Sabtu, 20 September 2014

laporan teknik pengolahan tanah dan air



LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK PENGELOLAAN TANAH DAN AIR

Di susun oleh:
Kelompok 1-A1
1.    Ulfa Rafiqha                       (J3G112027)
2.    Sari Hartati Br Sagala         (J3G112025)
3.    Sofia M Br Tarigan             (J3G109050)
4.    Nur M. Akbar Ilahi             (J3G112001)
5.    Wibowo Setiady                 (J3G112029)
6.    Nida Aisyah                        (J3G112073)
7.    Bayu Segara                        (J3G111079)

Dosen:
Dr. Ir. Eko Sulistyono, MS
Restu Puji Mumpuni, SP.
Vitria Puspitasari Rahadi, SP, MSi
Asisten:
Desty Dwi Sulistyowati, SP
Mutiara Dewi Puspitawati,SP, MSi
Ismail Saleh, SP, MSi



PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI INDUSTRI BENIH
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014




KATA PENGANTAR


            Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nyalah, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan mata kuliah Teknik Pengelolaan Tanah dan Air, berdasarkan praktikum yang kami lakukan setiap hari sabtu, di lahan Gunung Gede Institut Pertanian Bogor, dengan menanam komoditas padi Gogo varietas Situpatenggang.
Dalam penyusunan laporan ini, kami tidak terlepas dari bimbingan dan masukan dari pihak lain. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada :
·         Dosen beserta asisten dosen kuliah mata kuliah Teknik Pengelolaan Tanah dan Air, Teknologi Industri Benih.
·         Semua pihak yang secara langsung atau tidak langsung membantu kami dalam menyusun laporan ini, baik bantuan secara moral maupun material.
Penyusunan laporan ini telah kami usahakan secara maksimal, tetapi kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan dalam pembuatan laporan ini. Adanya saran dan kritik dari semua pihak, guna perbaikan laporan.
 Akhir kata kami minta maaf apabila ada kesalahan dalam pembuatan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat.
Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.            


Bogor,   Januari 2014


Tim Penyusun

Daftar isi





Daftar Tabel



Daftar Gambar


PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Seiring dengan pertumbuhan penduduk di Indonesia yang sangat pesat, maka kebutuhan masyarakat terhadap pangan semakin besar juga. Bahan pangan yang dikonsumsi oleh para penduduk Indonesia yaitu padi, jagung, ubi – ubian, dan lain – lain. Tetapi sebagian besar penduduk lebih cenderung mengkonsumsi padi. Karena padi kaya akan sumber karbohidrat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia.
Padi gogo adalah budidaya padi di lahan kering. Lahan kering yang digunakan untuk tanaman padi gogo rata-rata lahan marjinal yang kurang sesuai untuk tanaman. Tanaman padi gogo membutuhkan curah hujan lebih dari 200 mm per bulan selama tidak kurang dari tiga bulan (Purwono dan Purnamawati, 2008). Persentase tumbuh padi gogo lebih kecil dibandingkan dengan padi sawah, sehingga benih yang dibutuhkan lebih banyak. Benih padi gogo tidak perlu disemai. Penanaman padi gogo dilakukan dengan jarak tanam 40 cm x 20 cm. Masalah dalam pertanaman padi gogo diantaranya kerebahan. Selain itu terdapat fase7fase kritis padi, yaitu pada fase awal pertumbuhan,primordia bunga hingga munculnya bunga, dan pengisian biji. Jika terjadi kekeringan pada fase tersebut akan menurunkan hasil dan meningkatkan persentase gabah hampa (Purwono dan Purnamawati, 2008).
Padi gogo mempunyai kelebihan dan kelemahan dalam usahataninya. Kelebihan padi gogo diantaranya (1) berfungsi sebagai tanaman pioner pada pembukaan lahan kering untuk pertanian,pada bekas hutan sekunder atau padang alang-alang, (2) mampu memanfaatkan hara yang tersedia dalam tanah dengan efisien dan toleran terhadap pH rendah, (3) dapat ditanam sebagai tanaman penyerta pada peremajaan tanaman kehutanan dan perkebunan. Kelemahan padi gogo diantaranya: (1) mudah tertular penyakit, jikatidak terdapat gen-gen yang tahan, (2) tanpa pengelolaan yang tepat, usahatani padi gogo akan mudah mengakibatkan terjadinya erosi permukaan, (3) penanaman padi gogo tanparotasi
Tanaman yang tepat dan pemeliharaan kesuburan tanah akan menurunkan produktivitas lahan secara cepat (Sumarno dan Hidayat, 2007). Produktivitas padi gogo masih rendah, sekitar 273 ton/ha Gabah Kering Giling (GKG), sedangkan potensinya dapat mencapai 475 ton/ha (Sumarno dan Hidayat, 2007). Hal ini disebabkan karena adanya faktor pembatas dalam produksi seperti solum tanah yang kurang dari 5 cm,tekstur sangat kasar, kadar hara tanah sangat rendah, tingkat kelerengan lahan lebih dari 40 %, dan curah hujan yang sangat rendah. Kondisi agroekologi yang ideal diperlukan untuk 4 mengurangi faktor pembatas, diantaranya topografi datar sedikit bergelombang, solum tanah dalam lebih dari 40 cm, tekstur halus medium, kandungan bahan organik tanah tinggi7medium, curah hujan selama empat bulan merata dengan total 4007600 mm (Basyir et al., dalam Sumarno dan Hidayat, 2007).
Fungsi Air bagi Tanaman Air merupakan komponen utama tanaman karena 90 % sel-sel tanaman mengandung air. Peran air bagi tanaman diantaranya : (1) pelarut dan pembawa ion7ion hara dari rhizosfer ke akar kemudian ke daun, (2) sarana transportasi dan pendistribusian nutrisi, (3)komponenkunci dalam proses fotosintesis, asimilasi, sintesis, maupun respirasi tanaman (Hanafiah, 2007) Absorbsi air pada tanaman dipengaruhi oleh (1) kecepatan kehilangan air, (2) penyebaran dan efisiensi sistem perakaran, (3) potensial air tanah dan daya hantar tanah (Islami dan Utomo, 1995).
Perkecambahan benih ditentukan oleh ketersediaan air di dalam media tanam. Ketersediaan air paling baik adalah pada saat kapasitas lapang. Menurut Hardjowigeno (1989) kapasitas lapang adalah keadaan tanah yang cukup lembab yang menunjukkan jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya gravitasi. Air tersedia pada kapasitas lapang akan semakin berkurang karena diserap oleh tanaman dan menguap. Air akan mendekati titik layu permanen mengakibatkan cekaman kekeringan pada tanaman.Menurut Islami dan Utomo (1995) cekaman kekeringan pada tanaman terjadi karena ketersediaan air dalam media tidak cukup dan transpirasi yang berlebihan atau kombinasi kedua faktor tersebut. Tanaman yang menderita cekaman kekeringan secara umum mempunyai ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh normal. Cekaman kekeringan mempengaruhi proses fisiologi dan biokimia tanaman serta menyebabkan terjadinya modifikasi anatomi dan morfologi tanaman.
Kandungan prolin pada daun yang masih muda maupun yang sudah tua mengalami peningkatan pada cekaman kekeringan. Kandungan prolin pada daun muda lebih banyak dibandingkan dengan daun yang sudah tua (Mostajeran dan Rahimi7Eichi, 2009). 6 Cekaman air akan menyebabkan hasil tanaman menurun. Hal ini disebabkan karena terganggunya metabolisme tanaman.Penutupan stomata mengakibatkan turunnya absorbsi CO2, sehingga mengurangi aktivitas dan hasil fotosintesis. Peningkatan efisiensi air untuk menghasilkan tanaman diperlukan pada tanaman yang mengalami cekaman air (Islami danUtami, 1995).
Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman pertanian kuno berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Bukti sejarah memperlihatkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina) sudah dimulai pada 3.000 tahun SM. Fosil butir padi dan gabah ditemukan di Hastinapur Uttar Pradesh India sekitar 100-800 SM. Selain Cina dan India, beberapa wilayah asal padi adalah, Bangladesh Utara, Burma, Thailand, Laos, Vietnam.
 Jenis Tanaman
Klasifikasi botani tanaman padi adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monotyledonae
Keluarga : Gramineae (Poaceae)
Genus : Oryza
Spesies : Oryza spp. 
Varietas : Situpatengang


Manfaat Tanaman
Beras merupakan makanan sumber karbohidrat yang utama di kebanyakan Negara Asia. Negara-negara lain seperti di benua Eropa, Australia dan Amerika mengkonsumsi beras dalam jumlah yang jauh lebih kecil daripada negara Asia. Selain itu jerami padi dapat digunakan sebagai penutup tanah pada suatu usaha tani.
 Syarat Pertumbuhan
Pada dasarnya dalam budidaya tanaman, pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor genetis dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang paling penting adalah tanah dan iklim serta interaksi kedua faktor tersebut. Tanaman padi gogo dapat tumbuh pada berbagai agroekologi dan jenis tanah. Sedangkan persyaratan utama untuk tanaman padi gogo adalah kondisi tanah dan iklim yang sesuai. Faktor iklim terutama curah hujan merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan budidaya padi gogo. Hal ini disebabkan kebutuhan air untuk padi gogo hanya mengandalkan curah hujan.
Iklim
Padi gogo memerlukan air sepanjang pertumbuhannya dan kebutuhan air tersebut hanya mengandalkan curah hujan. Tanaman dapat tumbuh pada derah mulai dari daratan rendah sampai daratan tinggi. Tumbuh di daerah tropis/subtropis pada 450 LU sampai 450 LS dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi dengan musim hujan 4 bulan. Rata-rata curah hujan yang baik adalah 200 mm/bulan selama 3 bulan berturut-turut atau 1500-2000 mm/tahun. Padi dapat ditanam di musim kemarau atau hujan. Pada musim kemarau produksi meningkat asalkan air irigasi selalu tersedia. Di musim hujan, walaupun air melimpah prduksi dapat menurun karena penyerbukankurang intensif. Di dataran rendah padi memerlukan ketinggian 0-650 m dpl dengan temperature 22-27 derajat C sedangkan di dataran tinggi 650-1.500 m dpl dengan temperature 19-230C.
Tanaman padi memerlukan penyinaram matahari penuh tanpa naungan. Di Indonesia memiliki panjang radiasi matahari ± 12 jam sehari dengan intensitas radiasi 350 cal/cm2/hari pada musim penghujan. Intensitas radiasi ini tergolong rendah jika dibandinkan dengan daerah sub tropis yang dapat mencapai 550 cal/cm2/hari. Angin berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan tetapi jika terlalu kencang akan merobohkan tanaman.
Tanah
Padi gogo harus dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, sehingga jenis tanah tidak begitu berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil padi gogo. Sedangkan yang lebih berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil adalah sifat fisik, kimia dan biologi tanah atau dengan kata lain kesuburannya. Untuk pertumbuhan tanaman yang baik diperlukan keseimbangan perbandingan penyusun tanah yaitu 45% bagian mineral, 5% bahan organik, 25% bagian air, dan 25% bagian udara, pada lapisan tanah setebal 0 – 30 cm.
Struktur tanah yang cocok untuk tanaman padi gogo ialah struktur tanah yang remah. Tanah yang cocok bervariasi mulai dari yang berliat, berdebu halus, berlempung halus sampai tanah kasar dan air yang tersedia diperlukan cukup banyak. Sebaiknya tanah tidak berbatu, jika ada harus < 50%. Keasaman (pH) tanah bervariasi dari 5,5 sampai 8,0. Pada pH tanah yang lebih rendah pada umumnya dijumpai gangguan kekahatan unsur P, keracunan Fe dan Al. sedangkan bila pH lebih besar dari 8,0 dapat mengalami kekahatan Zn.Mulsa juga sangat diperlukan untuk pertanaman padi gogo. Manfaatnya adalah memperbaiki kondisi tanah agar hara yang terdapat dalam tanah terkumpul dan dapat menjadi makanan tanaman tersebut. Mulsa dibagi atas dua jenis, mulsa organik dan mulsa anorganik.
Pengolahan tanah untuk pertanaman padi gogo sangat penting agar struktur tanah berubah menjadi gembur. Mengolah tanah ini berarti membalik lapisan tanah bawah agar ada pertukaran aliran udara. Dari proses initanah akan berubah menjadi gembur. Tanah yang gembur akan memudahkan akar tanaman masuk kedalam tanah dan menyerap unsur hara.
            Mulsa yang digunakan dalam penanaman padi gogo yaitu mulsa organik. Mulsa organik berasal dari bahan-bahan alami yang mudah terurai seperti sisa-sisa tanaman seperti jerami dan alang-alang. Mulsa ini murah dan mudah didapat. Keuntungan lainnya adalah mulsa ini dapat terurai sehingga menambah kandungan bahan organik dalam tanah. Sebaiknya cacah terlebih dahulu jerami atau alang-alang sebelum ditebarkan di atas tanah sebagai mulsa. Hanya saja pada beberapa waktu kemudian perlu ditambahkan cacahan jerami atau alang-alang untuk mengganti yang mulsa yang telah terurai. Selain jerami dan alang-alang dapat digunakan cacahan batang dan daun jagung atau rumput-rumputan lainnya.
Mulsa sisa tanaman akan melapuk dan membusuk. Karena itu perlu menambahkan mulsa setiap tahun atau musim, tergantung kecepatan pembusukan.
Sisa tanaman dari rumput-rumputan, seperti jerami padi, lebih lama melapuk dibandingkan bahan organik dari tanaman leguminose seperti benguk,Arachis, dan sebagainya.
Mulsa sisa tanaman dapat memperbaiki kesuburan, struktur, dan cadangan air tanah. Mulsa juga menghalangi pertumbuhan gulma, dan menyangga (buffer) suhu tanah agar tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Selain itu, sisa tanaman dapatmenarik binatang tanah (seperti cacing), karena kelembaban tanah yang tinggi dan tersedianya bahan organik sebagai makanan cacing. Adanya cacing dan bahan organik akan membantu memperbaiki struktur tanah.

B.     Tujuan

Penulisan laporan ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan fase pertumbuhan dan hasil produksi kedelai yang ditanam dengan menggunakan metode Olah Tanah Penuh dan Olah Tanah Minimum. Selain itu, untuk mencari metode penanaman yang terbaik.

BAHAN DAN METODE

 

a.      Waktu dan Tempat
Kegiatan ini dimulai pada pukul 07.00 – 10.20 Wib di Lahan Gunung Gede

b.      Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan dalam pratikum ini adalah Benih Padi Gogo, Pupuk (Urea 33.7 g/ha, SP36 810 g/ha, KCl 540 g/ha), Furadan, Aluminium foil, Label, Rumput untuk mulsa , Padi gogo, Air.
Alat yang digunakan dalam pratikum ini adalah Cangkul, Kantong plastic, Kored, Sabit, Meteran, Ajir, Tali Rafia, Traktor, Tugal, Timbangan Digital, Alat tulis, Oven, Desikator, Gunting, Gelas ukur.
c.       Metode Pengamatan
·      Survey analisis kesesuaian lahan
1.      Mengamati apa saja sumber air yang berada di sekitar lahan (survey air)
2.      Mengambil contoh tanah di lahan yang akan kita kerjakan (survey lahan)
3.      Mengamati keadaan pencahayaan yang ada di lahan (survey lahan)
·         Metode penanaman
Ø  Alat dan bahan dipersiapkan terlebih dahulu
Ø  Lahan di ukur pada masing – masing kelompaok dan perlakuan sesuai dengan yang di tentukan kelompok satu A1, Mendapatkan (M5)
Ø  Tanah diolah dengan cara olah tanah minimum + mulsa di bawah dan di atas permukaan tanah, dengan kedalaman tanah ± 20 cm
Ø  Jarak tanam diukur pada antar baris dan antar lubang tanam dengan jarak 25 cm x 25 cm
Ø  Alur drynase dibuat di setiap bagian sisi samping lahan
Ø  Lubang tanam di isi 3 butir benih padi per lubang tanam dan diberi furadan setelah itu ditutup
Ø  Pupuk Urea, SP18, KCl Ditimbang sesuai dengan dosis.
Ø  Pupuk dicampur ke dalam kantong plastik hingga tercampur.
Ø  Alur pupuk di buat di samping alur tanaman dengan jarak ± 15 cm kemudian pupuk di tebar secara merata dan langsung ditutup.
Ø  Alat yang telah digunakan dibersihkan dan langsung di simpan pada ruamg peralatan
·         Metode tiap pengamatan dan pengambilan sampel
Ø  Alat di persiapkan terlebih dahulu
Ø  Melakukan pembersihan gulma pada lahan dan alur tanaman
Ø  Menghitung daya tumbuh
Ø  Melakukan pengamatan Destruktif pada 10 sampel tanaman yang telah ditentukan
Ø  Pada sampel tanaman yang diamati adalah tinggi tanaman dan jumlah anakan
Ø  Untuk pengamatan volume akar diambil 3 rumpun tanaman padi gogo, dengan cara mengukur panjang akar , tajuk  dan volume akar pada gelas ukur yang berisi air
Ø  Setelah di ukur tajuk dan akar di timbang dan di masukkan ke dalam oven untuk mengetahui bobot keringnya.
Ø  Untuk penyemprotan larutan curacron 2 cc  dilarutkan dalam 15 liter air setiap   seminggu sekali .
·         Metode pengamatan fase berbunga
Ø  Mendengarkan pengarahan dari dosen
Ø  Alat dan bahan dipersiapkan
Ø  Melakukan pembersihan gulma pada sekitar tanaman dan alur tanaman
Ø  Menghitung jumlah tanaman yang sudah berbunga
Ø  Jika belum 75 % maka masih dilakukan pengamatan rutin destruktif
Ø  Setelah dilakukan pengamatan, alat yang digunakan dibersihkan dan di kembalikan pada ruang peralatan.
·      Perawatan
            Mencabuti gulma yang ada di sekitar tanaman sedangkan untuk yang disekitar lahan, gulma dibersihkan dengan cangkul atau kored. Perawatan dilakukan dari awal penanaman hingga panen. Gulma tidak dibuang melainkan untuk dijadikan sebagai mulsa tanaman agar tanah tetap lembab dan bisa mengurangi evaporasi.
·      Pengamatan
1.        Pada minggu ke-1 MST menghitung daya tumbuh benih dan penyulaman.
Menghitung jumlah benih yang tidak tumbuh lalu mencatatnya ke dalam buku tulis. Kemudian menghitung daya tumbuh benih.
Mengamati tanaman pada petakan satu per satu. Jika ditemukan tanaman yang tidak tumbuh atau mati, maka dilakukan penyulaman. Caranya dengan melubangi tanah pada tanaman yang tidak tumbuh atau mati tapi jangan sampai terkena akar tanaman disebelahnya agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman tersebut. Memasukkan benih padi dan furadan yang sama ke dalam lubang tersebut lalu tutup kembali dengan tanah.
2.        Pada minggu ke-2 MST mengambil contoh tanaman sebanyak 10 tanaman untuk masing-masing lahan.
Menandai contoh tanaman sebanyak 10 tanaman untuk masing-masing lahan (jangan mengambil  tanaman pinggir) dengan bambu.
3.        Pada minggu ke-2 hingga minggu ke-10 MST mengukur tinggi dan jumlah anakan pada tanaman contoh.
Mengukur tinggi tanaman dari permukaan tanah hingga titik tumbuh kuncup dengan menggunakan meteran. Menghitung jumlah anakan.
4.        Pada minggu ke-10 MST menghitung daya tumbuh malai pada tanaman contoh
Menghitung jumlah malai pada tanaman contoh lalu mencatatnya kedalam buku tulis.
5.        Pada minggu ke-1 dan ke-3 MST mengukur kadar air tanah.
Mengambil contoh tanah dengan cara mencangkul tanah sedalam ± 50 cm dengan ukuran setiap keliling permukaan tanha 10x10x10 cm pada masing-masing lahan lalu mencampur tanah sampai rata. Membungkus tanah dengan alumunium foil lalu menimbang tanah dengan timbangan digital (BB). Sebelum dimasukkan ke dalam oven bungkusan tanah ditusuk dengan lidi agar terjadi penguapan air di dalam oven. Masukkan contoh tanah kedalam oven selama 3 hari. Keluarkan contoh tanah dari oven lalu masukkan kedalam desikator selama 3 hari sampai kadar air tanah sudah tidak berubah lagi. Menimbang contoh tanah dengan timbangan digital (BK).
6.        Pada minggu ke-8 dan minggu ke-9 menghitung debit air.
Mengamati dan menghitung setiap detik ke 15, 30, 60 volume air yang didapat dan volume/detik nya dengan cara volume dibagi dengan waktu , dan mencatat kebutuhan air per hari nya.
7.        Pada minggu  ke-4, ke-8 dan ke-12 MST pengamatan volume akar dan bobot kering tanaman.
Pengamatan volume akar dengan cara mengambil tiga rumpun tanaman selain tanaman contoh dan membersihkan sisa tanah tanaman untuk pengamatan volume akar dengan memasukan satu rumpun nya ke gelas ukur. Menghitung tinggi akar dan tinggi tajuk. Menimbang bobot basah tajuk (dari ruas pertama hingga ujung tanaman) dan akar dengan timbangan digital (BB). Memasukkan tajuk dan akar kedalam oven dengan suhu 105°C selama ± 24 jam. Mengeluarkan tajuk dan akar dari oven lalu masukkan kedalam desikator selama ± 30 menit. Menimbang tajuk dan akar dengan timbangan digital (BK).
8.        Pada minggu ke-15 MST pemanenan padi pada tanaman contoh dan tanaman Ubin.
Mencabut tanaman contoh dan ubin sekitar 2,5 m x 2,5 m lalu menghitung BB dan BK malai padi tanaman sampel pada oven selama 24 jam dan ubin di box dryer selama 12 jam.











HASIL DAN PEMBAHASAN


Table 1 Jumlah Anakan







MINGGU KE
PERLAKUAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
M1


2,25
6,20
7,88
9,48
12,35
12,80
13,50
M2


2,48
5,33
6,73
9,50
11,48
12,93
14,25
M3


5,00
9,58
10,08
10,53
11,90
13,65
14,43
M4


2,60
4,18
7,93
10,75
12,18
15,73
17,15
M5


1,48
3,28
5,65
7,68
11,03
12,88
13,53

 

Table 2 Tinggi Tanaman







MINGGU KE
PERLAKUAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
M1


24,87
34,69
59,20
71,09
83,99
89,54
95,98
M2


28,30
40,49
53,58
71,96
85,78
92,75
97,45
M3


31,62
39,78
62,98
66,89
73,02
90,03
93,72
M4


26,81
35,53
49,44
63,48
73,59
88,29
91,93
M5


24,10
31,27
41,73
49,70
72,35
83,01
86,21


Table 3 PANJANG AKAR DAN VOLUME AKAR


Panjang Akar
Volume Akar
MINGGU KE
4
8
12
4
8
12
M1
9.06
17.11
22.12
1.27
17.95
38.10
M2
9.50
16.88
18.66
0.99
15.29
34.38
M3
8.76
12.91
21.00
2.54
10.10
23.06
M4
6.79
9.95
14.69
4.30
10.71
22.72
M5
6.86
14.86
17.47
3.29
10.09
21.78






Table 4 BOBOT KERING TANAMAN


bobot kering tanaman

minggu ke
4
8
12

Tajuk
Akar
Tajuk
Akar
Tajuk
Akar

M1
0,46
0,44
8,82
2,97



M2
0,58
0,18
8,29
2,46



M3
0,41
0,29
8,33
1,92



M4
0,56
1,13
14,53
4,24



M5
0,90
0,30
9,04
2,30




Table 5 PENGAMATAN GENERATIF BERDASARKAN PERLAKUAN

PERLAKUAN
jumlah malai
panjang malai (cm)
bobot gabah dalam 1 rumpun (gram)
bobot basah 1000 butir (gram)
bobot kering 1000 butir (gram)
KA (%)
bobot ubinan basah (Kg)
bobot ubinan kering (Kg)
M1
10,15
24,54
40,08
25,87
23,16
17,78
2,98
2,05
M4
9,37
22,60
32,83
30,33
23,95
18,61
3,30
2,55
M3
9,23
22,60
31,73
27,77
25,48
18,62
2,31
1,63
M5
8,78
22,52
28,59
26,77
22,68
16,78
2,64
1,72
M2
9,30
24,00
28,10
25,53
23,44
14,16
3,18
2,65


















Grafik 1 Pengamatan Jumlah Anakan
Grafik 2 Tinggi Tanaman
Grafik 3 Panjang Akar
Grafik 4 volume akar
Grafik 5 Bobot Kering Tanaman
Grafik 6 Panjang Malai (cm)
Grafik 7 Bobot Gabah dalam 1 Rumpun
Grafik 8 Bobot basah 1000 butir (gram)
Grafik 9 Bobot Kering 1000 Butir (gram)
Grafik 10 %KA 1000 Butir
Grafik 11 Bobot Ubinan Basah (kg)
Grafik 12 Bobot Ubinan Kering (kg)






Pembahasan
Setelah melakukan praktikum ini, telah didapatkan data-data tentang tanaman padi. Sebagai penjelasan kembali bahwa pada saat penanaman diberikan dua perlakuan, yaitu OTM (Olah Tanah Minimum ) dan OTP (Olah Tanah Penuh). Data-data yang dicantumkan berdasarkan hasil dari tanaman sampel yang dipilih secara acak (selain tanaman pinggir),masing-masing 10 tanaman sampel untuk wilayah OTM dan wilayah OTP.
Rata-rata tinggi tanaman padi wilayah OTM dengan gulma diatas dengan > rata-rata tinggi tanaman padi wilayah OTP,  hal ini dikarenakan lahan OTM diberi mulsa (organik) sehingga kelembaban pada tanah tinggi, cahaya matahari yang terik tidak langsung berdampak negatif pada tanaman padi, dan bahan organik lebih banyak tersedia di lahan OTM. Lahan OTP yang langsung terkena terik matahari , terlihat permukaan tanahnya kering dan pecah-pecah. Hal ini juga turut mempengaruhi tinggi tanaman pada lahan OTP.
Nilai R2 pada OTM dan OTP diatas 20,00. Hal ini menunjukkan bahwa grafik pertumbuhan itu nyata dan sesuai dengan pertumbuhan tanaman padi.
Pada pertumbuhan vegetatif (khususnya tinggi tanaman), lahan OTM lebih baik daripada lahan OTP.
Tinggi tanaman tidak bertambah lagi setelah tanaman padi gogo varietas Situpatenggang ini berbunga, maka padi yang ditanam pada praktikum ini termasuk tipe determinate.
Untuk pertumbuhan jumlah anakan, lahan OTM untuk M4 dengan Mulsa dibawah masih unggul meskipun pada minggu ke empat jumlah anakan di lahan OTP M1 lebih besar dari pada OTM M4 yaitu dengan rata-rata M1 6.02 sedangkan pada lahan OTM M4 memiliki rata-rata 4,175. Dengan perbedaan jumlah anakan yang hampir sama ini kesimpulan yang didapat adalah pengambilan sinar matahari pada kedua lahan ini mempunyai luas yang sama. Jadi proses berlangsungnya fotosintesis tidak membuat kedua lahan ini berbeda dalam pertumbuhannya. Meskipun sebagian lahan OTM ternaungi oleh pohon, hal ini tidak berpengaruh terhadap jumlah daun. Selain intensitas cahaya matahari, tercukupinya hara yang dikandung oleh tanaman juga mendukung terbentuknya daun.
Pemakaian UREA sedikit berpengaruh terhadap aktivitas daun dan mencegah keluruhan daun lebih awal, akan tetapi tidak meningkatkan laju fotosintesis. Pemberian UREA yang berlebihan akan mengakibatkan cepat luruhnya daun sehingga menyebabkan presentasi jumlah daun berkurang. Oleh sebab itu pemberian UREA hanya diberikan satu kali pada saat penanaman.
Beberapa faktor dari aspek manajemen yang mempunyai korelasi positif meningkatkan produktivitas padi, antara lain : varietas padi, jarak tanam, dan pengolahan tanah. Pada saat pengolahan tersebut, tanah bisa dipupuk dengan pupuk organik, sebab bahan organik tersebut dapat menambah kesuburan tanah dan dapat mengikat air dengan membantu tanah menahan air hujan sehingga air pada musim kemarau dapat bertahan lebih lama (Suroto, 2006).
Gulma merupakan penyebab utama kehilangan hasil tanaman budidaya lewat persaingan untuk cahaya, air, nutrisi, CO2, ruang dan lain-lainnya. Kehilangan hasil tersebut dapat puladidekati dengan membandingkan hasil dari lahan bergulma dan bebas gulma (Moenandir, 1993).Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa akibat pengendalian gulma yang terlambat satu bulan dapat menurunkan hasil sampai 17 % (Lamid. Z, 1984)
Berdasarkan hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa Pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 6 MST dan jumlah anakan umur 8 MST. Hal ini di sebabkan pada perlakuan olah tanah penuh dan olah tanah penuh dengan mulsa diatas pertumbuhan perakarannya tanaman yang sudah dalam dan lebih meluas permukaan akar tanamannya untuk menembus tanah sehingga mudah dalam penyerapan unsur hara dan air dalam tanah untuk proses pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Yoshida (1975), Forest dan Kalms (1984) yang menyatakan bahwa kedalaman akar pada lapisan tanah juga mempengaruhi ketersediaan air bagi tanaman. Hal ini di karenakan air meningkat pada lapisan tanah yang lebih dalam. Dengan demikian padi gogo yang memiliki sistem perakaran yang dalam lebih lama dapat bertahan terhadap kekurangan curah hujan dibanding dengan varietas tanaman yang perakarannya dangkal.
Berdasarkan hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa pengolahan tanah
berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan umur 4 MST. Hal ini disebabkan karena tanaman masihdalam awal pertumbuhan anakan, sehingga akar masih belum terlalu panjang pertumbuhannya dan pada perlakuan 0TM (tanpa olah tanah) akar masih cepat menyarap air pada permukaan tanah yang lembab dan memiliki daya simpan air yang cukup baik. Hal ini sesuai dengan literatur Soepardi (1983) yang menyatakan bahwa bentuk perakaran, daya tahan terhadap kekeringan, tingkat dan stadia pertumbuhan merupakan faktor tanaman. Suhu udara dan kelengasan merupakan faktor iklim yang mempengaruhi koefisienan penggunaan air tanah dan jumlah yang dapat hilang melalui saluran bukan tanaman, seperti evaporansi dari permukaan tanah. Sedangkan sifat tanah yang mempengaruhi air tanah tersedia adalah hubungan hisapan dan kelengasan, kedalaman tanah, danlapisan tanah.
Berdasarkan hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa perlakuan penyiangan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 6 MST, jumlah anakan umur 8 MST dan bobot kering jerami. Dalam penelitian ini telah diperoleh penyiangan yang tepat dan baik untuk penyiangan pada padi jika dilakukan tidak cepat akan membuat tanaman menjadi lebih kerdil karena terjadinya perebutan unsur hara antara tanaman padi dengan gulma (kompetisi). Dengan penyiangan yang tepat pertumbuhan yang dihasilkan lebih baik sehingga bobot jerami dan akar nya pun lebih baik karena tidak terjadinya kompetisi antara gulma dan tanaman utama. Hal ini sesuai dengan literarur Norsalis (2011) yang menyatakan bahwa tanaman memerlukan penyiangan yang sempurna untuk mencegah pertumbuhan gulma. Penyiangan yang tepat dilakukan sebelum gulma menghambat penyerapan zat-zat makanan dari tanah. Dalam pertumbuhan tanaman terdapat selang waktu tertentu dimana tanaman sangat peka terhadap persaingan gulma. Keberadaan atau munculya gulma pada periode waktu tertentu dengan kepadatan yang tinggi yaitu tingkat ambang kritis akan menyebabkan penurunan hasil secara nyata. Periode waktu dimana tanaman peka terhadap persaingan dengan gulma dikenal sebagai periode kritis.
Dalam periode kritis, adanya gulma yang tumbuh disekitar tanaman harus dikendalikan agar tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan hasil akhir tanaman. Persaingan gulma terhadap pertanaman terjadi dan nyata 25-33 % pertama pada siklus hidup nya 1/4 - 1/3 dari umur pertanaman.
Menunjukkan bobot KA 1000 butir pada perlakuan pengolahan tanah cenderung lebih tinggi pada perlakuan M4 dan cenderung lebih rendah pada perlakuan M2. Pada perlakuan Mulsa diatas cenderung lebih tinggi pada perlakuan mulsa diatas dan mulsa dibawah cenderung lebih rendah pada perlakuan olah minimum saja.
Hal ini bisa terjadi karena pemberian mulsa dibawah itu bisa menghambat pertumbuhan akar dan tidak bisa berkembang serta kurang mendapatkan nurtrisi dari tanah itu sendiri karena terhambat dari mulsa yang diberikan dibawah.
Pengamatan destruktif tanaman ini dilakukan pada minggu ke-9. Pengamatan ini dilakukan dengan menghitung kadar air tanaman yang terkandung pada tanaman itu mulai dari akar hingga tajuk. Dengan mengetahui kadar air tanaman ini kita bisa mengetahui baik atau tidaknya pertumbuhan tanaman itu. Karena di dalam tanaman pasti terjadi suatu proses transportasi unsur hara yang berbentuk air. Sehingga jika tanaman tersebut mempunyai kadar air yang tinggi berarti dalam tanaman tersebut transportasi tanamannya berlangsung lancar dan tidak ada gangguan. Hasil pengamatan destruktif ini dapat dilihat pada tabel 8 dan 9. Perbandingan kadar air yang didapat dari pengamatan ini tidak terlalu jauh dan dari hasil ini dapat dikatakan unsur hara yang terkandung dalam ke dua metode tanam ini tidak jauh berbeda. Simbiosis yang efektif dan efisien akan meningkatkan bobot kering tajuk, jumlah dan bobot kering bintil akar (Abu Shakra, 1975). Pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata dengan komponen hasil yang meliputi jumlah polong isi, jumlah biji, bobot kering polong, bobot kering biji tiap tanaman dan hasil biji tiap hektar, kecuali bobot kering 100 biji. Sebelum pembentukan polong, hara N,P, dan K di akumulasikan dalam daun dan batang, kemudian dalam proses pembentukan dan pengembangannya, polong mengakumulasi hara N,P, dan K sangat cepat.
Berdasarkan hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa Pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar dan bobot kering jerami. Hal ini disebabkan pada perlakuan olah tanah penuh kondisi tanah menjadi gembur, agregat tanah menjadi lebih halus, dan aerase dan drainase tanah menjadi lebih baik sehingga memudahkan akar dalam memperluas bidang serapan unsur hara dan air, yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik. Hal ini sesuai dengan literatur Widodo (2004) yang menyatakan bahwa pengolahan tanah pada penanaman padi gogo ialah bertujuan untuk memperbaiki aerasi atau tata udara tanah, menghilangkan gas atau senyawa racun dalam tanah, memperluas permukaan tanah yang dapat mudah dijangkau oleh akar,dan sekaligus memberantas gulma yang masih hidup atau yang masih dalam bentuk biji yang terdapat di permukaan maupun dalam tanah Hasil analasis secara statistik menunjukkan bahwa interaksi antara pengolahan tanah dan frekuensi penyiangan yang berbeda berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter. Hal ini diduga karena salah satu faktor yang lebih dominan dari faktor lainnya atau kedua faktor ini tidak saling mendukung untuk pertumbuhan dan produksi padi gogo. Hal ini sesuai dengan literatur Sutedja dan kartasapoetra (2002) yang menyatakan bahwa bila masing-masing faktor perlakuan mempunyai sifat berbeda pengaruh dan sifat kerjanya maka akan menghasilkan hubungan yang berbeda dalam mempengaruhi pertumbuhan dan produksi suatu tanaman.





KESIMPULAN DAN SARAN

 Kesimpulan

Pengolahan tanah 2 kali (T1) dan pengolahan tanah 3 kali (T2) meningkatkan pertumbuhan tanaman meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan, bobot kering akar, dan bobot kering jerami.
Dari hasil penelitian disarankan untuk tanaman padi gogo menggunakan kombinasi antara olah tanah penuh dengan penyiangan penuh dengan mulsa diatas karena dapat menghasilkan produksi tanaman tertinggi.
Padi gogo merupakan jenis padi yang dibudidayakan pada lahan marginal atau lahan kering dimana pemenuhan kebutuhan air tanaman tergantung pada hujan yang turun (tadah hujan). Oleh karena itu penaman yang baik dilakukan setelah terdapat 1 – 2 kali hujan, awal musim penghujan (Oktober – Nopember) agar kebutuhan air teerpenuhi. Padi ini pada umumnya lebih banyak diusahakan di daerah-daerah di luar Pulau Jawa, terutama Sumatera, Kalimantan dan Nusa Tenggara karena sebagian besar wilayah ini berbukit-bukit dan merupakan jenis lahan kering.
Saran
Dalam peningkatan ketahan pangan nasional, peran padi gogo tidak kalah pentingnya. Meskipun memiliki umur yang lebih panjang, namun dari segi kualitas hasil tidak kalah dengan jenis padi sawah. Agar diperoleh hasil yang maksimal, maka budidaya secara intensif perlu dilakukan sehingga kegiatan ladang secara berpindah dapat ditekan perkembangannya terutama untuk di daerah di luar Jawa.









DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1996. Intensifikasi Padi Gogo. Departemen Pertanian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian; Ungaran
Noor, M. 1996. Padi Lahan Marginal. Penebar Swadaya; Bogor
Hantoro, F.R.P. 2007. Teknologi Budidaya Padi Gogo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Teguh Rahayu. 2000. Budidaya Tanaman Padi Dengan Teknologi Mig-6 plus. BPP Teknologi dan MiG-6 Plus

 

Noor, M. 1996. Padi Lahan Marginal. Penebar Swadaya; Bogor
Hantoro, F.R.P. 2007. Teknologi Budidaya Padi Gogo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Forest and J.M. Kalms, 1984. Influence of rainfall regime o upland rice production: water demand simulation o overview of upland rice research. IRRI Los banos, Philippines.p.143-160.
Harahap,I.S. dan B.Tjahjono, 2003. Pengendalian hama dan penyakit padi. Penebar swadaya.Bogor.
Lamid,Z., 1984. Critical period of competition between dry land rice weeds. Penelitian pertanian. 4(3):113-115.
Moenandir,J. 1993. Persaingan tanaman budidaya dengan gulma. Raja grafindo persada. Jakarta
Norsalis,E., 2011. Padi Gogo dan Padi Sawah. Diakses dari http: //repository.usu.ac.id. pdf. Pada 5 Desember 2011
Soepardi,G. 1983. Sifat dan ciri tanah. Institute pertanian bogor. Bogor. 591 p
Suroto,B. 2006, “Artikel” Faktor – Faktor yang Menentukan ProduktivitasPadi Berdasarkan Perbedaan Strata di Kabupaten Karawang dan Purwakarta, Jawa Barat. Majalah Pangan,Media Komunikasi dan Informasi No. 47/XV/Juli 2006. p 44-51.
Sutedja dan G. Kartasapoetra., 2002. Pupuk dan cara pemupukan. Rineka cipta. Jakarta
Troeh,F.R. 1980. Soil and water conservation for productivity and evironmental protection. Prentice hall.inc. englewood clifts, new york.
Yoshida,S., 1975. Factors that limit the growth and yield of upland rice. Major research in upland rice IRRI. Los banos. Philippines. 269 p.
Widodo, 2004. Pertumbuhan dan Hasil Padi Gogo cv. Cirata Terhadap 3 Jenis Media Tanam dan Ukuran Pupuk Urea.Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, UNIB. Jurnal Akta Agraria vol. 7 No. 1 Hal. 6-10. Jan-Jun 2004

    LAMPIRAN


Tanaman Padi 3 MST                        Tanaman Padi 5 MST
 




                                               








Tanaman Padi 10 MST        
 


Tanaman Padi 11 MST           Gambar saat penyemprotan


Gambar Table Data Kelas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar