Sabtu, 20 September 2014

LAPORAN MAGANG BALITTAS-MALANG



LAPORAN MAGANG
PENGUJIAN MUTU BENIH TANAMAN KAPAS(Gossypium sp),TEMBAKAU (Nicotiana tabacum), TEBU(Saccharum officinarum Linn),dan KENAF(Hibiscus cannabinus L)

OLEH :

Ellsa Wulandari                                   J3G112040
Moch Wahyu Suprayitno                    J3G112104
Ririn Puji Lestari                                 J3G112103
Romi Herdianto                                  J3G112033
Ulfa Rafiqha                                       J3G112027

logo-ipb-dalam.jpg




PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI INDUSTRI BENIH
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
LEMBAR PENGESAHAN
(Laporan Hasil Magang)

Dengan ini menerangkan bahwa laporan magang Mahasiswa Teknologi Industri Benih Program Diploma Institut Pertanian Bogor berjudul :

“Pengujian Mutu Benih Tanaman Kapas (Gossypium sp), Tembakau  (Nicotiana tabacum), Tebu (Saccharum officinarum Linn), dan Kenaf (Hibiscus cannabinus L)“

Yang disusun oleh :
Ellsa Wulandari                            J3G112040
Moch Wahyu Suprayitno             J3G112104
Ririn Puji Lestari                          J3G112103
Romi Herdyanto                          J3G112033
Ulfa Rafiqha                                J3G 112027

Telah disahkan pada tanggal 18 Juli 2014
Malang 18 Juli 2014
Pembimbing Lapangan                                                    Koordinator Program Keahlian




Dr Ir Abdul Qadir, MSi





KATA PENGANTAR


Segala puji bagi Allah yang telah menolong kami menyelesaikan laporan  ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan NYA mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Laporan ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang PENGUJIAN MUTU BENIH, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Laporan ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya laporan ini dapat terselesaikan.
Laporan ini memuat tentang “Pengujian Rutin Benih” yang berpengaruh terhadap pertumbuhan .Walaupun laporanini mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.
Semoga laporan ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.Walaupun laporan ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.

16 juli 2014
Penyusun



Penulis





DAFTAR ISI






DAFTAR TABEL



DAFTAR GRAFIK



DAFTAR GAMBAR






DAFTAR LAMPIRAN










BAB I PENDAHULUAN


Luas lahan kritis di Indonesia diperkirakan mencapai 59 juta ha. Upaya reboisasi hingga tahun 2008 diperkirakan baru mencapai 10% atau 3 – 5 juta ha (Harun 2008). Berbagai program penanaman harus terus dilakukan, hal ini digunakan untuk mengembalikan fungsi lahan tersebut dan sebagai upaya mitigasi untuk mengurangi bencana yang diakibatkan oleh keberadaan lahan kritis. Upaya tersebut jelas memerlukan dukungan ketersediaan benih bermutu. Benih itu sendiri adalah bagian tanaman yang digunakan untuk perbanyakan atau perkembangbiakan, baik berupa biji ataupun bagian tanaman lainnya (Mulawarman et all 2002)
Keberhasilan peningkatan produksi dalam usaha tani sangat dipengaruhi oleh masukkan berbagai faktor produksi yang salah satunya adalah penggunaan benih bermutu. Kesadaran petani untuk menggunakan benih unggul dalam meningkatkan produksi usaha taninya sudah cukup tinggi. Namun dalam pelaksanaannya perlu disertai dengan kesadaran penggunaan benih unggul yang bermutu tinggi dan benar. Dengan menggunakan benih yang bermutu diharapkan akan meningkatkan produktivitas per satuan luas, dapat mengurangi serangan hama penyakit dll. Peningkatan produksi akan berdampak terhadap peningkatan pendapatan petani apabila ada jaminan pasar dengan harga yang memadai.
Kepastian mutu suatu kelompok benih yang diedarkan dan digunakan untuk penanaman sangat diperlukan untuk menjamin baik pengguna, pengedar, maupun pengada. Aspek legal dari mutu benih ini memerlukan perangkat berupa metode pengujian yang standar. Metode ini diharapkan mampu memberikan hasil yang seragam apabila pengujian terhadap suatu kelompok benih dilakukan oleh institusi yang berbeda.
Bermutu berarti benih tersebut harus asli, yang mencerminkan karakteristik varietas yang diwakilinya sesuai deskripsi, hidup dapat tumbuh apabila ditanam, sehat, agar tidak menyebarkan penyakit terbawa benih atau seed bourne deseases dan bersih terutama dari biji gulma, benih tidak menjadi sumber investasi gulma. Oleh karena itu harus diingat pentingnya pemilihan mutu benih yang akan digunakan, sehingga tidak menyebabkan kerugian, baik waktu, tenaga dan biaya akibat penggunaan benih tidak bermutu.
Benih merupakan benda hidup yang mempunyai sifat genetis dan fisiologis sehingga perlu penanganan secara sungguh-sungguh agar tidak cepat mati atau tidak tumbuh dan kemurniannya tetap terjaga, yang diperlihatkan oleh pertumbuhannya yang seragam dan produktivitasnya sesuai dengan deskripsi. Kondisi benih yang beredar di Indonesia sangat variatif tingkat mutunya, seperti mutu tidak sesuai standar, kadaluarsa dll, sehingga sangat merugikan petani.

1.2 Tujuan

            Tujuan dari pengujian benih tanaman perkebunan semusim adalah untuk mengetahui viabilitas benih tanaman perkebunan semusim diataranya kapas, tembakau, tebu, serta kenaf melalui pengujia rutin seperti pengujian daya berkecambah dan pengukuran kadar air.











           
Tempat pemagangan dilakukan di BALITTAS (Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat). Beralamat di Jl. Karangploso Km.4 Kotak Pos 199 Malang 65152, Indonesia Telp.(0341)491447 Fax.(0341)485121.


            BALITTAS (Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat) Malang adalah Balai yang melakukan beberapa kegiatan penelitian (genetika, morfologi, fisiologi,ekologi, entomologi, dan pitofatologi), pembenihan dan menghasilkan teknologi yang berkaitan dengan tanaman tembakau, serat dan minyak industri. Selain kegiatan tersebut dilakukan pula penyiapan kerjasama, informasi dan rekomendasi , serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil-hasil penelitian tanaman tembakau , serat dan minyak industri. Memberikan saran kebijakan dalam agribisnis tanaman tembakau , serat, dan minyak industri merupakan salah satu kegiatan BALITTAS yang telah banyak dilakukan.
            Cikal bakal semua Balai Penelitian Pertanian di Indonesia termasuk Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat (Balittas) adalah Algemeen Proefstation Voor de Landbouw (APL) yaitu Balai Penelitian yang mempunyai mandat menangani tanaman pertanian rakyat meliputi tanaman hortikultura, tanaman pangan, dan perkebunan rakyat, yang didirikan pada tahun 1918. Pada tahun 1950 APL berubah menjadi Balai Besar Penyelidikan Pertanian (BBPP) yang berpusat di Bogor. Keberadaan Balittas saat inipun tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan dan keberadaan Balai–Balai Penelitian yang menangani komoditas Balittas sebelumnya seperti: Balai Besar Penyelidikan Pertanian (BBPP) di Bogor, BBPP Cabang Malang, BBPP Cabang Makasar, Balai Penyelidikan Teknik Pertanian (BPTP) Perwakilan Jawa Timur dan Jawa Tengah, Lembaga Penelitian Serat dan Jenis-Jenis Tanaman Industri Lainnya (LPTS), Lembaga Penelitian Kelapa dan Jenis-jenis Tanaman Lemak Lainnya (LPKL), Lembaga Penelitian Tanaman Industri (LPTI) Cabang Wilayah II di Malang, Balai Penelitian Tanaman Industri (Balittri), Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat (Balittas), dan Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat (Balittas).
Bagan alur organisasi Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat
      Tahun
Uraian Nama Instansi
Organisasi Induk
1918
Didirikan Balai Penelitian yang menangani Tanaman Pertanian Rakyat meliputi tanaman hortikultura, tanaman pangan, dan perkebunan rakyat di Indonesia yang bernamaAlgemeen Proefstation Voor de Landbouw (APL).
Departemen Voor Economische Zaken
1942
Algemeen Proefstation Voor de Landbouw (APL) dinamakan ”Noozi Sikenzyoo”  atau disebut Pusat Penyelidikan Pertanian Umum.
Pemerintah Jepang
1949
APL berubah menjadi Djawatan Penjelidikan Pertanian (Dj. PP).
Departemen Voor Economische Zaken
1950
Dj PP berubah menjadi Balai Besar Penyelidikan Pertanian (BBPP) berpusat di Jl. Tjikeumeuh sekarang Jl. Merdeka 99 Bogor.
Departemen Voor Economische Zaken
1951
Dibentuk Unit Pelaksana Teknis/Administrasi di lingkup BBPP:
1. Balai Penyelidikan Teknik Pertanian(BPTP)
2. Balai Besar Cabang Makasar.
3. Laboratorium Perikanan Darat.
4. Kantor Pusat Balai Besar sebagai koordinator.
BBPP
1951
BPTP berdasarkan mandatnya dibagi menjadi 3 bagian 1. Bagian Teknik Pertanian
2. Bagian Tanaman Dagang
3. Bagian Tanaman Makanan
BBPP/BPTP Pusat
1951
Bagian Tanaman Dagang memulai kegiatan penelitian: komoditas tembakau, kapas, kapuk, serat batang, kelapa, jarak kepyar, wijen, tanaman insektisida, tebu, dan lain lain.
BPTP Pusat
1954
R. Isman Sastrodarmo menjadi Pimpinan BPTP Perwakilan Jawa Tengah dan Jawa Timur berkedudukan di KP Genteng, Banyuwangi
BPTP Pusat
1958
W.G.P.T. Tamboenan menjadi Kepala Cabang BBPP Malang berkantor di Serayu 2, Malang
BPTP Pusat
1958
R. Isman Sastrodarmo menjadi Pimpinan BPTP Perwakilan Jawa Tengah dan Jawa Timur berkedudukan di Jl. Kenanga 36 sekarang Jl. Industri Timur 36 Malang
BPTP Pusat
1961
Bagian Tanaman Dagang dipecah 2 bagian:
1. Lembaga Tanaman Serat dan Jenis-Jenis Tanaman
Industri Lainnya (LPTS)
2. Lembaga Penelitian Kelapa dan Jenis lemak Lainnya
(LPKL)
Direktorat Jenderal Perkebunan
1968
LPTS dan LPKL dilebur menjadi Perwakilan Lembaga Penelitian Tanaman Industri (LPTI) Jawa Timur di Malang
Direktorat Jenderal Perkebunan
1972
LPTI Cabang Malang menjadi Lembaga Penelitian Tanaman Industri Cabang Wilayah II Malang
LPTI Pusat Bogor
1981
Lembaga Penelitian Tanaman Industri Cabang Wilayah II Malang menjadi Balai Penelitian Tanaman Industri (Balittri)
Puslitbang Tanaman Industri
1984
Balittri menjadi Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat (Balittas)
Puslitbang Tanaman Perkebunan
2002
Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat (Balittas) menjadi Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat (Balittas)
Puslitbang Tanaman Perkebunan
2011
Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat (Balittas) menjadi Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas)
Puslitbang Tanaman Perkebunan
            Berdasarkan keputusan menteri Pertanian No.59/Kpts/OT. 210/1/2002
tugas BALITTAS adalah melakukan :
a.       Penelitian genetika, pembenihan dan pemanfaatan plasma nutfah tanaman tembakau, serat, dan minyak industri.
b.      Penelitian morffologi, fisiologi, ekologi, entomologi, fitopatologi tanaman tembakau, serat, dan minyak industri.
c.       Penelitian komponen teknologi sistem dan usaha agribisnis tanaman tembakau , serat, dan minyak industri.
d.      Penyiapan kerjasama , informasi dan rekomendasi, serta penyebarluasan dan  pendayagunaan hasil-hasil penelitian tanaman tembakau , serat, dan minyak industri.
e.       Urusan ketatausahaan dan rumah tangga.


1.      Visi
Terwujudnya IPTEK yang tepat guna, dinamis , berkelanjutan, dan ramah lingkungan untuk komoditas tembakau , serat, dan minyak industri yang mampu meningkatkan kesejahteraan petani, pekebun serta mampu mengantisipasi masalah-masalah yang akan terjadi di masa mendatang.
2.      Misi
a.       Menghasilkan dan merakit teknologi yang mampu mengatasi permasalahan tanaman tembakau, serat, dan minyak industri.
b.      Meningkatkan komunikasi dan desiminasi hasil penelitian .
c.       Mengembangkan kerjasama IPTEK.
d.      Memberikan saran kebijakan dalam agribisnis tanaman tembakau, serat, dan minyak industri.













Pengujian benih itu sangat penting, terujinya benih berarti terhindarnya para petani dari berbagai kerugian yang dapat timbul dalam pelaksanaan usaha taninya. Selain itu benih yang baik atau unggul ditunjang dengan kultur teknik yang mantap, akan dapat meningkatkan berbagai produk pertanian (Kartasapoetra, 2003). Pengujian benih ditujukan untuk mengetahui mutu dan kualitas benih. Informasi tersebut tentunya akan sangat bermanfaat bagi produsen, penjual maupun konsumen benih. Karena mereka bisa memperoleh keterangan yang dapat dipercaya tentang mutu atau kualitas dari suatu benih (Sutopo, 2002).
Faktor kualitas benih ditentukan oleh persentase dari benih murni, benih tanaman lain, biji herba, kotoran yang tercampur, gaya berkecambah atau daya tumbuh benih, benih berkulit keras, terdapatnya biji-bijian herba yang membahayakan benih, terbebasnya benih dari penyakit dan hama tanaman, kadar air benih serta hasil pengujian berat benih per seribu biji benih yang dimaksud (Kartasapoetra, 2003).
Viabilitas benih atau daya hidup benih yang dicerminkan oleh dua informasi masing-masing daya kecambah dan kekuatan tumbuh dapat ditunjukkan melalui gejala metabolisme benih dan/atau gejala pertumbuhan. Uji viabilitas benih dapat dilakukan secara tak langsung, misalnya dengan mengukur gejala-gejala metabolisme ataupun secara langsung dengan mengamati dan membandingkan unsur-unsur tumbuh penting dari benih dalam suatu periode tumbuh tertentu.
Selain uji viabilitas benih terdapat pula uji kesehatan benih, yaitu untuk mengetahui kondisi kesehatan dari suatu kelompok benih. Kesehatan benih juga merupakan salah satu faktor yang menentukan nilai lapangannya. Di samping itu uji kesehatan benih juga ditunjukkan untuk mengetahui penyebab dari abnormalitas kecambah dalam uji perkecambahan di laboratorium (Sutopo, 2002). Pelaksanaan pengujian mutu benih meliputi beberapa tahapan, yang pertama dilakukan adalah pengambilan contoh benih, kemudian pengujian kemurnian benih dan kadar air. Setelah itu barulah dilakukan uji daya kecambah, uji kekuatan tumbuh benih ataupun uji kesehatan benih terhadap contoh tersebut (Kartasapoetra, 2003).
Kadar air merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi daya simpan benih. Prinsip dari metode pengukuran kadar air benih adalah mengukur seluruh jenis air yang ada di dalam benih (Sucipto, 2009). Penentuan kadar air benih dari suatu kelompok benih sangat penting untuk dilakukan. Karena laju kemunduran suatu benih dipengaruhi pula oleh kadar airnya. Makin rendah kadar air benih makin lama daya hidup benih tersebut. Kadar air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah antara 6%-8%.Kadar air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan benih berkecambah sebelum ditanam.Sedang dalam penyimpanan menyebabkan naiknya aktifitas pernafasan yang dapat berakibat terkuras habisnya bahan cadangan makanan dalam benih.Selain itu merangsang perkembangan cendawan patogen di dalam tempat penyimpanan.(Anonimdalam Mugnisjah, 2010).
Kadar air benih selama penyimpanan merupakan faktor yang paling mampengaruhi masa hidupnya. Oleh karena benih yang sudah masak dan cukup kering penting untuk segera dipanen atau benihnya  masih berkadar air tinggi  yang juga harus segera dipanen. Cara lain yang mempengaruhi umur simpan  benih adalah kerusakan akibat proses penggunaan  alat-alat mekanis. Meski sangat penting artinya untuk menurunkan kadar air benih hingga ke tingkat yang aman untuk disimpan, namun bila kadar air terlalu kering juga dapat membahayakan benih (Ananta WD, 2011).
Benih yang sangat kering yang sangat peka terhadap kerusakan mekanis serta pelukaan sampingan lainya.kerusakan seperti  ini  dapat  menyebabkan bagian penting benih akan mengalami pecah  serta beih dapat mengalami retak- retak  pada  bagian  penting  biji  hingga  benih  tersebut  peka  terhadap  serangan cendawan yang dapat menurunkan daya simpannya (Justice dan Bass dalam Ananta WD, 2011).
Kadar air benih merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi daya simpan benih. Jika kadar air benih terlalu tinggi dapat memacu respirasi dan berbagai cendawan dapat tumbuh (Munisjah dalam Ananta WD, 2011).
Umumnya pada tanaman legume dan padi-padian, ovule atau tepatnya embryo sac yang sedang  mengalami  pembuahan  mempunyai  kadar  air  kira-kira  80  % dalam bebarapa  hari kemudian kadar air ini meningkat sampai kira-kira 85% lalu pelan-pelan menurun secara teratur. Dekat kepada waktu masak kadar air ini menurun dengan cepat sampei kire-kire 20% pada biji tanaman sereallia,setelah tercapai  berat kering maximum dari pada biji,kadar air tersebut agak konstan sekitar 20% tetapi sedikit naik terun seimbang dengan keadaan lingkungan di lapangan.
Kadar air ini penting artinya untuk menetapkan waktu panen, karena panenan itu harus di lakukan pada tingkat kadar air biji tertentu pada masing-masing spesies atau varietas. Umumnya tanaman sereallia dan biji-bijian legume dipanen pada kadar air 20%umumya kadar air biji 30% merupakan batas tertinggi untuk dipanen. Panenan dengan kadar air biji 30 % tidak baik karena sukar untuk pengirikan, disamping ini biji akan rapuh apabila dikeringkan sampai dibawah kadar air 20% tetapi tergantung pada jenis biji,ada yang baik dipanen pada kadar air 10-12%. Gandum dipanen pada kadar air biji 14-15%,kapas 12-14%,padi 18%,jagung 20-30%. Beberapa varietas padi di daerah ini panicle atau gabahnya akan rontok atau jatuh ketanah apabila kadar biji di biarkan sampai 12-14% (Jurnalis Kamil dalam Ananta WD, 2011).
Beberapa hal perlu diperhatikan dalam pengujian kadar air benih ini adalah contoh  yang  digunakan  merupakan  benih  yang  diambil  dan  ditempatkan  dalam wadah  yang kedap udara. Karena untuk penetapan kadar air, jika contoh kerja yang digunakan telah terkontaminasi udara luar maka kemungkinan besar kadar air benih yang diuji bukan merupakan kadar air benih.
Karena  telah  mengalami  perubahan  akibat  adanya  kontaminasi  udara  dari lingkungan. Yang kedua adalah untuk pengujian kadar air ini harus dilakukan sesegera mungkin, selama penetapan diusahakan agar contoh benih sesedikit mungkin berhubungan dengan udara luar serta untuk jenis tanaman yang tidak memerlukan penghancuran, contoh benih tidak boleh lebih dari 2 menit berada di luar wadah (Ananta WD, 2011).
Metode yang digunakan untuk menguji  kadar air ini juga harus diperhatikan. Ada dua metode dalam pengujian kadar air benih, yaitu Konvensional ( Menggunakan Oven ) Skema pengujian kadar air benih dengan metode konvensional (oven) dan  Automatic (Menggunakan Balance Moisture Tester, Ohaus MB 45, Higromer) Dalam metode ini hasil pengujian kadar air benih dapat langsung diketahui (Ananta WD, 2011).
Pada uji daya kecambah, benih dikatakan berkecambah bila dapat menghasilkan kecambah dengan bagian-bagian yang normal atau mendekati normal. Beberapa jenis benih menghasilkan benih keras yang dianggap hidup meski tidak berkecambah sewaktu diuji berdasarkan prosedur yang dianut secara resmi. Kadang-kadang benih dorman membutuhkan prosedur pengujian daya kecambah yang khusus. Ada suatu pengujian viabilitas yang bertujuan untuk megetahui dengan cepat semua benih yang hidup, baik dorman maupun tidak dorman. Pengirisan bagian embrio benih dan uji tetrazolium digunakan untuk tujuan ini ( Louis N. Bass, 1994).
Ciri utama benih ialah kalau benih itu dapat dibedakan dari biji karena mempunyai daya hidup yang disebut viabilitas. Namun, semua insane benih, apapun fungsi yang disandangnya, senantiasa mendambakan benih vigor, tidak sekedar benih yang hidup (viable). Sekadar benih yang mempunyai potensi hidup normal pun tidak cukup. Mengenai benih yang hidup, kalau dibatasi secara negatif menjadi gampang. Indikasi bahwa benih itu mati. Kalaupun benih itu menunjukkan gejala hidup saja, misalnya yang ditunjukkan oleh tingkat pernapasannya, bahkan oleh sel-sel embrio yang tidak mati. Benih dapat dikategorikan mempunyai daya hidup sekalipun benih itu tidak menunjukkan pertumbuhan. Kalau benih itu menumbuhkan akar embrionalnya, benih itu hidup (Sjamsoe’oed Sadjad, 1999).
Tujuan pengujian benih adalah untuk mengkaji dan menetapkan nilai setiap contoh benih, yang perlu diuji selaras dengan faktor kualitas benih. Factor kualitas benih ditentukan oleh presentase dari benih murni, benih tanaman lain, biji herba, kotoran yang tercampur, daya kecambah atau daya tumbuh benih, benih berkulit keras, terdapatnya biji-bijian herba yang membahayakan benih, terbebasnya benih dari penyakit dan hama tanaman, kadar air benih serta hasil pengujian berat benih per seribu biji benih yang dimaksud (Ance G. Kartasapoetra,2003).

            Daya berkecambahnya benih dapat diartikan sebagai berkembangnya bagian-bagian penting dari embrio suatu benih yang menunjukkan kemampuannya untuk tumbuh secara normal pada lingkungan yang sesuai. Dengan demikian, pengujian daya tumbuh atau daya berkecambah benih ialah pengujian akan sejumlah benih, beberapa persentase dari jumlah benih tersebut yang dapat atau mampu berkecambah pada jangka waktu yang telah ditentukan (Eko Pramono,2009).

Klasifikasi tanaman Tebu
Kingdom         : Plantae (tumbuhan)
Sub Kingdom
  : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi
   : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisi
               : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas
               : Liliopsida (berkeping satu /monokotil)
Sub Kelas
        : Commelinidae
Ordo
                : Poales
Famili
             : Graminae atau Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus
              : Saccharum
Spesies
           : Saccharum officinarum Linn
Tanaman tebu merupakan tanaman perkebunan semusin yang mempunyai sifat tersendiri sebab didalam batangnya terdapat zat gula. Tebu berkembang biak di daerah beriklim udara sedang sampai panas. Berbagai varietas tebu telah diluncurkan oleh Kementrian Pertanian untuk meningkatkan produksi petani. Kualitas bibit tebu merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan pengusahaan tanaman tebu. Bibit tebu yang baik adalah bibit yang cukup 5 – 6 bulan, murni (tidak tercampur varietas lain), bebas dari penyakit dan tidak mengalami kerusakan fisik. Tanaman tebu mempunyai batang yang tinggi dan kurus, tidak bercabang dan tumbuh tegak. Tebu yang tumbuh baik tinggi batangnya dapat mencapai 3-5 m atau lebih. Batang tebu beruas-ruas dengan panjang ruas 10– 30 cm. Daun berpangkal pada buku batang dengan kedudukan yang berseling.
Pemanenan tebu dilakukan pada saat tingkat kemasakan optimum, yaitu pada saat tebu dalam kondisi mengandung gula tertinggi. Umur panen tanaman tebu berbeda-beda tergantung jenis tebu. Varietas genjah masak optimal pada umur lebih dari 12 bulan, varietas sedang masak optimal pada umur 12-14 bulan, dan varietas dalam masak optimal pada umur lebih dari 14 bulan. Panen dilakukan pada bulan Agustus saat rendemen maksimal dicapai. Tanaman tebu yang telah memasuki umur cukup untuk panen kemudian dilakukan tebang angkut. Kegiatan tebang angkut harus tepat karena penanganan yang tidak tepat dapat menimbulkan kerugian cukup besar. Panen tebu dilakukan dengan menebang batang-batang tebu yang sehat, mengumpulkan dan mengangkut ke pabrik gula untuk digiling. Penebangan dapat dilakukan secara manual maupun secara mekanis atau tenaga mesin. Penebangan tebu secara manual dilakukan dengan caramembongkar guludan tebu dan mencabut batang-batang tebu secara utuh kemudian dibersihkan dari akar, pucuk, daun kering, dan kotoran lainnya. Tebangan yang baik harus memenuhi standar kebersihan tertentu yaitu kotoran tidak lebih dari 5%.
Mempelajari tanaman tebu membutuhkan pengetahuan melalui morfologi yang ditampakkan. Morfologi dari penampakan visual yaitu dari bagian daun tebu, batang tebu, dan mata tunas tebu. Dari tiap varietas tebu memiliki ciri yang berbeda-beda. Misalnya dari bentuk ruas tebu terdiri dari silindris, tong, kelos, konis, konis terbalik, dan cembung. Perlu diperhatikan dalam mempelajari tanda pengenal yang terdapat pada daun ialah pelepah daun dengan bagian-bagiannya terutama bulu-bulu bidang punggung dan telinga dalam. Batang tanaman tebu terdapat ruas-ruas, disertai buku-buku ruas yang terdapat mata tunas yang akan mampu tumbuh menjadi tanaman baru. Hal yang perlu diperhatikan dalam mempelajari tanda pengenal pada batang, ialah bentuk ruasnya, selain itu juga sifat-sifat yang ada pada ruas itu sendiri.
Mata tunas yang terletak pada buku-buku ruas batang berupa kuncup tebu. Kuncup tersebut dari pangkal ke ujung batang tanaman berada di sebelah kanan dan kiri secara bergantian dan selalu terlindungi oleh pangkal pelepah daun. Hal yang perlu diperhatikan dalam mempelajari tanda-tanda pengenal yang terdapat pada mata tunas ialah tepi sayap mata, rambut jambul, dan rambut tepi basal mata. 
Klasifikasi Tanaman Tembakau.
Tembakau termasuk kelompok tumbuhan beracun (night shade). Dalam susunantaksonominya tanaman tembakau termasuk famili Solanaceae dan genus Nicotiana(Ochse et al. 1961). Menurut Goodspeed (1954) dan Smith (1979), genus ini mempunyaitiga subgenus, yaitu:
1. Rustica, mempunyai 3 seksi dengan 9 spesies
2. Tabacum mempunyai 2 seksi dengan 6 spesies
3. Petunioides mempunyai 9 seksi dengan 45 spesies.
Karena terjadi gradasi pada spesies tertentu, Wells (1960) mengusulkan revisi jumlahspesies dari 60 menjadi 64.Secara alami spesies-spesies tersebut dijumpai tumbuh liar di Amerika, Australia,dan Pasifik Selatan. Beberapa spesies liar tersebut mempunyai arti penting dalam pemuliaantanaman.N. glutinosa L. digunakan sebagai sumber ketahanan terhadap penyakitmosaik, N. longiflora Cav. dan N. plumbaginifolia Viv.digunakan sebagai sumber ketahananterhadap Phytophthora nicotianae (Wernsman dan Matzinger 1980), sedangkan N.debneyi Dom. merupakan sumber ketahanan terhadap Peronopsora tabacina (Clayton1968). N. sanderae dimasukkan dalam kelompok tanaman hortikultura karena memilikinilai ornamental.
Dua spesies yang mempunyai nilai ekonomi penting adalah N. tabacum (n=24) danN. rustica (n=24). Menurut Purseglove (1968), N. rustica banyak diusahakan di Rusiadengan nama Mahorka sebagai penghasil nikotin untuk bahan baku obat dan insektisida.Spesies ini juga banyak ditanam di India Utara.Di antara kedua spesies tersebut, N. tabacumberkembang lebih luas dan lebih cepat di berbagai negara. Kegunaan utamanya adalahsebagai bahan baku rokok dan cerutu. Susunan taksonomi N. tabacum L. sebagai berikut:




Famili              : Solanaceae
Subfamili         : Nicotianae
Genus              : Nicotiana
Subgenus         : Tabacum
Seksi                : Genuinae
Spesies            : tabacum



Klasifikasi Tanaman Kenaf
Kerajaan          : Plantae
Ordo                : Malvales
Famili              : Malvaceae
Genus              : Hibicus
Spesies            : H. cannabinus
Merupakan herba tegak,menahun,tinggi mencapai 2 m- 5 m.Batang pipih,silindris, pada tanaman budidaya tidak bercabang dan gundul, pigmentasi seluruhnya hijau, hijau dengan merah atau ungu ataupun seluruhnya merah, kadang dibawah hijau dan diatas berpigmentasi.Daun berseling,stipula filiform, panjang 5-8 mm, berambut, panjang tangkai daun 3-30 cm, pada bagian adaksial berambut rata dan pada bagian abaksial berbulu tegak, berwarna hijau hingga merah,helaian daun berukuran 1-19 cm x 0.1-20 cm, pangkal daun meruncing sampai bentuk jantung, tepi beringgit atau bergigi, ujung daun meruncing, permukaan atas gundul, permukaan bawah berambut sepanjang urat daun. Bunga axiler, soliter atau kadang berkelompok dekat ujung, biseksual, diameter 7.5-10 cm. kelopak menggenta, berwarna hijau, berbulu tegak, mahkota besar dan terlihat, biasanya berwarna krem hingga kuning dengan merah pada pangkal dalamnya, terkadang biru atau ungu. Buah bulat telur, tipe kapsul, 12-20 mm x 11-15 mm, berambut lebat, mengandung 20-25(-35) biji. Biji bentuk ginjal hingga triangular dengan sudut runcing, 3-4 mm x 2-3 mm, berwarna keabuan atau coklat-hitam dengan titik kuning menyala.Persebaran:Kenaf merupakan tanaman asli Afrika,di negara-negara selatan Sahara, Hibiscus cannabinus merupakan tanaman liar yang umum dan secara luas ditanam sebagai tanaman sayuran dan serat. Angola kemungkinan menjadi pusat tanamn asli yang pertama,tetapi keragama morfologi terbesar ditemukan di Afrika Utara. Negara penghasil kenaf terbesar adalah Bengal Barat dan daerah pantai sepanjang Visakhapatnam (Andhra Pradesh) dan Madras (Tamil Nadu).Kenaf diintroduksi ke Indonesia dari India pada tahun 1904.Di Malesia juga ditanam tetapi tidak pernah tumbuh liar.
Klasifikasi Tanaman Kapas
Menurut Mardjono (2001a) tanaman kapas dapat diklasifikasikan sebagaiberikut:
Kerajaan          : Plantae
Divisio             : Spermatophyta
Sub Divisio     : Angiospermae
Kelas               : Dycotyledonae
Ordo                : Malvales
Sub Ordo        : Tiliceae
Family             : Malvaceae
Sub Family      : Nibisceae
Genus              : Gossypium
Spesies            : Gossypium hirsutum L.

Morfologi Kapas        
Tanaman kapas termasuk tumbuhan berbentuk semak atau perdu yang dalamkeadaan baik dapat tumbuh sampai beberapa meter, tergantung dari varietasnya,kesuburan tanah, dan iklimnya. Tanaman kapas dalam keadaan normal tumbuh tegak.
Batangnya berwarna hijau tua, merah atau hijau kemerahan. Batang utama terdiri daribeberapa ruas tempat tumbuh daun dan cabang-cabang pada ketiaknya, yang kadangkadanglangsung tumbuh menjadi cabang generatif. Terdapat dua jenis cabang yaitucabang vegetatif dan generatif. Tipe percabangan kapas menyebar atau kompak,tergantung varietasnya, tanaman kapas memiliki akar tunggang yang panjangnyadapat mencapai 15cm atau lebih di dalam tanah. Pada waktu pertumbuhan tanamanmencapai tinggi 20-25 cm, di tempat yang tanahnya dalam, panjang akar mencapai0.75-100 cm (AAK, 1986).
Tanaman kapas memiliki bentuk daun yang berbeda-beda bentuknya,ukurannya, serta susunan jaringan dan keadaan bulunya. Hal ini tergantung varietastanaman kapas tersebut. (AAK, 1986). Bentuk daun pertama sampai kelima belumsempurna, kadang-kadang agak bulat atau panjang. Setelah daun kelima, bentuk daun
semakin sempurna dan bentuknya sesuai dengan varietas kapas. Terdapat 5 bentukdaun, yaitu bentuk entire, okra, twisted, barbadense, dan normal. Warna daun kapasadalah hijau, hijau kemerahan, dan merah. Pada tulang daun bagian bawah terdapatnektar dan ada pula yang tidak mengandung nektar. Bulu pada daun kapas bervariasi tergantung varietasnya, ada yang lebat panjang, lebat pendek, ada yang berbulujarang, bahkan ada yang halus atau tidak berbulu (Mardjono, 2001a)Tanaman kapas mulai berbunga setelah umur 35-45 hari, dan mulai mekarsekitar umur 50-70 hari tergantung jenis dan varietas kapas. Bagian-bagian bungakapas terdiri dari tangkai bunga, daun kelopak tambahan, mahkota bunga, bakal buah,tangkai kepala putik, kepala putik dan benang sari (Mardjono, 2001b). Kuncup bungaberbentuk piramida kecil dan berwarna hijau. Setelah bunga mengalami persarian danpembuahan, maka terbentuklah buah. Dari bunga sampai menjadi buah masak,berlangsung lebih kurang 40-70 hari. Buah yang masak akan retak dan terbuka.






BAB IV METODOLOGI

4.1 Waktu Dan Tempat

Magang mandiri ini mulai dilaksanakan pada tanggal 1-18 Juli 2014. Jam operasional pukul 08.00-15.00 WIB. Tempat pelaksanaan magang mandiri di antaranya Laboratorium benih, Cold Storage, Ruang Transit, dan Screen House.

4.2 Alat Dan Bahan
a.          Pengujian Daya Berkecambah
Alat yang digunakan di antaranya pinset, baki, cawan petri, germinator, papan pelubang tanam, gembor, gelas ukur, timbangan analitik, gelas plastik, alat penjepit kertas, sekop, lidi dan sprayer.
Bahan yang digunakan di antaranya kertas merang, media pasir, benih (tebu, kapas, kenaf, tembakau), plastik, karet, air, fungisida Dithane, dan kertas label.

Alat yang digunakan di antaranya cawan, desikator, oven suhu tinggi dan suhu rendah, sendok, dan timbangan analitik.
Bahan yang digunakan di antaranya benih (kapas, kenaf, tembakau) dan kertas label.





4.3 Prosedur Kerja

a.    Pengujian Daya Berkecambah
·      Benih Tebu
1.      UKDdp
1)        Terlebih dahulu benih tebu diekstraksi menggunakan karpet dengan cara digesekkan hingga bulunya terlepas dari benih.
2)        Kertas merang disiapkan sejumlah yang dibutuhkan kemudian direndam dengan air hingga merata.
3)        Setelah direndam, kertas merang dijepit menggunakan alat penjepit kertas hingga tidak ada tetesan air namun tidak kering.
4)        Sebanyak 3 lembar kertas merang diletakkan di atas plastik, kemudian diberi label di antara kertas merang dan plastik, setelah itu benih tebu ditanam sebanyak 50 benih setiap ulangannya.
5)        Kemudian untuk menutupi bagian atasnya, digunakan sebanyak 2 lembar kertas merang.
6)        Setelah tertutupi, kertas merang dilipat setengah bagian vertikalnya kemudian digulung dan diikat menggunakan karet.


DSCN1579.JPG
 








Gambar 1. Kegiatan Penanaman Tebu pada Kertas Merang
7)        Pengamatan dilakukan pada hari ke 7 dan 14.
8)        Menghitung daya berkecambah pada setiap aksesi, dengan rumus:

2.      UDK
1)        Sebanyak 3 lembar kertas merang yang telah digunting seukuran cawan petri dimasukkan ke dalam cawan.
2)        Air dalam gelas ukur dituang di setiap cawan petri yang telah dimasukki kertas merang, tunggu hingga air meresap ke dalam kertas merang.
3)        Setelah air meresap merata ke dalam kertas merang dalam cawan petri, sisa air dituang kembali ke dalam gelas ukur, kemudian diberi label di atas kertas.
4)        Benih tebu ditanam sebanyak 25 butir per ulangannya.
5)        Setelah ditanam, cawan petri diletakkan di dalam germinator.
6)        Pengamatan dilakukan pada hari ke 7 dan 14.
7)        Menghitung daya berkecambah pada setiap aksesi, dengan rumus:



DSCN1610 







         
Gambar 2. Hasil Penanaman Tebu pada Cawan Petri



3.      Media Pasir
1)        Sebanyak 6 baki disiapkan untuk 2 metode penanaman yakni, sebar dan lubang tanam.
2)        Pasir yang digunakan adalah pasir steril yang terlebih dahulu disangrai sebelum digunakan sebagai media tanam.
3)        Pasir dimasukkan ke dalam baki ¾ bagian.
4)        Setelah dimasukkan, pasir disiram di dalam baki sambil diaduk menggunakan sekop agar basah merata.
5)        Untuk metode lubang tanam, setelah disiram, sebanyak 3 baki dimasukkan papan lubang tanam yang berisi 100 lubang. Setelah dilubangi, benih ditanam 1 butir per lubang.
6)        Untuk metode sebar, setelah disiram, benih ditanam dengan cara disebar kemudian ditutup dengan pasir hingga benih tertutupi. Setelah tertutupi, disiram kembali hingga merata setelah itu diberi label di bawah baki.
7)        Pengamatan dilakukan pada hari ke 7 dan 14.
8)       Menghitung daya berkecambah pada setiap aksesi, dengan rumus:



DSCN1514
Gambar 3. Kegiatan Penanaman pada Media Pasir Dengan Lubang Tanam.
DSCN1520
Gambar 4. Kegiatan Penanaman pada Media Pasir dengan Metode Sebar.

·         Benih Kapas
1)        Fungisida Dithane disiapkan dengan dosis 2 g/l air biasa.
2)        Penanaman UKDdP pada kapas ini dilakukan tanpa membasahi kertas merang terlebih dahulu, namun cukup dibasahi dengan dethane dan diratakan pada kertas merang menggunakan gelas  plastik yang digunakan.
3)      Sebanyak 3 lembar kertas merang diletakkan di atas plastik, kemudian diberi label di antara kertas merang dan plastik, setelah itu benih kapas ditanam sebanyak 25 benih setiap ulangannya.
4)      Kemudian untuk menutupi bagian atasnya, digunakan sebanyak 2 lembar kertas merang. Dalam satu aksesi degunakan 16 ulangan per-aksesi.
5)      Kertas merang digulung, dan diikat menggunakan karet.
6)      Gulungan UKDdp disimpan dalam ruang pengecambahandan dilakukan penyiraman dithane pada bak pengecambahan dosisnya 2g / liter.
7)      Kegiatan terakhir dilakukan pengamatan pada hari ke 4 dan hari ke 8. menghitung daya berkecambah pada setiap aksesi, dengan rumus:

DSCN1705
Gambar 5. Kegiatan Penanaman Benih Kapas pada Kertas Merang.
DSCN1769
Gambar 6 Gambar  6. Kegiatan Penyiraman Dithane pada Kertas UKDdP Kapas
.

·         Benih Tembakau
1)   Benih tembakau ditanam menggunakan teknik UDK.
2)   Yang pertama dilakukan adalah mempersiapkan Sebanyak 3 lembar kertas merang yang telah digunting seukuran cawan petri dimasukkan ke dalam cawan.
3)   Menuangkan air dalam cawan petri yang sudah berisi kertas merang hingga airnya meresap merata dalam cawan.
4)   Setelah air meresap merata ke dalam kertas merang dalam cawan petri, sisa air dibuang , kemudian diberi label di atas kertas.
DSCN1624
Gambar 7.Kegiatan Pembasahan Kertas Merang pada Cawan.
DSCN1656 Gambar 8. Kegiatan Penanamanbenih Tembakau.
5)      benih tembakau ditanam pada kertas yang sudah disiapkan pada cawan. Digunakan 100 benih tembakau pada setiap ulangan, banyaknya ulangan pada setiap aksesi yakni 4 ulangan pada setiap aksesi.
6)     Setelah ditanam, cawan petri diletakkan di dalam germinator.
7)      Pengamatan dilakukan pada hari ke 7 dan 14.
8)      Menghitung daya berkecambah pada setiap aksesi, dengan rumus:




Benih Kenaf
1)      transit benih dari seed storage, dengan mengambil plasma nutfah yang sudah ada dengan kode dan tempat pnyimpanan yang berbeda untuk diuji.
2)      Kertas merang disiapkan sejumlah yang dibutuhkan kemudian direndam dengan air hingga basahnya merata.
3)      Setelah direndam, kertas merang dijepit menggunakan alat penjepit kertas hingga tidak ada tetesan air namun tidak kering.
4)      Sebanyak 3 lembar kertas merang diletakkan di atas plastik, kemudian diberi label di antara kertas merang dan plastik, setelah itu benih kenaf ditanam sebanyak 50 benih setiap ulangannya.
5)      Kemudian untuk menutupi bagian atasnya, digunakan sebanyak 2 lembar kertas merang.
6)      Setelah tertutupi, kertas merang dilipat setengah bagian vertikalnya kemudian digulung dan diikat menggunakan karet.
7)      Gulungan yang sudah siap disimpan dalam germinator, dan selanjutnya dilakukan pengamatan pada kecambah yang sudah ditanam.
8)      Pengamatan dilakukan pada hari ke-4 dan ke -8, sesudah pengamatan dilakukan penghitungan daya kecambah pada setiap aksesi,
9)      Rumus mencari DB :

DSCN1892
Gambar 9. Kegiatan Transit benih dari Cold Storage
DSCN2002
Gambar 10. Kertas Merang yang Sudah Ditanami Benih Kenaf.

b.      Kadar Air
·      Benih Kapas
1)   Benih kapas yang akan diuji diambil dari Cold Storage kemudian dipindahkan ke ruang transit untuk diambil sample sebanyak ± 5g per aksesi per ulangannya.
2)   Cawan beserta tutup ditimbang untuk mendapatkan M1.
3)   Untuk mendapatkan M2 Cawan+tutup dimasukkan ± 5g benih.
4)   Benih dioven menggunakan oven suhu rendah yakni 103 ±20C selama 17 jam.
5)   Setelah 17 jam dioven benih dimasukkan ke dalam desikator selama 15 menit untuk menghilangkan uap air.
6)   M3 didapatkan dari hasil cawan+tutup+benih yang telah dioven dan dimasukkan ke dalam desikator.

DSCN2221
Gambar 11. Masuk ke dalam Cold Storage untuk Mengambil Aksesi Benih.
DSCN1888
Gambar 12. Kegiatan Transit  Benih Kenaf  yang Telah Diambil dari Cold Storage

·      Benih Tembakau
1)   Benih tembakau yang akan diuji diambil dari Cold Storage kemudian dipindahkan ke ruang transit untuk diambil sample sebanyak ± 5g per aksesi per ulangannya.
2)   Cawan beserta tutup ditimbang untuk mendapatkan M1.
3)   Untuk mendapatkan M2 Cawan+tutup dimasukkan ± 5g benih.
4)   Benih dioven menggunakan oven suhu tinggi yakni 130 ±20C selama 1 jam.
5)   Setelah 1 jam dioven benih dimasukkan ke dalam desikator selama 15 menit untuk menghilangkan uap air.
6)   M3 didapatkan dari hasil cawan+tutup+benih yang telah dioven dan dimasukkan ke dalam desikator.
·      Benih Kenaf
1)   Benih kenaf yang akan diuji diambil dari Cold Storage kemudian dipindahkan ke ruang transit untuk diambil sample sebanyak ± 5g per aksesi per ulangannya.
2)        Cawan beserta tutup ditimbang untuk mendapatkan M1.
3)        Untuk mendapatkan M2 Cawan+tutup dimasukkan ± 5g benih.
4)        Benih dioven menggunakan oven suhu rendah yakni 103 ±20C selama 17 jam.
5)   Setelah 17 jam dioven benih dimasukkan ke dalam desikator selama 15 menit untuk menghilangkan uap air.
6)   M3 didapatkan dari hasil cawan+tutup+benih yang telah dioven dan dimasukkan ke dalam desikator.


Keterangan : % KA       : Persen Kadar Air
M1            : Bobot Cawan + Tutup
M2            : Bobot Cawan + Tutup + Benih
M3            : Bobot Cawan + Tutup + Benih setelah dioven



BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL
a. Kadar Air
Tabel 1 Kadar Air Kenaf

AKSESI
RATA-RATA KA (%)
SSRH  1037 H KRP 2006
9,05
ACC O976 SSRH 036 H SBRJ 2005
10,51
ACC 978 SSRH 038 H SBJ 2012
4,97
ACC 976 SSRH 036 SBRJ 2004 B.196
6,37
ACC 976 SSRH 036 H KRP 2006
9,49
ACC 980 BL/011 H BJN 2003
9,91
ACC  976 SSRH/036 H KP:SBRJ/2011
10,61
ACC 0977 IJO/IDN/SSRH/037 H OKT 91
10,60


Grafik 1 Kadar Air Kenaf


KAPAS
Tabel 2 Kadar Air Kapas

AKSESI
RATA - RATA KA (%)
KI 198 (2009)
8,31
KI 39 PANEN: 16-7-09
8,77
KI 40 PSR 2006
9,11
KI 39 (2006)
8,70
KI 35 (2007)
8,68
KI 36 (2007)
8,82
KI 39 (KRP 1991)
9,05
KI 37 (ASB 2002)
9,11
KI 37 (2009)
9,02
KI 40 (1991)
9,06
KI 39 (ASB 2002)
8,69
KI 36 (2008)
8,19
KI 38 (PSR 2006)
8,85

Grafik 2 Kadar Air Kapas
TEMBAKAU
Tabel 3 Kadar Air Tembakau

AKSESI
TAHUN PANEN
RATA-RATA KA (%)
S.196
2005
9,64
S.196
BJN 2009
8,77
S.196
2007
8,71
S.196
2010
11,09
S.1968
2002
10,07
S.1968
2001
8,86
S.1967
2010
10,31
S.1967
2011
10,02
S.1969
1993
8,76
S.1968
2011
10,70

Grafik 3 Kadar Air Tembakau




Tabel 4 Hasil Pengamatan UKDdP Tebu

AKSESI
Asal/Tahun Panen
Metode
% DB
% Ab
% Keras
% Mati
% Jamur

04-Apr-13
UKDdP
0
0
0
93
7


½ UKDdp
0
0
0
91,75
8,25


UDK
0
0
0
88,5
11,5


Media pasir 1
0,33
0
0
99,67
0


Media pasir 2
0
0
0
100
0

Grafik 4 Daya Berkecambah Tebu



Tabel 5 Hasil Pengamatan UKDdP Kapas

NO.
TANGGAL
AKSESI/
Asal/Tahun
Rata-rata

UJI

Panen
% KST
% DB
% Ab
% Keras
% Mati
% Jamur
1
07/03/2014
KI.35
2007
26,25
50
20
5,25
24,5
0,25
2
07/03/2014
KI.36
2007
27,25
37,75
12,5
0,5
48,25
1
3
07/03/2014
KI.36
2008
41,5
63,75
11
2,25
23
0
4
07/03/2014
KI.36
2009
52,5
90
4,5
1,75
3,75
0
5
07/03/2014
KI.37
ASB.2002
58,5
94,5
1,75
0
3,75
0
6
07/03/2014
KI 37
2009
63,25
78,25
12
2,25
7,25
0,25
7
07/03/2014
KI 38
PSR 2006
53,5
73,25
14,25
3,5
8,5
0
8
07/03/2014
KI 39
KRP 1991
46,25
99,25
0,25
0
0,5
0
9
07/03/2014
KI.39
ASG 2002
26,75
93
5,5
0
0,75
0,75
10
07/03/2014
KI 39
PSR 2006
44
89,25
6
0
4
0,75
11
07/03/2014
KI.39
2009
35,5
94,75
1,75
0
2,75
0,75
12
07/03/2014
KI.40
1991
28,75
98,25
1
0
0,75
0
13
07/03/2014
KI.40
PSR 2006
58
68,75
10,75
3,75
16,5
0,25
14
07/02/2014
KI.27
PSR 2006
0
89
4,5
0,5
3,75
0
15
07/02/2014
KI.28
PSR 2006
0
90,25
5,25
0
4,5
0
16
07/02/2014
KI.26
2008
0
84,5
9,75
0
5,75
0
17
07/02/2014
KI.29
PSR 2006
0
87,5
3,5
0
9
0
18
07/02/2014
KI.28
ASB 2002
0
83
6,5
0
3,75
0,5
19
07/02/2014
KI 30
KRP 1991
0
94
2,5
0
0
3,5
20
07/02/2014
KI.30
ASB 2002
0
95,75
2,5
0
1,5
0,25
21
07/02/2014
KI.30
PSR 2006
0
79
9,75
0,75
10,5
0
22
07/02/2014
KI.31
PSR 2006
0
80,5
6
0,5
13
0
23
07/02/2014
KI.31
2008
0
82,25
13
1
3,5
0,25
24
07/02/2014
KI.32
ASG 2002
0
88,75
9
0,25
2
0
25
07/02/2014
KI.32
2008
0
30,75
37
1,5
30,25
0,5
26
07/02/2014
KI 33
ASB 2002
0
95,25
3
0
1,75
0
27
07/02/2014
KI.33
2011
0
97,5
1,75
0
0,75
0
28
07/02/2014
KI.34
ASB 2002
0
93,75
5,25
0
1
0
29
07/02/2014
KI.34
PSR 2006
0
77,75
3
0
19,25
0
30
07/02/2014
KI.34
2007
0
75,5
13,5
0
10,75
0

Grafik 5 Persentase Daya Berkecambah Kapas









Tabel 6 Daya Berkecambah Kenaf

NO.
TANGGAL
AKSESI/
Asal/Tahun
Rata-rata
UJI
% KST
% DB
% Ab
% Keras
% Mati
% Jamur
1
07/04/2014
SSRH/036
SBRJ 2004
0
0
0
96,5
2,75
0,75
2
07/04/2014
SSRH/036 H
SBRJ 2005
6,75
12,25
4
36,25
28
14,5
3
07/04/2014
SSRH/036 H
KRP 2006
0
0,25
0
95
1,25
3,5
4
07/04/2014
SSRH/036 H
SBRJ 2011
0
1
0
96,75
0
2,25
5
07/04/2014
IJO/IDN/SSRH/037 H
OKT' 1991
0
0,5
0,25
97,25
1,25
0,75
6
07/04/2014
SSRH/037 H
KRP 2006
0
0,25
0
95
0,5
4,25
7
07/04/2014
SSRH/038 H
SUMBEREJO/2012
0
0
0
99,5
0,5
0
8
07/04/2014
BL/011 H
BJN 2003
99
99,5
0,25
0
0,25
0

Grafik 6 Daya Berkecambah Kenaf



Tabel 7 UDK Tembakau

NO.
TANGGAL UJI
AKSESI/
Asal/Tahun PANEN
RATA – RATA
% KST
% DB
% Ab
% Keras
% Mati
% Jamur
1
07/02/2014
S.19976
2005
65,75
78,25
1,75
0
19,5
0
2
07/02/2014
S.1967
2005
69,25
89,25
0,75
0
28,5
0
3
07/02/2014
S.1967
2010
55,75
66,75
9,25
1,8
31,5
0
4
07/02/2014
S. 1967
20011
91
92,75
2
0
5
0
5
07/02/2014
S.1968
2001
0
2,25
6
0
88,5
0
6
07/02/2014
S.1968
2002
28,5
55,75
6,25
0
38
0
7
07/02/2014
S.1968
2010
49
65
3,5
0
30,75
9
8
07/02/2014
S.1968
2011
80
82,75
1,75
0
13,75
1,75
9
07/02/2014
S.1969
1993
0
0
0
0
100
0
10
07/02/2014
S.1969
2007
80,25
86,5
5,25
0
8,25
0
11
07/02/2014
S.1969
BJN 2009
87,5
89
0,75
0
11,25
0


Grafik 7 Persentase Daya Berkecambah Tembakau






4.2 PEMBAHASAN

Dari data pengujian benih tanaman kenaf pada tanggal 4 juli 2014, telah didapat data yaitu untuk aksesi  SSRH/036 dengan asal tahun panen SBRJ 2004 dengan presentase keserempakan tumbuh sebesar 0 % , presentase daya berkecambah 0 %, persentase kecambah abnormal sebesar 0 %, presentase benih keras sebesar 96,5 %, presentase benih yang mati sebesar 2,75 % serta presentase benih yang terserang jamur sebesar 0,75 %.selanjutya pada aksesi SSRH/036 H dengan tahun panen SBRJ 2005 didapat presentase keserempakan  tumbuh sebesar 6,75 %, presentase daya berkecambah sebesar 12,25 %, presentase kecambah abnormal sebesar 4 %, presentase benih keras sebesar 36,25 %, presentase benih mati sebesar 28 %, serta presentase benih yang terserang cendawan sebesar 14,5 %. Pada aksesi SSRH/036 H dengan asal tahun panen KRP2006 didapat presentase keserempakan tumbuh sebesar 0 %, presentase daya berkecambah sebesar 0,25 %, presentase kecambah abnormal sebesar 0%, presentase benih keras sebesar 95 %, presentase benih mati sebesar 1,25 %, serta presentase benih yang terserang cendawan sebesar 3,5 %. Pada aksesi SSRH/036 H dengan asal tahun panen SBRJ 2011 didapat presentase keserempakan tumbuh sebesar 0 %, presentase daya berkecambah sebesar 1 %, presentase kecambah abnormal sebesar 0 %, presentase benih keras sebesar 96,75 %, presentase benih mati sebesar 0 %, serta presentase benih yang terserang cendawan sebesar 2,25 %. Pada aksesi IJO/IDN/SSRH/037 H dengan asal tahun panen oktober 1991 didapat presentase keserempakan tumbuh sebesar 0 %, presentase daya berkecambah sebesar 0,5 %, presentase kecambah abnormal sebesar 0,25%, presentase benih keras sebesar 97,25 %, presentase benih mati sebesar 1,25 %, presentase benih yang terserang jamur sebesar 0,75 %. Pada aksesi SSRH/037 dengan tahun panen KRP 2006 didapat presentase keserempakan tumbuh sebesar 0%, presentase daya bercecambah sebesar 0,25, presentase kecambah abnormal sebesar 0%, presentase benih keras sebesar 95%, presentase beih mati sebesar 0,5 %, presentase benih yang terserang jamur sebesar 4,25 %. Pada aksesi SSRH/038 H dengan asal tahun panen sumberejo/ 2012 didapat presentasi keserempakan tumbuh sebesar 0 %, presentase daya berkecambah sebesar 0%, presentase kecambah abnormal sebesar 0 %, presentase benih keras sebesar 99,5 %, serta presentase benih yang terserang cendawan sebesar 0 %. Pada aksesi BL/011 H dengan asal tahun panen BJN 2003 didapat presentase keserempakan tumbuh sebesar 99 %, presentase daya berkecambah sebesar 99,5 %, presentase kecambah abnormal sebesar 0,25 %, presentase benih keras sebesar 0 %, presentase benh mati sebesar 0,25 % serta presentase benih yang erserang jamur sebesar 0 %.
Dari hasil grafik diatas, dari 8 aksesi yang ada semua benih kenaf menunjukan tingkat daya berkecambah yang rendah. Hasil tertinggi diperoleh aksesi BJN 2003, dan untuk yang lainnya hasil evaluasi kecambah menunjukan bahwa benih yang diuji preentase tertinggi benih keras. Benih keras merupakan benih yang belum menunjukan tingkat kehidupan namun belum bsa dikatakan bahwa benih tersebut mati, atau biasa disebut dengan dormansi. Keadaan ini bisa di sebabkan oleh struktur biji yang keras, atau terdapat hormon penghambat yang menghambat pertumbuhan dari benih kenaf.

Pada pengujian daya berkecambah tembakau yang dilakukan pada tanggal 2 juli 2014 didapat hasil presentasei pada aksesi S.19976 dengan asal tahun panen 2005 dengan hasil presentase  keserempakan tumbuh sebesar 65,75 %, presentasi daya berkecambah 78,25 %, presentasi kecambah abnormal 1,75, presentasi benih keras 0 %, presentasi benih mati sebesar 19,5 %, serta presentase benih yang terserang cendawan sebesar 0 %. Pada nomor aksesi S.1967 dengan asal tahun panen 2005 didapat presentase keserempakan tumbuh sebesar 69,25 %, presentase daya berkecambah sebesar 89,25 %, presentase kecambah abnormal sebesar 0,74 %, presentase benih keras sebesar 0 %, presentase benih ati sebesar 31,5 %,  serta presentase beih yang terserang cendawan sebesar 0 %. Pada nomor aksesi S.1967 dengan asal tahun panen 2010 didapat presentase keserempakan tumbuh sebesar 55,75 %, presentase daya berkecambah sebesar  66,75 %, presentase kecambah abnormal sebesar 9,25 %, presentase benih keras sebesar 1,75 %, presentase benih mati  sebesar 31,5 %, serta presentase benih yang terserang cendawan sebesar 0 %. Pada nomor aksesi S.1967 dengan asal tahun panen 2011 didapat hasil presentase keserempakan tumbuh sebesar 91 %, presentase daya berkecambah sebesar 92,75 %, presentase kecambah abnormal sebesar 2 %, presentase benih keras sebesar 0 %, presentase benih mati sebesar 5 %, serta presentase benih yang terserang cendawan sebesar 0 %. Pada nomor aksesi S.1968 dengan asal tahun panen 2001 didapat hasil presentase keserempakan tumbuh sebesar 0 %, presentase daya berkecambah sebesar 2,25 %, presentase kecambah abnormal sebesar 6 %, presentase benih keras sebesar 0 %, presentase benih keras sebesar 0 %, presentase beih mati sebesar 88,5, serta presentase benih yang terserang cendawan sebesar 0 %. Pada nomor aksesi S.1968 dengan asal tahu 2002 didapat presentase keserempakan tumbuh sebesar 28,5 %, presentase daya berkecambah sebesar 55,75, presentase kecambah abnormal sebesar 6,25 %, presentase benih keras sebesar 0%, presentase benih mati sebesar 38 %, presentase benih yang terserang cendawan sebesar 0 %. Pada nomor aksesi S.1968 dengan tahun panen 2010 didapat hasil presentase keserempakan tumbuh sebesar 49 %, presentase daya berkecambah sebesar 65 %, presentase kecambah  abnormal sebesar 3,5 % , presentase benih keras sebesar 0 % , presentase benih mati sebesar 30,75 %, presentase benih yang terserang cendawan sebesar 9 %. Pada nomor aksesi S.1968 dengan asal tahun panen 2011 didapat hasi presentase keserempakan tumbuh sebesar 80 %, presentase daya berkecambah sebesar  82,75 %, presentase kecambah abnormal sebesar 1,75 %, presentase benih keras sebesar 0 %, presentase benihmati sebesar 13,75 %, presentase benih terserang jamur sebesar 1,75 %. Pada nomor aksesi S.1969 dengan asal tahun panen 1993 didapat hasil presentase keserempakan tumbuh sebesar 0 %, presentase daya berkecambah sebesar 0 %, presentase kecambah abnormal sebesar 0 %, presentase benih keras 0 %, presentase benih mati 100 %, serta presentase benih yang terserang cendawan sebesar 0 %. Pada nomor aksesi S.1969 dengan asal tahun panen 2007 didapat hasil presentase keserempakan tumbuh sebesar 80,25 %, presentase daya berkecambah sebesar 86,5 %, presentase 5,25 %, presentase benih keras 0 %, presentase benih mati sebesar 8,25 %, presentase benih benih terserang cendawan sebesaR 0 %. Pada nomor aksesi S.1969 dengan asal tahun panen BJN 2009 didapat presentase keserempakan tumbuh sebesar 87,5 %, presentase daya berkecambah sebesar 89 %, presentase kecambah abnormal sebesar 0,75 %, presentase benih keras sebesar  11,25 %, serta presentase benih terserang cendawan sebesar 0 %. Hasil pengujian diatas menunjukan mutu benih dari benih tembakau tingkat viabilitasnya masih cukup tinggi. Dengan teknik penyimpanan yang sesuai untuk menyimpan benih, sehingga dapat mempertahankan tingkat viabilitas benih.
Evaluasi Kecambah Kapas
Menurut SNI (2006), Penilaian kecambah dibedakan atas kecambah normal dan kecambah abnormal, biji segar, dan biji mati dengan kriteria sebagai berikut :
a.       Kecambah Normal adalah kecambah yang struktur akar primer dan sekundernya tumbuh sehat dan kuat, atau tidak memiliki akar primer tetapi memiliki akar sekunder yang tumbuh sehat dan kuat, memiliki hipokotil yang sehat dan lurus tanpa kerusakan atau dengan kerusakan ringan, memiliki epikotil dan minimum satu daun kotiledon utuh.
b.      Kecambah Abnormal adalah kecambah yang pertumbuhan akar primer dan sekunder tidak sempurna biasanya tidak tumbuh atau lemah, memiliki hipkotil yang pendek dan melengkung dan megalami kerusakan berupa luka-luka kecil sampai ke jaringan pengangkut atau luka besar bahkan busuk, tidak memiliki epikotil, dan kotiledon hanya satu tetapi tidak utuh atau tidak memiliki sama sekali.
c.       Benih mati adalah benih yang pada akhir pengamatan tidak lagi keras atau segar dan biasanya ditandai dengan adanya jamur dan tidak menunjukkan struktur utama kecambah misalnya ujung akar.

Pada kegiatan pengujian daya berkecambah kapas di BALITTAS parameter yang dinilai yaitu kategori kecambah yakni normal dan abnormal, dan kategori biji yakni jamur, busuk/mati, dan keras.
1.    Kecambah Normal
Pada pengamatan hari pertaman ( hari ke 4 setelah tanam) memiliki strukur akar primer dan skunder yang sudah mulai dapat dilihat.
DSCN1962.JPG
Gambar 13  Kecambah Normal
2.    Kecambah Abnormal
Kecambah yang pertumbuhan akar primer dan akar sekunder nya tidak sempurna biasanya tidak tumbuh atau lemah, memiliki hipokotil yang pendek dan melengkung dan mengalami kerusakan berupa luka-luka kecil sampai ke jaringan pengangkut atau luka bahkan busuk, tidak memiliki epikotil, dan kotiledon tidak utuh atau tidak memiliki sama sekali dapat dilihat pada gambar .
20140710_081448.jpg20140710_081448.jpg
Gambar 14  Kecambah Abnormal
3.      Biji Jamur
Biji yang tidak tumbuh dan terserang oleh jamur ditandai dengan adanya jam ur seperti rambut putih, hitam, coklat, atau hijau pada benih mati sampai meluas di sekitar benih. Benih menjadi lembek dan beraroma tidak sedap. Jika benih tidak dibuang pada pengamatan pertama biasanya akan menular atau jamur akan menyebar.

4.      Biji Busuk/Mati
Benih yang tidak menunjukkan strukur utama kecambah misalnya ujung akar tidak lagi keras  atau segar (lembek)serta biasanya benih berlendir, jika dipencet maka benih mengeluarkan air dan struktur benih busuk.
DSCN1972.JPG
Gambar 15 Biji Busuk/Mati
5.      Biji Keras
Biji yang masih segar dan keras tapi tidak ada tanda-tanda muncul akar dan tidak tumbuh.
DSCN1972.JPG
Gambar 16 Biji Keras
Pengujian Kadar Air benih

Selain pengujian daya berkecambah, dalam kegiatan plasma nutfah kapas juga dilakukan pengujian kadar air benih kapas dengan menggunakan metode oven dengan suhu rendah 130°C ± 2°C selama 17 jam.
Prinsip pengujian ini adalah untuk penguapan air yang terdapat pada benih kapas tersebut. Pemanenan menungkinkan penguapan air sebanyak mungkin tetapi dapat menekn terjadinya oksidasi, dekomposisi atau hilangnya zat-zat yang mudah menguap (SNI 2006)
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan pada tabel 5 rata-rata kecambah normal dari 30 aksesi sangat sedikit yaitu dibawah 63 %, daya kecambah rata-rata diatas 82,57 % hanya beberapa aksesi yang rata-rata dibawah 65 %, kecambah abnormal rata-rata 11 % , kadar air dari 13 Aksesi yang diuji kadar air pada tabel 2 benih kapas dengan rata-rata 8,00 %, dan standar deviasi dari masing-masing aksesi kapas. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui benih kapas yang masih dapat digunakan untuk ditanam lebih lanjut dan mengetahui benih yang sudah tidak layak untuk digunakan,     Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah tahun panen dan waktu panen, jenis kemasan yang digunakan untuk mengemas benih dalam penyimpanan, kondisi tempat penyimpanan benih, dan kondisi lingkungan pada saat pengujian benih berlangsung.
secara umum perkecambahan benih juga dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar.(Sutopo,2002).
a.       Faktor dalam
1. Tingkat kematangan benih
Benih yang dipanen sebelum tingkat kematangan fisiologisnya tercapai tidak mempunyai daya tumbuh yang tinggi. Pada beberapa jenis tanaman benih yang demikian tidak dapat berkecambah, diduga pada tingkat tersebut benih belum memiliki cadangan makanan yang cukup dan juga pembentukan embrio belum sempurna.
2.Ukuran benih
Didalam jaringan penyimpanan benih memiliki karbohidrat, protein, lemak dan mineral. Bahan-bahan tersebut diperlukan sebagai energi bagi embryo yang sedang berkecambah. Diduga benih yang memiliki ukuran besar dan berat lebih banyak memiliki cadangan makanan dibandingkan benih berukuran kecil
3. Dormansi
Suatu benih dikatakan dormansi apabila benih tersebut sebenarnya viabel (hidup), tetapi tidak mau berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan lingkungan yang memenuhi syarat bagi perkecambahannya. Periode dorman ini dapat langsung musiman atau dapat juga selama beberapa tahun, tergantung pada jenis benih dan tipe perkceambahannya.
4. Zat penghambat
Perkecambahan benih terhambat karena :
1)      Inhibitor, inhibitor akan menghambat perkecambahan benih baik di dalam maupun di permukaan benih. Zat ini akan menghambat perkecambahan pada konsentrasi tertentu. Konsentrasi inhibitor akan turun jika benih mengalami proses imbibisi dan hal ini menyebabkan kemampuan menghambatnya menjadi berkurang (kuswanto, 1996).
2)      Larutan dengan osmotik tinggi, perkecambahan benih akan terhambat jika benih berimbibisi pada larutan tinggi, misalnya NaCl atau manitol (Kuswanto, 1996).
3)      Bahan yang menghambat lintasan metabolic atau menghambat pernafasan, kehadiran zat ini akan menghambat laju respirasi, sehingga proses katabolisme maupun anabolisme terhambat. Zat yang memiliki sifat ini antara lain : sianida, fluorida, caumarin, herbisida, dll (Kuswanto, 1996).
b.      Faktor luar

Faktor luar yang akan mempengaruhi perkecambahan benih antara lain (Pranoto et al, 1990) :
1. Air
Air merupakan kebutuhan dasar yang utama untuk perkecambahan. Kebutuhan air berbeda-beda tergantung dari spesies tanaman. Fungsi air adalah : (1) untuk melunakkan kuli benih sehingga embrio dan endosperm membengkak yang menyebabkan retaknya kulit benih, (2) sebagai pertukaran gas sehingga suplai oksigen ke dalam benih terjadi, (3) mengencerkan protoplasma terjadi proses metabolisme di dalam benih, (4) mentranslokasikan cadangan makanan ke titik tumbuh yang memerlukan.






2. Suhu
Pengaruh suhu terhadap perkecambahan benih dapat dicerminkan melalui suhu cardinal yaitu suhu minimum, optimum dan maksimum. Suhu minimum adalah suhu terendah dimana perkecambahan dapat terjadi secara normal, dan di bawah suhu tersebut benih tidak dapat berkecambah sengan baik. Suhu optimum yaitu suhu yang paling sesuai untuk perkecambahan, dan suhu maksimum adalah suhu tertinggi dimana perkecambahan dapat terjadi, di atas suhu maksimum ini benih tidak dapat berkecambah normal.

3. Oksigen
Dalam perkecambahan O2 digunakan untuk respirasi, konsentrasi O2 yang diperlukan untuk perkecambahan adalah 20%.

4. Cahaya
Cahaya memegang peranan yang sangat penting dalam perkecambahan. Pada umumnya kualitas cahaya terbaik untuk perkecambahan dinyatakan dengan panjang gelombang berkisar antara 660 nm – 700 nm (Kuswanto, 1996).





Dari hasil pengujian kecambah pada beberapa komoditi tanaman perkebunan semusim antara lain tebu, kapas, kenaf, dan tembakau. Dari keseluruhan benih yang diuji benih dengan umur tanggal panen yang berbeda – beda menunjukan tingkat daya berkecambah yang berbeda pula. Benih dengan tahun panen kisaran 19 – 20 tahun menunjukan tingkat viabilitas yang redah, dengan ditandai dengan rendahnya DB yang dihasilkan. Meskipun benih tersebut sudah disimpan dalam ruangan yang dapat menghambat detiorasi suatu benih, namun setiap benih mempunyai daya simpan masing – masing yang akan berkorelasi langsung dengan daya berkecambah. Sehingga teknik penyimpanan, faktor lingkungan, dan faktor genetik benih merupakan faktor utama terhadap hasil daya berkecambah suatu lot benih.  Dari hasil kadar air benih yang tahun panennya sudah lama maupun baru semuanya tidak menunjukan perbedaan yang signifikan. Jadi pengaruh daya simpan, dan umur benih yang disimpan dalam ruangan standart tidak berpengaruh pada hasil kadar air.


nothink




Anonimb, 2010, Kadar Air Benih, http://agronomi02.blogspot.com/2010/08/kadar-air-benih.htmldi akses pada tanggal 8 Maret 2012.
Ananta W.D., 2011, Laporan Teknologi Benih, http://www.scribd.com/doc/ 37132682/4/PRAKTIKUM-4-PENGUKURAN-KADAR-AIR-BENIHdi akses pada tanggal 8 Maret 2012.
Bass N. Louis. 1994. Prinsip Praktek Penyimpangan Benih. PT Raja Grafirdo Persada. Jakarta
Kartasapoetra, A.G., 2003. Teknologi Benih (Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum). Cetakan keempat. Rineka Cipta. Jakarta. 188 hal.
Lita Sutopo, 2002, Teknologi Benih, Universitas Brawijaya, Malang.
Pramono, Eko. 2009. Penuntun Praktikum Teknologi Benih. Bandarlampung. Universitas Lampung.
Sadjad, Sjamsoe’oed.1999.Parameter Pengujian Vigor Benih.Grasindo. Jakarta






Tidak ada komentar:

Posting Komentar