berkecambah sebesar 0%,
presentase kecambah abnormal sebesar 0 %, presentase benih keras sebesar 99,5
%, serta presentase benih yang terserang cendawan sebesar 0 %. Pada aksesi
BL/011 H dengan asal tahun panen BJN 2003 didapat presentase keserempakan
tumbuh sebesar 99 %, presentase daya berkecambah sebesar 99,5 %, presentase
kecambah abnormal sebesar 0,25 %, presentase benih keras sebesar 0 %,
presentase benh mati sebesar 0,25 % serta presentase benih yang erserang jamur
sebesar 0 %.
Dari
hasil grafik diatas, dari 8 aksesi yang ada semua benih kenaf menunjukan
tingkat daya berkecambah yang rendah. Hasil tertinggi diperoleh aksesi BJN
2003, dan untuk yang lainnya hasil evaluasi kecambah menunjukan bahwa benih
yang diuji preentase tertinggi benih keras. Benih keras merupakan benih yang
belum menunjukan tingkat kehidupan namun belum bsa dikatakan bahwa benih tersebut
mati, atau biasa disebut dengan dormansi. Keadaan ini bisa di sebabkan oleh
struktur biji yang keras, atau terdapat hormon penghambat yang menghambat
pertumbuhan dari benih kenaf.
Pada pengujian
daya berkecambah tembakau yang dilakukan pada tanggal 2 juli 2014 didapat hasil
presentasei pada aksesi S.19976 dengan asal tahun panen 2005 dengan hasil
presentase keserempakan tumbuh sebesar
65,75 %, presentasi daya berkecambah 78,25 %, presentasi kecambah abnormal
1,75, presentasi benih keras 0 %, presentasi benih mati sebesar 19,5 %, serta
presentase benih yang terserang cendawan sebesar 0 %. Pada nomor aksesi S.1967
dengan asal tahun panen 2005 didapat presentase keserempakan tumbuh sebesar
69,25 %, presentase daya berkecambah sebesar 89,25 %, presentase kecambah
abnormal sebesar 0,74 %, presentase benih keras sebesar 0 %, presentase benih
ati sebesar 31,5 %, serta presentase
beih yang terserang cendawan sebesar 0 %. Pada nomor aksesi S.1967 dengan asal
tahun panen 2010 didapat presentase keserempakan tumbuh sebesar 55,75 %,
presentase daya berkecambah sebesar
66,75 %, presentase kecambah abnormal sebesar 9,25 %, presentase benih
keras sebesar 1,75 %, presentase benih mati
sebesar 31,5 %, serta presentase benih yang terserang cendawan sebesar 0
%. Pada nomor aksesi S.1967 dengan asal tahun panen 2011 didapat hasil
presentase keserempakan tumbuh sebesar 91 %, presentase daya berkecambah
sebesar 92,75 %, presentase kecambah abnormal sebesar 2 %, presentase benih
keras sebesar 0 %, presentase benih mati sebesar 5 %, serta presentase benih
yang terserang cendawan sebesar 0 %. Pada nomor aksesi S.1968 dengan asal tahun
panen 2001 didapat hasil presentase keserempakan tumbuh sebesar 0 %, presentase
daya berkecambah sebesar 2,25 %, presentase kecambah abnormal sebesar 6 %,
presentase benih keras sebesar 0 %, presentase benih keras sebesar 0 %,
presentase beih mati sebesar 88,5, serta presentase benih yang terserang
cendawan sebesar 0 %. Pada nomor aksesi S.1968 dengan asal tahu 2002 didapat
presentase keserempakan tumbuh sebesar 28,5 %, presentase daya berkecambah
sebesar 55,75, presentase kecambah abnormal sebesar 6,25 %, presentase benih
keras sebesar 0%, presentase benih mati sebesar 38 %, presentase benih yang
terserang cendawan sebesar 0 %. Pada nomor aksesi S.1968 dengan tahun panen
2010 didapat hasil presentase keserempakan tumbuh sebesar 49 %, presentase daya
berkecambah sebesar 65 %, presentase kecambah
abnormal sebesar 3,5 % , presentase benih keras sebesar 0 % , presentase
benih mati sebesar 30,75 %, presentase benih yang terserang cendawan sebesar 9
%. Pada nomor aksesi S.1968 dengan asal tahun panen 2011 didapat hasi
presentase keserempakan tumbuh sebesar 80 %, presentase daya berkecambah
sebesar 82,75 %, presentase kecambah
abnormal sebesar 1,75 %, presentase benih keras sebesar 0 %, presentase
benihmati sebesar 13,75 %, presentase benih terserang jamur sebesar 1,75 %.
Pada nomor aksesi S.1969 dengan asal tahun panen 1993 didapat hasil presentase
keserempakan tumbuh sebesar 0 %, presentase daya berkecambah sebesar 0 %,
presentase kecambah abnormal sebesar 0 %, presentase benih keras 0 %,
presentase benih mati 100 %, serta presentase benih yang terserang cendawan
sebesar 0 %. Pada nomor aksesi S.1969 dengan asal tahun panen 2007 didapat
hasil presentase keserempakan tumbuh sebesar 80,25 %, presentase daya
berkecambah sebesar 86,5 %, presentase 5,25 %, presentase benih keras 0 %,
presentase benih mati sebesar 8,25 %, presentase benih benih terserang cendawan
sebesaR 0 %. Pada nomor aksesi S.1969 dengan asal tahun panen BJN 2009 didapat
presentase keserempakan tumbuh sebesar 87,5 %, presentase daya berkecambah
sebesar 89 %, presentase kecambah abnormal sebesar 0,75 %, presentase benih
keras sebesar 11,25 %, serta presentase
benih terserang cendawan sebesar 0 %. Hasil pengujian diatas menunjukan mutu
benih dari benih tembakau tingkat viabilitasnya masih cukup tinggi. Dengan
teknik penyimpanan yang sesuai untuk menyimpan benih, sehingga dapat
mempertahankan tingkat viabilitas benih.
Evaluasi
Kecambah Kapas
Menurut SNI (2006), Penilaian kecambah dibedakan atas
kecambah normal dan kecambah abnormal, biji segar, dan biji mati dengan
kriteria sebagai berikut :
a.
Kecambah Normal adalah kecambah yang struktur akar primer
dan sekundernya tumbuh sehat dan kuat, atau tidak memiliki akar primer tetapi
memiliki akar sekunder yang tumbuh sehat dan kuat, memiliki hipokotil yang
sehat dan lurus tanpa kerusakan atau dengan kerusakan ringan, memiliki epikotil
dan minimum satu daun kotiledon utuh.
b.
Kecambah Abnormal adalah kecambah yang pertumbuhan akar
primer dan sekunder tidak sempurna biasanya tidak tumbuh atau lemah, memiliki
hipkotil yang pendek dan melengkung dan megalami kerusakan berupa luka-luka
kecil sampai ke jaringan pengangkut atau luka besar bahkan busuk, tidak
memiliki epikotil, dan kotiledon hanya satu tetapi tidak utuh atau tidak
memiliki sama sekali.
c.
Benih mati adalah benih yang pada akhir pengamatan tidak
lagi keras atau segar dan biasanya ditandai dengan adanya jamur dan tidak menunjukkan
struktur utama kecambah misalnya ujung akar.
Pada kegiatan pengujian daya
berkecambah kapas di BALITTAS parameter yang dinilai yaitu kategori kecambah
yakni normal dan abnormal, dan kategori biji yakni jamur, busuk/mati, dan
keras.
1.
Kecambah Normal
Pada pengamatan hari pertaman (
hari ke 4 setelah tanam) memiliki strukur akar primer dan skunder yang sudah
mulai dapat dilihat.
Gambar 13 Kecambah Normal
2.
Kecambah
Abnormal
Kecambah
yang pertumbuhan akar primer dan akar sekunder nya tidak sempurna biasanya
tidak tumbuh atau lemah, memiliki hipokotil yang pendek dan melengkung dan
mengalami kerusakan berupa luka-luka kecil sampai ke jaringan pengangkut atau
luka bahkan busuk, tidak memiliki epikotil, dan kotiledon tidak utuh atau tidak
memiliki sama sekali dapat dilihat pada gambar .
Gambar 14 Kecambah Abnormal
3. Biji
Jamur
Biji
yang tidak tumbuh dan terserang oleh jamur ditandai dengan adanya jam ur seperti
rambut putih, hitam, coklat, atau hijau pada benih mati sampai meluas di
sekitar benih. Benih menjadi lembek dan beraroma tidak sedap. Jika benih tidak
dibuang pada pengamatan pertama biasanya akan menular atau jamur akan menyebar.
4. Biji
Busuk/Mati
Benih yang tidak menunjukkan
strukur utama kecambah misalnya ujung akar tidak lagi keras atau segar (lembek)serta biasanya benih
berlendir, jika dipencet maka benih mengeluarkan air dan struktur benih busuk.
Gambar 15 Biji Busuk/Mati
5. Biji
Keras
Biji yang masih segar dan keras
tapi tidak ada tanda-tanda muncul akar dan tidak tumbuh.
Gambar 16 Biji Keras
Pengujian
Kadar Air benih
Selain
pengujian daya berkecambah, dalam kegiatan plasma nutfah kapas juga dilakukan
pengujian kadar air benih kapas dengan menggunakan metode oven dengan suhu
rendah 130°C ± 2°C selama 17 jam.
Prinsip
pengujian ini adalah untuk penguapan air yang terdapat pada benih kapas
tersebut. Pemanenan menungkinkan penguapan air sebanyak mungkin tetapi dapat
menekn terjadinya oksidasi, dekomposisi atau hilangnya zat-zat yang mudah
menguap (SNI 2006)
Dari hasil pengamatan yang telah
dilakukan pada tabel 5 rata-rata kecambah normal dari 30 aksesi sangat sedikit
yaitu dibawah 63 %, daya kecambah rata-rata diatas 82,57 % hanya beberapa
aksesi yang rata-rata dibawah 65 %, kecambah abnormal rata-rata 11 % , kadar
air dari 13 Aksesi yang diuji kadar air pada tabel 2 benih kapas dengan
rata-rata 8,00 %, dan standar deviasi dari masing-masing aksesi kapas.
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui benih kapas yang masih dapat digunakan
untuk ditanam lebih lanjut dan mengetahui benih yang sudah tidak layak untuk
digunakan, Perbedaan tersebut
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah tahun panen dan waktu
panen, jenis kemasan yang digunakan untuk mengemas benih dalam penyimpanan, kondisi
tempat penyimpanan benih, dan kondisi lingkungan pada saat pengujian benih
berlangsung.
secara umum perkecambahan benih juga
dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar.(Sutopo,2002).
a. Faktor
dalam
1. Tingkat kematangan benih
Benih yang dipanen sebelum tingkat
kematangan fisiologisnya tercapai tidak mempunyai daya tumbuh yang tinggi. Pada
beberapa jenis tanaman benih yang demikian tidak dapat berkecambah, diduga pada
tingkat tersebut benih belum memiliki cadangan makanan yang cukup dan juga
pembentukan embrio belum sempurna.
2.Ukuran
benih
Didalam
jaringan penyimpanan benih memiliki karbohidrat, protein, lemak dan mineral.
Bahan-bahan tersebut diperlukan sebagai energi bagi embryo yang sedang
berkecambah. Diduga benih yang memiliki ukuran besar dan berat lebih banyak
memiliki cadangan makanan dibandingkan benih berukuran kecil
3.
Dormansi
Suatu
benih dikatakan dormansi apabila benih tersebut sebenarnya viabel (hidup),
tetapi tidak mau berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan lingkungan yang
memenuhi syarat bagi perkecambahannya. Periode dorman ini dapat langsung
musiman atau dapat juga selama beberapa tahun, tergantung pada jenis benih dan
tipe perkceambahannya.
4. Zat penghambat
Perkecambahan benih terhambat
karena :
1) Inhibitor,
inhibitor akan menghambat perkecambahan benih baik di dalam maupun di permukaan
benih. Zat ini akan menghambat perkecambahan pada konsentrasi tertentu.
Konsentrasi inhibitor akan turun jika benih mengalami proses imbibisi dan hal
ini menyebabkan kemampuan menghambatnya menjadi berkurang (kuswanto, 1996).
2) Larutan
dengan osmotik tinggi, perkecambahan benih akan terhambat jika benih
berimbibisi pada larutan tinggi, misalnya NaCl atau manitol (Kuswanto, 1996).
3) Bahan
yang menghambat lintasan metabolic atau menghambat pernafasan, kehadiran zat
ini akan menghambat laju respirasi, sehingga proses katabolisme maupun
anabolisme terhambat. Zat yang memiliki sifat ini antara lain : sianida,
fluorida, caumarin, herbisida, dll (Kuswanto, 1996).
b. Faktor
luar
Faktor
luar yang akan mempengaruhi perkecambahan benih antara lain (Pranoto et al, 1990) :
1. Air
Air
merupakan kebutuhan dasar yang utama untuk perkecambahan. Kebutuhan air
berbeda-beda tergantung dari spesies tanaman. Fungsi air adalah : (1) untuk
melunakkan kuli benih sehingga embrio dan endosperm membengkak yang menyebabkan
retaknya kulit benih, (2) sebagai pertukaran gas sehingga suplai oksigen ke
dalam benih terjadi, (3) mengencerkan protoplasma terjadi proses metabolisme di
dalam benih, (4) mentranslokasikan cadangan makanan ke titik tumbuh yang
memerlukan.
2. Suhu
Pengaruh
suhu terhadap perkecambahan benih dapat dicerminkan melalui suhu cardinal yaitu
suhu minimum, optimum dan maksimum. Suhu minimum adalah suhu terendah dimana
perkecambahan dapat terjadi secara normal, dan di bawah suhu tersebut benih
tidak dapat berkecambah sengan baik. Suhu optimum yaitu suhu yang paling sesuai
untuk perkecambahan, dan suhu maksimum adalah suhu tertinggi dimana
perkecambahan dapat terjadi, di atas suhu maksimum ini benih tidak dapat
berkecambah normal.
3. Oksigen
Dalam
perkecambahan O2 digunakan untuk respirasi, konsentrasi O2 yang diperlukan
untuk perkecambahan adalah 20%.
4. Cahaya
Cahaya
memegang peranan yang sangat penting dalam perkecambahan. Pada umumnya kualitas
cahaya terbaik untuk perkecambahan dinyatakan dengan panjang gelombang berkisar
antara 660 nm – 700 nm (Kuswanto, 1996).
Dari hasil pengujian kecambah
pada beberapa komoditi tanaman perkebunan semusim antara lain tebu, kapas,
kenaf, dan tembakau. Dari keseluruhan benih yang diuji benih dengan umur
tanggal panen yang berbeda – beda menunjukan tingkat daya berkecambah yang
berbeda pula. Benih dengan tahun panen kisaran 19 – 20 tahun menunjukan tingkat
viabilitas yang redah, dengan ditandai dengan rendahnya DB yang dihasilkan.
Meskipun benih tersebut sudah disimpan dalam ruangan yang dapat menghambat detiorasi
suatu benih, namun setiap benih mempunyai daya simpan masing – masing yang akan
berkorelasi langsung dengan daya berkecambah. Sehingga teknik penyimpanan,
faktor lingkungan, dan faktor genetik benih merupakan faktor utama terhadap
hasil daya berkecambah suatu lot benih.
Dari hasil kadar air benih yang tahun panennya sudah lama maupun baru
semuanya tidak menunjukan perbedaan yang signifikan. Jadi pengaruh
daya simpan, dan umur benih yang disimpan dalam ruangan standart tidak
berpengaruh pada hasil kadar air.
nothink
Anonimb, 2010,
Kadar Air Benih, http://agronomi02.blogspot.com/2010/08/kadar-air-benih.html, di akses pada tanggal 8 Maret 2012.
Ananta W.D., 2011, Laporan
Teknologi Benih, http://www.scribd.com/doc/
37132682/4/PRAKTIKUM-4-PENGUKURAN-KADAR-AIR-BENIH, di akses pada tanggal 8 Maret 2012.
Bass N. Louis.
1994. Prinsip Praktek Penyimpangan Benih. PT Raja Grafirdo Persada. Jakarta
Dwi Sucipto, 2009, Pengujian Dan Sertifikasi Benih_Lanjutan 2, http://perbenihan.blogspot.com/2009/02/pengujian-dan-sertifikasi-benih
lanjutan_2902.html, di akses pada tanggal 8 Maret
2012.
Kartasapoetra, A.G., 2003.
Teknologi Benih (Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum). Cetakan keempat.
Rineka Cipta. Jakarta. 188 hal.
Lita Sutopo, 2002, Teknologi Benih, Universitas Brawijaya, Malang.
Pramono, Eko. 2009. Penuntun Praktikum Teknologi Benih. Bandarlampung.
Universitas Lampung.
Sadjad,
Sjamsoe’oed.1999.Parameter Pengujian Vigor Benih.Grasindo. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar